Sabtu, 29 Mei 2021

TAFSIR SURAT AL-BAQARAH AYAT : 40


Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 40 

Berikut ini adalah teks, transliterasi, terjemahan, dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas Surat Al-Baqarah ayat 40: 

يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَوْفُوا بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ 

 Yā banī Isrā’īla, udzkurū ni‘matiyal latī an‘amtu ‘alaikum, wa awfū bi ahdī ūfi bi ahdikum, wa iyyāya farhabūni.

Artinya, “Hai Bani Israil, ingatlah nikmat-Ku yang telah Kuberikan kepada kalian. 

55. QS. Ar-Rahman (Yang Maha Pemurah) 78 ayat

  • فَبِاَىِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ
    Fabi ayyi aalaaa'i Rabbikumaa tukazzibaan
    21. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
  • يَخۡرُجُ مِنۡهُمَا اللُّـؤۡلُـؤُ وَالۡمَرۡجَانُ‌ۚ‏
    Yakhruju minhumal lu 'lu u wal marjaanu
    22. Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.
  • فَبِاَىِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ
    Fabi ayyi aalaaa'i Rabbikumaa tukazzibaan
    23. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
  • وَلَهُ الۡجَوَارِ الۡمُنۡشَئٰتُ فِى الۡبَحۡرِ كَالۡاَعۡلَامِ‌ۚ
    Wa lahul jawaaril mun sha'aatu fil bahri kal a'laam
    24. Milik-Nyalah kapal-kapal yang berlayar di lautan bagaikan gunung-gunung.
  • فَبِاَىِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ
    Fabi ayyi aalaaa'i Rabbikumaa tukazzibaan.
    25. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
  • كُلُّ مَنۡ عَلَيۡهَا فَانٍ‌
    Kullu man 'alaihaa faan
    26. Semua yang ada di bumi itu akan binasa,
  • وَّيَبۡقٰى وَجۡهُ رَبِّكَ ذُو الۡجَلٰلِ وَالۡاِكۡرَامِ‌ۚ
    Wa yabqoo wajhu rabbika zul jalaali wal ikraam
    27. tetapi wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal.
  • فَبِاَىِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ
    Fabi ayyi aalaaa'i Rabbikumaa tukazzibaan.
    28. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
  • يَسۡـَٔـلُهٗ مَنۡ فِى السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِ‌ؕ كُلَّ يَوۡمٍ هُوَ فِىۡ شَاۡنٍ‌ۚ
    Yas'aluhuu man fissamaawaati walard; kulla ywmin huwa fii shaan
    29. Apa yang di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.
  • فَبِاَىِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ
    Fabi ayyi aalaaa'i Rabbikumaa tukazzibaan.
    30. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
  • سَنَفۡرُغُ لَـكُمۡ اَيُّهَ الثَّقَلٰنِ‌ۚ
    Sanafrughu lakum ayyuhas saqalaan
    31. Kami akan memberi perhatian sepenuhnya kepadamu wahai (golongan) manusia dan jin!
  • فَبِاَىِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ
    Fabi ayyi aalaaa'i Rabbikumaa tukazzibaan.
    32. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Penuhilah janji kalian kepada-Ku, niscaya Kupenuhi janji-Ku kepada kalian; dan hanya kepada-Ku hendaknya kalian takut,” (Surat Al-Baqarah ayat 40). 

Ragam Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 40 Syekh Wahbah Az-Zuhayli dalam karyanya, Kitab Tafsir Al-Wasith, mengatakan, Surat Al-Baqarah ayat 40 menuntut Bani Israil untuk beriman kepada Al-Qur’an. 

Allah memerintahkan semua manusia untuk beriman kepada syariat Al-Qur’an dan kabar yang diturunkan padanya. 

Bani Israil yang telah menerima banyak karunia Allah juga termasuk manusia yang dituntut untuk beriman kepada Al-Qur’an.

 Allah SWT,  kata Syekh Wahbah, mengingatkan Bani Israil di Kota Madinah yang hidup di zaman Nabi Muhammad SAW terhadap nikmat-nikmat yang telah diberikan agar mereka segera beriman kepada Allah, kitab-kitab suci-Nya, dan Nabi Muhammad SAW yang mengabarkan itu semua melalui wahyu.



Tiga Cara Syukuri Nikmat Allah SWT

-- Banyak cara mengekspresikan rasa syukur. Namun, sebagian umat Islam lebih banyak mengucapkan Alhamdulillah. Apakah memang demikian?

Pimpinan Lembaga Dakwah Kreatif, Haqi, Ustaz Erick Yusuf mengatakan ucapan hamdallah hanya satu cara. 

Ada beberapa cara mensyukuri nikmat Allah SWT. 

Pertama, syukur dengan hati. 

Ini dilakukan dengan mengakui sepenuh hati apa pun nikmat yang diperoleh bukan hanya karena kepintaran, keahlian, dan kerja keras kita, tetapi karena anugerah dan pemberian Alloh Yang Maha Kuasa. 

Keyakinan ini membuat seseorang tidak merasa keberatan betapa pun kecil dan sedikit nikmat Allah yang diperolehnya.

Kedua, syukur dengan lisan. Yaitu, mengakui dengan ucapan bahwa semua nikmat berasal dari Allah SWT. "Pengakuan ini diikuti dengan memuji Allah melalui ucapan alhamdulillah.

 Ucapan ini merupakan pengakuan bahwa yang paling berhak menerima pujian adalah Allah," kata Kang Erick, sapaan akrabnya, saat mengisi pengajian di SD Mutiara Bunda, Arcamanik, Bandung, Senin (25/5).

Ketiga, syukur dengan perbuatan. Hal ini dengan menggunakan nikmat Allah pada jalan dan perbuatan yang diridhai-Nya, yaitu dengan menjalankan syariat , menta'ati aturan Alloh dalam segala aspek kehidupan


Sikap syukur perlu menjadi kepribadian setiap Muslim. 

Sikap ini mengingatkan untuk berterima kasih kepada pemberi nikmat (Allah) dan perantara nikmat yang diperolehnya (manusia). 

Dengan syukur, ia akan rela dan puas atas nikmat Allah yang diperolehnya dengan tetap meningkatkan usaha guna mendapat nikmat yang lebih baik.

Selain itu, bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah merupakan salah satu kewajiban seorang muslim.  

Seorang hamba yang tidak pernah bersyukur kepada Allah, alias kufur nikmat, adalah orang-orang sombong yang pantas mendapat adzab Allah SWT.

Allah  telah memerintahkan hamba-hambaNya untuk mengingat dan bersyukur atas nikmat-nikmatNya: “Karena itu, ingatlah kamu kepadaKu niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepadaKu dan janganlah kamu mengingkari nikmatKu.” (QS al-Baqarah:152)

Akan tetapi, belum termasuk orang yang bersyukur mengucapkan hamdalah tetapi juga menggunakan rizki Allah untuk maksiat. 

“Syukur berasal dari kata syakaro-yasykuru yang artinya mensyukurinya, memujinya atau berterima kasih.

ada juga yang mengartikan syukur ini adalah membuka lawan dari kafaro(menutup),” paparnya.

Menurut Kang Erick, ketika Muslim bersyukur maka syukur itu akan membuka nikmat lainnya.

Sebaliknya, ketika seorang Muslim kufur sesungguhnya itu perbuatan dosa.  “Allah SWT berfirman dalam Alqurqan surat  Ibrahim ayat 7 yang artinya :

Jika kamu bersyukur pasti akan aku tambah (nikmat-Ku) untukmu dan jika kamu kufur maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih,” ucapnya.  

Dalam ayat tersebut dinyatakan bahwa kata syukur lawan katanya adalah kufur (menutupi nikmat).

Syukur konsekuensinya adalah bertambah nikmat sedang kufur konsekwensinya adalah siksa.


Dalam karya tafsirnya yang lain, Tafsir Al-Munir, Syekh Wahbah Az-Zuhayli mengatakan, Surat Al-Baqarah ayat 40-142 membicarakan seca hanya khusus Bani Israil untuk mengungkap perilaku dan aib mereka. 

Adapun ayat sebelumnya dari awal Surat Al-Baqarah hingga Surat Al-Baqarah ayat 39 berbicara tentang wujud dan keesaan Allah; perintah untuk menyembah-Nya, Al-Qur’an sebagai kalam ilahi yang mengandung mukjizat; uraian perihal kuasa Allah dengan penciptaan dan pemuliaan manusia; penciptaan langit dan bumi; kedudukan manusia di antara alam raya; dan pembagian manusia ke dalam kategori mukmin, kafir, dan munafik. Allah, kata Syekh Wahbah, kemudian pada Surat Al-Baqarah ayat 40 mulai mengarahkan bicara-Nya kepada bangsa-bangsa yang memiliki “tradisi” kenabian. 

Allah memulainya dari bangsa Yahudi karena mereka bangsa terdepan dengan sejumlah kitab samawi; dan juga karena mereka adalah bangsa yang paling keras memusuhi orang-orang yang beriman terhadap Al-Qur’an.

Sedangkan Yahudi adalah bangsa yang paling utama seharusnya beriman kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman. 

 Oleh karena itu, kata Syekh Wahbah, Allah mengingatkan bangsa Yahudi terhadap nikmat-nikmat yang telah diberikan kepada mereka. 

Allah juga mengingatkan mereka terhadap janji mereka untuk beriman kepada risalah dan kenabian Muhammad SAW.

 Syekh Jalaluddin dalam Tafsirul Jalalain pada Surat Al-Baqarah ayat 40 mengatakan, Bani Israil adalah keturunan Nabi Yakub.

 “Ingatlah nikmat-Ku yang telah Kuberikan kepada kalian,” yaitu bapak moyang kalian, yaitu penyelamatan dari Firaun, pembelahan laut, penaungan awan, dan nikmat lainnya agar kalian bersyukur dalam bentuk kepatuhan pada perintah-Ku.

 “Penuhilah janji kalian pada-Ku untuk beriman kepada Muhammad, niscaya Kupenuhi janji-Ku terhadap kalian berupa ganjaran surga. 

Takutlah kalian kepada-Ku terkait pengingkaran janji,” 

tulis Syekh Jalaluddin dalam tafsirnya. 

Imam Al-Baidhawi dalam karya tafsirnya, Kitab Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil, mengatakan, Surat Al-Baqarah ayat 40 ditujukan kepada orang yang berilmu dan Ahli Kitab. 

Pada surat ini, Allah memerintahkan mereka untuk mengingat nikmat Allah dan memenuhi janji mereka kepada-Nya dalam mengikuti jalan kebenaran dan menerima bukti-bukti kebenaran agar mereka menjadi orang yang pertama beriman kepada Nabi Muhammad SAW. 

Bani Israil, kata Imam Al-Baidhawi, adalah keturunan Nabi Ya’qub karena Israil adalah sebutan Nabi Yakub yang dalam bahasa Ibrani berarti kekasih atau hamba Allah. 

Mereka diperintahkan untuk mengingat nikmat Allah dengan cara memikirkannya dan menunaikan syukurnya.

Pemenuhan janji mereka, kata Imam Al-Baidhawi, dilakukan dengan cara keimanan dan ketaatan kepada Al-Qur’an.

 “Takutlah kepada-Ku,” perihal tindakan yang mereka lakukan dan mereka tinggalkan, terlebih lagi soal pelanggaran janji. 

Surat Al-Baqarah ayat 40 ini mengandung janji dan ancaman sekaligus; dan menunjukkan atas kewajiban syukur dan pemenuhan janji. 

Surat Al-Baqarah ayat 40 juga menunjukkan bahwa orang yang beriman seyogianya tidak takut kepada siapapun selain Allah.

 Tafsir Al-Baghowi dalam Kitab Ma’alimut Tanzil fit Tafsir wat Ta’wil mengatakan, kata “udzkurū” berarti zikir atau menjaga ingatan. 

Zikir dilakukan secara lisan dan di dalam hati. 

Kata zikir digunakan pada ayat ini karena di dalam syukur terdapat unsur zikir. 

Sedangkan pada kufur nikmat terdapat lupa.

Adapun penerima nikmat pada Surat Al-Baqarah ayat 40, kata Imam Al-Baghowi, adalah kakek moyang dan para pendahulu Bani Israil. 

Sedangkan nikmat itu sendiri, menurut Mujahid, adalah nikmat khusus yang selama ini diterima oleh Bani Israil.  

Menurut Imam Qatadah dan Mujahid, kutip Imam Al-Baghowi, janji yang dimaksud pada Surat Al-Baqarah ayat 40 disebutkan secara jelas pada Surat Al-Maidah ayat 12. 

Tetapi menurut Imam Al-Hasan, janji yang dimaksud adalah syariat Taurat sebagaimana keterangan Surat Al-Baqarah ayat 63. 

Adapun Muqatil mengatakan, janji yang dimaksud adalah janji Bani Israil untuk selalu mengesakan Allah sebagaimana keterangan Surat Al-Baqarah ayat 83. 

Sedangkan menurut Imam Al-Kalbi, janji Bani Israil kepada Allah adalah janji untuk beriman kepada nabi umi akhir zaman, Nabi Muhammad SAW, sebagaimana keterangan Surat Ali Imran ayat 187. 

QS. Ali 'Imran Ayat 187

  • وَاِذْ اَخَذَ اللّٰهُ مِيْثَاقَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ لَتُبَيِّنُنَّهٗ لِلنَّاسِ وَلَا تَكْتُمُوْنَهٗۖ فَنَبَذُوْهُ وَرَاۤءَ ظُهُوْرِهِمْ وَاشْتَرَوْا بِهٖ ثَمَنًا قَلِيْلًا ۗ فَبِئْسَ مَا يَشْتَرُوْنَ

    187. Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi Kitab (yaitu), “Hendaklah kamu benar-benar menerangkannya (isi Kitab itu) kepada manusia, dan janganlah kamu menyembunyikannya,” lalu mereka melemparkan (janji itu) ke belakang punggung mereka dan menjualnya dengan harga murah. Maka itu seburuk-buruk jual-beli yang mereka lakukan


Wallahu a’lam. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar