Selasa, 31 Agustus 2021

Denok

Alamat  : Pasir Impun
Jabatan :Anggota

Teh Mia

Alamat.    : Cimahi
Jabatan.  : Anggota

SAYANGILAH WANITA





1 September 2021
24 muharom 1443






الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْداً كَثِيراً طَيِّباً مُبَارَكاً فِيْهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَلَوَاتُ رَبِّي وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ

Jamaah kultum yang berbahagia

Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan bersyukurlah kepada-Nya yang telah menunjukkan Anda kepada agama Islam dan menganugerahkan nikmat dan karunia-Nya kepada Anda semua.

Salah satu kelebihan agama Islam dan keistimewaan syariat kita ialah lengkap dan menyeluruh. 

Tidak ada satupun aspek kehidupan yang tidak ditentukan peraturan dan hukumnya. 

Allah Maha Bijaksana dalam menciptakan dan memilih segala sesuatu.

أَلاَيَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِير

“Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Mulk: 14)

Salah satu aspek utama yang mendapat perhatian besar dari Islam, bahkan dikelilingi dengan pagar yang kokoh dan dibuatkan tata cara yang jelas karena kedudukannya yang sangat peting ialah aspek yang berhubungan dengan wanita, tanggung jawabnya di dalam umat, kedudukannya di masyarakat, serta hak dan kewajibannya. 

Hal itu tidak lain karena wanita merupakan batu bata dan bibit pertama yang menjadi pondasi bangunan keluarga. 

Kemudian menjadi pondasi kebangkitan umat dan pembangunan peradabannya. 

Di samping itu, wanita adalah ibu yang penuh kasih dan sayang, pendidik yang terhormat, pasangan hidup yang setia dan meneteramkan jiwa, adik yang pemurah dan menyenangkan, putri yang lembut dan berbakti, bahkan merupakan lembaga pendidikan yang sesungguhnya untuk menyiapkan generasi dan mencetak pemimpin-pemimpin masa depan.video islam muslimah

Jamaah kultum yang berbahagia

Islam datang tatkala wanita terampas hak-haknya, patah sayap-sayapnya, tercabut kehormatan-kehormatannya, dilecehkan dan diremehkan, dianggap sebagai biang keladi kesialan, diperlakukan secara buruk, disejajarkan dengan barang murahan, dihargai serendah-rendahnya, bisa dijual belikan, bisa dihibahkan dan disewakan semaunya, tidak punya hak milik dan hak waris, bahkan boleh dibunuh atau dikubur hidup-hidup tanpa kesalahan dan dosa apapun.

Ketika Islam datang dengan kebijaksanaan dan keadilannya, langsung mengangkat martabat wanita, menaikkan kedudukannya, mengembalikan kehormatannya, memperlakukannya secara proporsional, melenyapkan prilaku jahiliyah terhadapnya dan menganggapnya sebagai pasangan hidup laki-laki dan saudara kandungnya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebut wanita di dalam kitab suci-Nya bersama-sama dengan laki-laki dalam banyak tempat. Allah berfirman,

فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ أَنِّى لآَأُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِّنكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى

“Maka Rabb mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), ‘Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan.” (QS. Ali Imron: 195)

Allah juga berfirman ,

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَاكَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)

Dan Allah berfirman,

يَآأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وأُنثَى

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan.” (QS. Al-Hujurat: 13)

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan agar umatnya memperlakukan wanita dengan baik.

Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah Radiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Perlakukanlah kaum wanita dengan baik.” (Shahih Al-Bukhari, 5186 dan Shahih Muslim, 1468)

Sementara Ahmad, Abu daud dan At-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah Radiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah bersabda,

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah orang yang paling baik akhlaknya. 

Dan orang yang paling baik di antara kamu ialah orang yang paling baik kepada istri-istrinya.” (Al-Musnad, 2/472, Sunan Abi Daud, 4682, Jami’ At-Tirmidzi, 1162 dan Shahih Ibnu Hibban, 4176)

Islam juga menjamin hak-hak wanita untuk memperoleh kehormatan, kemanusiaan, kebebasan (yang syar’i), dan amal-amal Islam yang sesuai dengan karakter kewanitaannya, sepanjang tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. 

Juga tidak berlawanan dengan kaidah-kaidah atau tujuan-tujuan pokok syariat Islam, serta dilaksanakan di dalam lingkungan wanita yang terlindung. 

Islam bahkan memberikan hak yang sama antara laki-laki dan wanita dalam sejumlah bidang.

Hanya, kesamaan hak ini bertumpu pada ukuran syariah dan berpijak pada dasar nash yang shahih dan akal yang sehat.

Sesungguhnya Allah telah membekali laki-laki dan wanita dengan kekuasaan, keistimewaan dan piranti tertentu yang berbeda satu sama lain. 

Dan Islam menyiapkan laki-laki dan wanita untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu yang sesuai denga kodrat masing-masing di dalam hidup ini. 

Allah memberikan fisik yang kuat kepada laki-laki agar dapat berusaha dan bekerja keras.

Sedangkan wanita di karuniai kelembutan dan kasih sayang agar dapat mendidik anak-anak, membesarkan generasi dan membangun keluarga muslim dengan baik.

Jamaah kultum yang berbahagia

Apa lagi yang diinginkan wanita setelah mendapatkan kemuliaan ini?

Apa lagi yang diidam-idamkan oleh kaum hawa setelah memperoleh perlindungan dan perhatian semulia ini? 

Apakah mereka ingin mengganti sesuatu yang baik dengan sesuatu yang buruk? 

Apakah mereka lebih suka berpenampilan seronok, membuka aurat, merendahkan martabat sendiri, dan bergaul bebas dari pada menjalani hidup yang suci, terpelihara dan terhormat? 

Apakah mereka hendak membuang nash-nash Al-Qur’an dan hadits yang berisi perintah menutup aurat dan menjaga kehormatan diri ke tempat sampah. 

Kemudian memilih terpedaya dengan bunga-bunga yang menjebak, suara-suara yang keras, propaganda-propaganda yang menyesatkan, dan kata-kata bernada menipu yang menghampiri kita dari waktu ke waktu? 

Akankah mereka meninggalkan kewajiban meneladani para Ummul Mukminin yang suci dan tokoh-tokoh muslimah terkemuka yang shalihah seperti ibu Aisyah, Khadijah, Fatimah, Sumayyah, Nusaibah dan lain-lain. 

Kemudian memilih mengikuti jejak wanita-wanita jelek dan meniru gaya hidup wanita-wanita pendosa? Wal iyadzu billah!

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلاَتَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ اْلأُوْلَى

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.” (QS. Al-Ahzab: 33)

يَآأَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَآءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلاَبِيبِهِنَّ

“Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.'” (QS. Al-Ahzab: 59)

Sesungguhnya musuh-musuh Islam itu merasa gusar dan sakit hati melihat kehormatan dan kemuliaan yang disandang wanita muslimah. Maka mereka pun berusaha memasang perangkap dan menjebaknya, lalu menembaknya dengan tombak dan anak panah. Anehnya, ada orang-orang tertentu yang sebangsa dan sebahasa dengan kita rela memperjuangkan cita-cita mereka, bergabung dengan mereka, dan berusaha menyebarkan ide-ide mereka. Mereka melancarkan perang pemikiran yang sangat dahsyat terhadap saudara-saudara kita, kaum muslimah melalui judul-judul yang menipu dan kata-kata yang menyihir di sana dan sini. Mereka mengaku sebagai pembebas wanita. Mereka menuntut agar wanita bekerja di luar rumah. Mereka menyebarkan isu-isu yang provokatif dan syubhat-syubhat yang batil. Terhadap masyarakat muslim yang memegang teguh ajaran agamanya. Mereka mengatakan, “Masyarakat itu mati separuh. Ia bernafas hanya dengan satu paru. Bagaimana mungkin wanita dibiarkan terkurung dan terpenjara di dalam rumah? Dan banyak lagi bualan dan ungkapan menyesatkan yang mereka lontarkan. Apa yang mereka inginkan? Apa target mereka? Ya, target mereka adalah melepaskan wanita dari akhlak-akhlaknya, adab-adabnya, aturan-aturannya, nilai-nilainya dan dasar-dasarnya, serta menjerumuskannya dalam keburukan dan kerusakan. Mereka menginginkan agar wanita menjadi model (peragawati) dan komodoti yang diperjual-belikan. Lalu, siapa yang akan mengurus rumah tangga, membahagiakan keluarga dan mendidik anak-anak?”

Kepada saudara-saudara kami kaum muslimah di dunia Islam, seruan ini kita tujukan kepada setengah dari tanah suci ini. Teruslah berpegang teguh kepada Kitab Allah, menggigit Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan gigi geraham, serta mengikuti ajaran-ajaran dan etika-etika Islam.

Kepada organisasi-organisasi wanita di mana saja kami serukan agar Anda waspada terhadap dampak dari pelanggaran kaum wanita terhadap petunjuk Islam dan hanyut di dalam simbol-simbol yang mengkilat serta propaganda-propaganda beracun yang menyesatkan dan menghantam akhlak-akhlak, nilai-nilai dan adab-adab wanita.

Kepada orang-orang yang bertanggung jawab atas pendidikan, pembinaan dan pengawasan terhadap remaja-remaja putri. Di samping tertuju kepada sisi-sisi keimanan, pendidikan dan akhlak, kita juga harus membuat garis batas yang tegas dan tembok yang kokoh untuk membendung mengatasi hantaman air bah kejadian-kejadian yang memalukan, pemandangan-pemandangan mesum, film-film porno, foto-foto atau gambar-gambar telanjang atau semi telanjang yang bisa membunuh rasa cemburu dan akhlak, serta menimbulkan kedunguan dan ketololan. Dan kami juga mengingatkan kepada para suami dan para orang tua agar senantiasa melaksanakan tugasnya dengan baik dalam memimpin wanita. Hal ini dalam rangka melaksanakan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَآءِ

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita.” (QS. An-Nisa’: 34)

Mereka harus bertakwa kepada Allah dan menjaga dirinya, istrinya dan anak-anaknya dari adzab Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yaitu dengan cara mendidik dan membiasakan mereka dengan ajaran-ajaran Islam. Jangan pernah membiarkan mereka tanpa kontrol dan pengawasan yang memadai. Kita bener-bener berharap agar mereka tetap mempertahankan rasa cemburu mereka terhadap wanita dalam rangka menjaga kehormatan mereka, lebih-lebih agama dan akhlak mereka.

Jamaah Sholat Jum’at yang berbahagia

Karena orang yang berbahagia adalah orang yang mau mengambil pelajaran dari orang lain. Ketahuilah bahwa keterpurukan masyarakat umat sekarang ini dan kemorosotan akhlaknya tidak terjadi kecuali setelah mengalami keterpurukan system keluarganya dan rusaknya pola pendidikan kaum wanitanya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Tidaklah aku meninggalkan fitnah sesudah kematianku yang lebih berbahaya bagi laki-laki selain (fitnah yang dipicu oleh) wanita.” (HR. Al-Bukhari,5096 dan Muslim, 2740 )

Dan beliau juga bersabda,

“Maka takutlah akan dunia dan takutlah akan wanita, karena fitnah (malapetaka) pertama bagi bani Israil dahulu adalah masalah wanita.” (HR. Muslim, 2742 )

بارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ

Jamaah Sholat Jum’at yang berbahagia

Isu wanita merupakan isu yang sangat penting dan pelik, serta perlu diangkat secara terus-menerus dan fokus. Karena isu ini telah dijadikan sebagai kendaraan dan target oleh musuh-musuh Islam. Melalui isu inilah mereka menyebarkan syubhat (keragu-raguan), kebatilan dan racun manakala banyak umat Islam yang lengah. Oleh karena itu supaya orang-orang awam tidak terpedaya oleh tipu daya mereka, maka setiap muslim sesuai dengan bidangnya masing-masing harus peduli pada isu ini dan harus bisa menjelaskan bagaimana jalan Islam dalam masalah ini. Hal itu untuk membuktikan kepada seluruh dunia bahwa alhamdulillah kita masih memahami urusan agama kita dengan baik. Dan juga untuk menunjukkan kepada mereka bahwa gadis-gadis kita yang terpelihara masih bangga dengan keislamannya, masih memegang teguh agamanya, dan tidak dipusingkan dengan bualan orang-orang yang memusuhi akhlak-akhlak, nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang luhur. Lebih-lebih bagi kita yang hidup di tanah suci, di mana kaum wanita masih memegang teguh jalan Islam yang benar. Bahkan kaum wanita di sini menjadi prihal yang sitimewa, lain daripada yang lain, dan memiliki peradaban yang sangat mencolok di saat wanita pada umumnya tengah menghadapi gelombang fitnah yang datang bertubi-tubi. Hal itu tidak lain karena para pemimpinnya masih memegang teguh ajaran-ajaran Islam dan mendukung pelarangan terhadap hal-hal yang bertentangan dengan syariat Islam, seperti berpakaian seronok, membuka aurat, bergaul bebas dengan lawan jenis dan lain-lain, alhamdulillah.

Di sini ada satu hal penting yang perlu diingatkan, bahwa wanita muslimah yang datang ke rumah Allah terutama Masjidil Haram dan Masjid Nabawi harus bisa menjadi contoh dan teladan dalam menjaga kehormatan diri, sopan santun, menutup aurat dan memakai hijab syar’i yang menutupi wajah dan seluruh badannya. Ini dalam rangka mengamalkan nahs-nash yang shahih dan sharih dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ia juga harus menghindari berdesak-desakan dengan laki-laki dan tidak mengganggu mereka dengan aroma parfum yang harum, pakaian yang indah dan perhiasan yang mewah, agar ia mendapatkan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Apakah kata-kata ini akan sampai kepada telinga yang mau mendengarkan dan hati yang mau menampung? Itulah yang kita harapkan dan kita inginkan.

إِنْ أُرِيدُ إِلاَّ اْلإِصْلاَحَ مَااسْتَطَعْتُ وَمَاتَوْفِيقِي إِلاَّ بِاللهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ

“Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.” (QS. Huud: 88)

بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَجَعَلَنَا اللهُ مِنَ الَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِـرُ الله لِيْ وَلَكُمْ

Khutbah Ke 2

اَلْحَمْدُلِلّهِ حَمْدًاكَثِيْرًاكَمَااَمَرَ. وَاَشْهَدُاَنْ لاَاِلهَ اِلاَّللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ. اِرْغَامًالِمَنْ جَحَدَبِهِ وَكَفَرَ. وَاَشْهَدُاَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُاْلاِنْسِ وَالْبَشَرِ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ مَااتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَاُذُنٌ بِخَبَرٍ اَمَّا بَعْدُ : فَيَااَ يُّهَاالنَّاسُ !! اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ. وَذَرُوالْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَوَمَابَطَنْ. وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ. وَاعْلَمُوْااَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَفِيْهِ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاًعَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْاتَسْلِيْمًا. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. كَمَاصَلَّيْتَ عَلىَ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ. فىَ الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌمَجِيْدٌ اَللّهُمَّ اغْفِرْلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَاوَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ. اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّاالْغَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالرِّبَا وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ. وَسُوْءَالْفِتَنِ مَاظَهَرَمِنْهَا وَمَابَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَاخَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِبَلاَدِالْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ رَبَّنَااَتِنَافِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.


Islam Sangat Melindungi Kaum Wanita


Rabu 1 September 2021
          24 Muharram 1443





Islam Sangat Melindungi Kaum Wanita



إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِي اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.

يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. أَمَّا بَعْدُ؛

Jama’ah shalat Jum’at yang berbahagia!

Kaum muslimin para hamba Allah yang dirahmati Allah! 

Pada masa modern ini, pembicaraan tentang wanita adalah termasuk pembicaraan yang telah menyita banyak waktu semua orang, dari kalangan intelektual maupun dari kalangan awam. 

Betapa tidak, kaum wanita dengan kelemahlembutannya dapat melakukan hal-hal spektakuler yang dapat mengguncangkan dunia. 

Dengan kelemahlembutannya itu ia dapat melahirkan tokoh-tokoh besar yang dapat membangun dunia. 

Namun dengan kelemah-lembutannya pulalah ia dapat menjadi penghancur dunia yang paling potensial.

Untuk mengetahui bagaimana semestinya posisi kaum wanita yang tepat maka kita perlu mengetahui bagaimana posisi kaum wanita di kalangan generasi terdahulu sebelum datangnya Islam.

Siapapun yang mencoba mempelajari kondisi kaum wanita sebelum Islam maka ia temukan hanyalah sekumpulan fakta yang tidak menggembirakan. 

Ia akan terheran-heran menyaksikan kondisi kaum wanita yang sangat berbeda antara suatu bangsa dengan bangsa yang lain, bahkan antara satu suku dengan suku yang lain. 

Di suatu bangsa ia melihat kaum wanita menjadi penguasa tertinggi, sementara pada bangsa yang lain mereka manjadi makhluq yang terhina dan dianggap aib bahkan dikubur hidup-hidup.

Allah berfirman tentang ratu Saba’:

“Sesungguhnya aku (burung hud-hud) mendapati seorang ratu yang menguasai mereka dan ia dianugrahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar” (An-Naml: 23).

Sementara di belahan bumi lain, Allah menceritakan sisi yang berlawanan dari itu:

“Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah ia dibunuh.” (At-Takwir: 8-9).

Itulah kondisi kaum wanita di masa jahiliyah; ibarat barang yang terhina dalam keluarga dan masyarakat, diperbudak oleh kaum pria. 

Hari kelahirannya adalah hari di mana semua wajah menjadi kecewa, dan tidak lama kemudian ia akan dikubur hidup-hidup dalam kubangan tanah yang digali oleh ayahnya sendiri.

Inilah akibat dari jauhnya akal masyarakat dari cahaya wahyu.

Inilah gambaran umat yang dilahirkan oleh berhalaisme dan dididik oleh para tukang sihir dan peramal. 

Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu berkata: “bila engkau ingin melihat bagaimana kejahilan bangsa Arab terdahulu maka bacalah firman Allah Ta’ala:

“Sungguh merugilah orang-orang yang membunuh anak-anak mereka karena kebodohan tanpa ilmu.” (Al-An’am: 140)

Fahamlah kita bagaimana kejahiliyahan menenggelamkan masyarakat Arab saat itu ke dalam pojok-pojok kegelapan peradaban, hingga akhirnya terbitlah fajar Islam lalu terdengarlah di penjuru dunia untuk pertama kalinya:

”Dan para laki-laki beriman dan wanita yang beriman itu adalah wali (penolong) antara sebagian mereka kepada sebagaian yang lain.” (At-Taubah: 17).

Lalu bergaunglah firmanNya:

“Dan para wanita itu mempunyai hak dan keseimbangan dengan kewajiban mereka secara ma’ruf.” (Al-Baqarah: 228).

Dengan demikian Islam telah meletakkan dasar dan pondasi yang begitu kokoh untuk membangun pribadi wanita yang baru berdasarkan wahyu dari Dzat yang telah menciptakannya.

Dan pemuliaan Islam terhadap wanita tidak cukup sampai di sini, Islam bahkan telah menjadikan ibu sebagai orang yang lebih dihormati daripada seorang ayah.

قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَنْ أَبُرُّ؟ قَالَ: أُمَّكَ، قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمَّكَ، قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمَّكَ، قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أَبَاكَ. (رواه البخاري ومسلم).

Seorang pria bertanya: “Wahai Rasulullah! Kepada siapakah aku berbakti?” Beliau menjawab:

 ”Ibumu” Ia bertanya lagi: “lalu kepada siapa?” beliau menjawab: “Ibumu.” kemudian ia bertanya lagi: 

“lalu kepada siapa ? beliau menjawab: “Ibumu” kemudian ia bertanya lagi “lalu kepada siapa ?” barulah beliau berkata:

 “ayahmu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Kaum muslimin yang berbahagia! Islam telah meletakkan jalinan yang kuat dan kokoh untuk menjaga kaum wanita. 

Bila mereka berpegang padanya mereka akan selamat, sebaliknya bila mereka menyia-nyiakannya maka mereka akan sesat dan binasa. 

Jalinan itu adalah sifat “Al-Hasymah” (bersikap malu) dan “Al-Afaf” (menjaga kesucian) yang kemudian memberikan konsekwensi agar seorang wanita mengenakan hijab syar’i, tetap berdiam di rumah, dan menghindari percampurbauran dengan kaum pria; yang semuanya itu menjadikannya ibarat sebuah permata bernilai tinggi di kedalaman lautan yang tidak di jamah kecuali orang yang berhak untuk itu.

Islam memandang bahwa percampurbauran antara pria dan wanita (ikhthilath) sebagai sebuah bahaya yang sangat nyata, oleh karena itu Islam mencegahnya dan menggantinya dengan mensyariatkan pernikahan.

Hadirin yang berbahagia!

Ketahuilah bahwa musuh-musuh Islam telah mengetahui bagaimana nilai hijab syar’i dalam melindungi seorang muslimah, mereka juga faham perintah untuk “tinggal di rumah saja” memberikan pengaruh yang sangat besar dalam menjaga wanita muslimah, dalam menjaga kesucian dan kemuliaannya. 

Oleh karena itu, kita dapat melihat bagaimana mereka memerangi hijab muslimah tanpa ampun. 

Suatu waktu mereka menyebutnya sebagai sebuah kedzaliman dan kejahatan atas wanita., atau sebagai penghalang yang merintangi berkembangnya dunia ketiga, atau dikali lain mereka menyebutnya sebagai budaya Arab saja. 

Seiring dengan itu, mereka juga mendorong para wanita muslimah untuk keluar dari rumah-rumah yang telah melindungi mereka dengan alasan persamaan hak dan derajat antara pria dan wanita.

 Dan yang masih saja hangat sampai hari ini adalah sebuah ide sekuler yang berhasil ditanamkan oleh musuh-musuh Islam kedalam otak sebagian kaum muslimin; yaitu ide melakukan perombakan terhadap fiqh Islam yang katanya hanya berpihak pada kaum pria, sehingga lahirlah ide “Fiqh Perempuan”

Semua itu dilakukan oleh musuh-musuh Islam bukan karena mereka kasihan dan ingin menolong wanita muslimah atau karena cinta kepada kaum muslimin. 

Sekali-kali tidak, hal ini, karena kebencian yang terpendam dalam hati-hati mereka;

“Beginilah kalian, kalian mencintai mereka padahal mereka sama sekali tidak mencintai kalian.” (Ali-Imran:119)

Para hamba Allah yang saya cintai!. 

Siapapun di dunia ini yang memiliki akal sehat akan dapat melihat permusuhan yang amat nyata dari kaum Yahudi dan Nashrani khususnya kepada umat Islam. 

Semuanya dapat melihat dengan jelas bagaimana mereka selalu menjadikan wanita muslimah sebagai sasaran mereka.

 Bukankah kaum Yahudi telah memancangkan permusuhannya terhadap hijab sejak mereka mengatur siasat untuk merobek hijab seorang muslimah dan menampakkan auratnya di pasar Bani Qainuqa’??!.

Dan hingga kinipun, permusuhan itu tetap membara, sebab mereka mengetahui bahwa rusaknya kaum wanita pertanda rusaknya tatanan masyarakat.

Namun sangat disayangkan, entah berapa banyak dari kaum muslimin yang menyerahkan diri mereka kepada tipu-daya mereka. 

Entah berapa banyak dari kaum muslimin yang turut serta membantu mereka memerangi hijab syar’i ini. 

Mereka inilah para korban “brain washing” yang dilancarkan oleh kaum kafir dalam berbagai aspek kehidupan.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah!.

Sesungguhnya istri-istri kita, saudari-saudari kita, dan putri-putri kita adalah bunga-bunga yang menghiasi taman kehidupan kita. Mereka adalah belahan hati kita semua. 

Namun hampir-hampir saja kita tidak lagi dapat merasakan keindahan bunga itu karena ada sebuah tiupan angin kencang yang sebentar lagi akan merenggutnya.

 Apakah anda sekalian mengetahui angin kencang apakah itu?.

Ia adalah angin westernisasi yang mengajak mereka melepaskan hijabnya, yang mendorong mereka untuk bercampur baur dengan kaum pria dan membisiki mereka agar membuang rasa malu mereka untuk bercampur-baur dengan kaum.

 Angin kencang ini ditiupkan melalui lembaran-lembaran surat kabar dan majalah, melalui roman-roman percintaan, melalui siaran-siaran televisi dan radio atau media-media informasi lainnya .

Mereka telah mendorong kaum wanita mengubur sendiri dirinya hidup-hidup;bukan di dalam tanah, tetapi di dalam sifat ‘iffah mereka yang telah hilang, kedalam kehormatan mereka yang tercabik-cabik, dan kedalam kesucian mereka yang telah ternoda! lalu apakah gunanya hidup mereka setelah itu? Mereka telah melakukan perbuatan yang lebih keji dari apa yang pernah terjadi di masa Jahiliyah dulu. 

Bagaimana anak-anak perempuan dikubur hidup-hidup dimasa itu akan mendapatkan Surga Allah, disebutkan dalam Musnad Imam Ahmad bahwa Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:

اَلْمَوْؤُوْدَةُ فِي الْجَنَّةِ.

“Anak-anak perempuan yang dikubur hidup-hidup itu di Surga.”

Namun di zaman ini, para wanita itulah yang mengubur dirinya sendiri hingga hilang rasa malu. Dan balasan untuk mereka pun begitu menakutkan, Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda tentang wanita yang seperti ini:

وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيْلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُؤُوْسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيْحَهَا.

“Dan wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang yang melenggak lenggok, kepala-kepala mereka seperti punuk-punuk onta, mereka itu tidak akan masuk Surga dan tidak mendapatkan baunya.” (HR. Muslim).

Kaum muslimin para hamba Allah yang berbahagia!

Oleh karenanya, melalui mimbar Jum’at yang mulia ini kami menyerukan kepada para penanggung jawab kaum wanita, para bapak, para suami dan para saudara, renungkanlah!

Melalui mimbar Jum’at ini pula, kami mengingatkan para pemudi Islam agar mereka tidak mendengarkan tipuan-tipuan musuh-musuh anda yang selalu menampakkan indahnya hidup bercampur baur dengan kaum pria atas nama kebebasan, kemajuan dan kemoderenan. Karena bagi mereka yang penting dari diri anda hanyalah kenikmatan dan kelezatan sesaat. 

Nasehat kami kepada Anda adalah bahwa kunci perbaikan itu ada di tangan Anda semua. Jika Anda ingin, Anda dapat memperbaiki diri sendiri. 

Dan kebaikan Anda juga berarti kebaikan bagi ummat ini.

“Dan tinggallah kalian (para wanita) di dalam rumah-rumah kalian, dan janganlah kalian berhias seperti berhiasnya kaum jahiliyah pertama, dan tegakkanlah shalat, tuanaikanlah zakat, dan taatilah Allah beserta RasulNya.” (Al-Ahzab: 33).

Akhirnya, semoga wasiat ini dapat bermanfa’at dalam proses perbaikan terhadap ummat yang kian terpuruk ini. 

Semoga bagi kita sekalian dianugrahkan taufiq dan inayah untuk membangun kekuatan dan kejayaan ummat seperti sedia kala . Amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ.

Khutbah Kedua

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}

ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.


Bunda Maci

                    ID-022
Nama.    : Bunda Maci
Alamat.  : Caringin
Jabatan  : Anggota

Senin, 30 Agustus 2021

PEREMPUAN DALAM PANDANGAN ISLAM








Perempuan Dalam Pandangan Islam



إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ , وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا , مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ محمداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ؛ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ .

أَمَّا بَعْدُ مَعَاشِرَ المُؤْمِنِيْنَ عِبَادَ اللهِ : اِتَّقُوْا اللهَ فَإِنَّ مَنِ اتَّقَى اللهَ وَقَاهُ وَأَرْشَدَهُ إِلَى خَيْرٍ أُمُوْرٍ دِيْنِهِ وَدُنْيَاهُ .

Jamaah Jumuah yang di Rahmati Allah,

Di antara bentuk kesempurnaan dan kemuliaan agama Islam adalah memuliakan kaum perempuan, menjaga mereka, dan menjunjung tinggi kehormatan mereka. 

Kaum perempuan yang hidup di bawah naungan Islam akan diarahkan kepada adab-adab yang terhormat dan kehidupan yang penuh kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat. 

Kaum perempuan akan senantiasa menikmati kehidupan selama mereka memiliki pola hidup yang islami, menjaga syariat, memperhatikan hak-hak Islam dan kewajiban yang ada pada mereka.

Jamaah Jumuah yang di Rahmati Allah,

Aturan-aturan Islam untuk wanita muslimah bukanlah aturan yang membebani mereka atau membuat mereka tidak merdeka, akan tetapi aturan tersebut adalah tata norma dan adab mulia yang menjadikan kaum perempuan terjaga kehormatannya di tengah pergaulan masyarakat. 

Apabila kaum perempuan meninggalkan adab dan akhlak islami ini, keutamaan dan kemuliaan pun akan pergi meninggalkan mereka. 

Mereka akan berhadapan dengan perkara-perkara hina dan rendah, dosa-dosa, dan hal-hal yang berbahaya.

Jamaah Jumuah yang di Rahmati Allah,

Alangkah indahnya perempuan yang hidup dalam pemeliharaan Islam. 

Alangkah indahnya, kaum perempuan yang menjaga adab dan akhlak syariat. 

Mereka akan merasakan bahagianya hidup dan bahagianya berpegang pada norma-norma yang luhur.

Pada kessempatan kali ini, khotib hendak menyampaikan bagaimana Islam membimbing wanita muslimah:

Pertama: sesuatu yang paling asasi yang harus diperhatikan kaum perempuan adalah perhatian mereka terhadap ibadah kepada Allah. 

Allah Ta’ala berfirman,

وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيراً

“…dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya.

 Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (QS. Al-Ahzab: 33).

Kedua: hendaknya kaum perempuan memperhatikan pakaian mereka. 

Mereka wajib untuk berbusana dengan busana seorang muslimah, mengenakan hijab dan menutup seluruh aurat mereka dari pandangan laki-laki.

 Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاء الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَّحِيماً

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: 

“Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. 

Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59).

Allah Ta’ala juga berfirman,

وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعاً فَاسْأَلُوهُنَّ مِن وَرَاء حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ

“Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (QS. Al-Ahzab: 33).

Ketiga: senantiasa berada di rumah jika tidak ada keperluan. Allah Ta’ala berfirman,

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى

“dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.” (QS. Al-Ahzab: 33).

Keempat: kaum perempuan hendaknya menjaga diri untuk tidak berdua-duaan dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Perbuatan ini bisa menimbulkan bahaya untuk dirinya, sehingga Allah tidak menghalalkan hal ini untuk mereka. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ مَعَ ذِى مَحْرَمٍ

“Tidaklah sekali-kali seorang lelaki berkhalwat dengan seorang wanita, melainkan yang ketiganya adalah setan.” (Muttafaqun ‘alaihi).

Dalam hadits lainnya Nabi menjelaskan ketika seseorang berduaan dengan perempuan, maka akan hadir setan menjadi yang ketiga.

Kelima: hendaknya kaum perempuan menjaga diri dari campur baur dengan laki-laki dalam satu forum atau perkumpulan. Karena campur baur yang demikian terbukti menumbuhkan benih-benih kejelekan. Potensi campur baur di masjid saja mendapat peringatan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya,

خَيْرُ صُفُوفِ النِّسَاءِ آخِرُهَا وَشَرُّهَا أَوَّلُهَا

“Sebaik-baik shaf perempuan adalah shaf yang paling akhir dan sejelek-jeleknya adalah shaf yang paling awal.”

Apabila shalat, Nabi memberi waktu bagi kaum perempuan untuk meninggalkan masjid sebelum laki-laki keluar dari masjid. Hal ini Nabi terapkan di masjid, bagaimana kiranya di tempat selain masjid?!

Keenam: hendaknya kaum perempuan tidak bersafar kecuali ditemani oleh mahramnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا يَحِلُّ لِامْرَأَةٍ تُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ أَنْ تُسَافِرَ مَسِيرَةَ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ لَيْسَ مَعَهَا ذُو مَحْرَمٍ

“Tidak halal bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk safar sejauh perjalanan sehari semalam kecuali bersama mahramnya.” (Muttafaqun ‘alaihi).

Ketujuh: wanita menjaga diri dari menampakkan perhiasannya dan memakai wewangian yang tercium oleh laki-laki asing. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِن زِينَتِهِنَّ

“Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.” (QS. An-Nur: 31).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَيُّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ ثُمَّ مَرَّتْ عَلَى الْقَوْمِ لِيَجِدُوا رِيحَهَا فَهِيَ زَانِيَةٌ

“Perempuan mana pun yang menggunakan parfum kemudian melewati suatu kaum agar mereka mencium wanginya, maka dia seorang pezina.”( HR. Ahmad).

Kedelapan: perempuan juga hendaknya tidak mendayu-dayukan suaranya ketika berbicara dengan laki-laki. Allah Ta’ala berfirman,

فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلاً مَّعْرُوفاً

“Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (QS. Al-Ahzab: 32).

Kesembilan: sebagaimana laki-laki, perempuan juga diperintahkan untuk menundukkan pandangannya. Allah Ta’ala berfirman,

وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ

Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya…” (QS. An-Nur: 31).

Jamaah Jumuah yang di Rahmati Allah,

Inilah beberapa poin penting yang harus diperhatikan oleh kaum perempuan. Kesemua hal ini bersumber dari Alquran dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hendaknya kita saling tolong-menolong dalam kebaikan, mendidik generasi perempuan yang utama dan mulia.

Bagi kaum perempuan, hendaknya mereka bertakwa kepada Allah dalam menjaga diri mereka dan menjaga diri dalam lingkungan masyarakat. Hendaknya mereka memperhatikan perintah-perintah Rabb mereka dan wasiat-wasiat Nabi mereka, karena pada yang demikian itulah terdapat kemuliaan, kesuksesan, dan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Jamaah Jumuah yang di Rahmati Allah,

Wajib bagi kaum perempuan untuk mematuhi dan menjaga wasiat-wasiat Allah dan Rasul-Nya dengan kesungguhan yang nyata. Hendaklah mereka menyadari dengan penuh kesadaran bahwa mereka dihadapkan pada banyak hal yang bisa membahayakan agama mereka. Banyak orang-orang pembuat propaganda dan pecinta kebatilan yang menargetkan mereka dengan segala tipu daya. Allah Jalla wa ‘Ala berfirman,

وَاللَّهُ يُرِيدُ أَنْ يَتُوبَ عَلَيْكُمْ وَيُرِيدُ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الشَّهَوَاتِ أَنْ تَمِيلُوا مَيْلًا عَظِيمًا

“Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran).” (QS. An-Nisa’: 27).

Berhati-hatilah wahai kaum perempuan dari orang-orang yang merayu Anda agar melakukan perbuatan rendahan dan merusak diri Anda. Jagalah adab dan akhlak Islam. Bergaya hiduplah denganya agar Anda mulia dan dihormati.

Perempuan yang cerdas adalah perempuan yang cita-cita kehidupannya adalah menaati Allah Jalla wa ‘Ala dan menghias diri dengan adab dan akhlak islami. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا: ادْخُلِى الْجَنَّةَ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

“Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban).

Hendaknya kaum perempuan merenungi janji Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ini agar mereka kian bersemangat melaksakan apa yang telah Allah dan Rasul-Nya gariskan untuk mereka.

Hendaknya yang hadir di sini menjadi suami yang menyampaikan kepada istrinya, menjadi ayah yang menasihati putrinya, menjadi saudara laki-laki yang menyeru saudarinya kepada ketaatan dan akhlak yang mulia.

Semoga Allah Ta’ala meneguhkan kita semua dan juga wanita-wanita muslimah agar terus berpegang teguh dengan Alquran dan sunnah. Semoga Allah melindungi kita dan para wanita muslimah, dari godaan untuk melakukan sesuatu yang tercela dan hina.

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ نِسَاءَنَا وَبَنَاتَنَا ، وَاهْدِنَا جَمِيْعاً إِلَيْكَ صِرَاطاً مُسْتَقِيْماً ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْنَا لِلْعَمَلِ بِكِتَابِكَ وَاتِّبَاعِ شَرْعِكَ وَالْاِهْتِدَاءِ بِهَدْيِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، اَللَّهُمَّ حَبِّبْ لِنِسَائِنَا وَبَنَاتِنَا اَلتَّأَسِّيْ بِأُمَّهَاتِ المُؤْمِنِيْنَ وَبِالصَّحَابِيَاتِ اَلْجَلِيْلَاتِ وَبِغَيْرِهِنَّ مِنَ النِّسَاءِ الفَاضِلَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَاءِ وَأَنْتَ أَهْلُ الرَّجَاءِ وَأَنْتَ حَسْبُنَا وَنِعْمَ الوَكِيْلِ.

Khutbah Ke 2

واَلْحَمْدُلِلّهِ حَمْدًاكَثِيْرًاكَمَااَمَرَ. وَاَشْهَدُاَنْ لاَاِلهَ اِلاَّللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ. اِرْغَامًالِمَنْ جَحَدَبِهِ وَكَفَرَ. وَاَشْهَدُاَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُاْلاِنْسِ وَالْبَشَرِ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ مَااتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَاُذُنٌ بِخَبَرٍ اَمَّا بَعْدُ : فَيَااَ يُّهَاالنَّاسُ !! اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ. وَذَرُوالْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَوَمَابَطَنْ. وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ. وَاعْلَمُوْااَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَفِيْهِ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاًعَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْاتَسْلِيْمًا. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. كَمَاصَلَّيْتَ عَلىَ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ. فىَ الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌمَجِيْدٌ اَللّهُمَّ اغْفِرْلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَاوَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ. اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّاالْغَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالرِّبَا وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ. وَسُوْءَالْفِتَنِ مَاظَهَرَمِنْهَا وَمَابَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَاخَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِبَلاَدِالْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ رَبَّنَااَتِنَافِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.


Om Dion

                      ID-299
Nama.    : Dion
Alamat.  : Pahlawan
Jabatan  : Anggota

pak Nana


                       ID-223
Nama.      : Nana
Alamat.    : Andir
Jabatan.  : Anggota

Om Ulle

                    ID-233
Nama     : Ulle
Alamat   : Cibiru
Jabatan : Anggota

Bagas DS

                      ID-171
Nama.     : Bagas D S
Alamat.   : Bukit Bintang
Jabatan   : Anggota

jauhilah ucapan saat sedang berdo'a. Selasa 31 Agustus 2021. 23 Muharom 1443.


Astaghfirullah, Jangan Sampai Ucapkan Kata-Kata Ini Saat BerdoaDalam Islam, berdoa merupakan salah satu aktivitas spiritual yang diwajibkan bagi seorang hamba untuk meminta sesuatu kepada Allah. Berdoa seringkali dilaksanakan usai melaksanakan salat wajib maupun salat sunnah. 

Dalam berdoa, umat Islam dianjurkan untuk terlebih dahulu melafalkan pujian-pujian terhadap Allah melalui kalimat dzikir. 
Setelah berdzikir, barulah memanjatkan keinginannya agar dikabulkan oleh Allah.

Ternyata adab dalam berdoa tidak hanya itu saja, sebab ada adab lain yang patut dilakukan oleh umat Islam saat berdoa.

Salah satunya yaitu berdoa dengan bersungguh-sungguh dan meyakini bahwa Allah akan mengabulkan permohonan doa tersebut. 

Namun sayangnya, ada sebuah kekeliruan yang sering dilakukan oleh umat Islam dalam berdoa.

Bahkan kekeliruan tersebut pun seringkali tidak disadari oleh umat Islam. 

Memangnya apa kekeliruan yang sering dilakukan saat berdoa?

Ternyata ada beberapa kata-kata yang terlarang untuk diucapkan saat memanjatkan doa kepada Allah. 

Rasulullah bahkan menjelaskan bahwa kata-kata tersebut sering diucapkan oleh umat Islam saat berdoa, padahal kata-kata tersebut sebenarnya tidak diperbolehkan. 

Seringkali kita menjumpai orang-orang berdoa dengan menggunakan kata-kata, 

Ya Allah, perkenankanlah kami memohon untuk diberikan rumah dan mobil baru.

Selain itu, ada pula yang berdoa dengan kata-kata “Ya Allah, jika Engkau berkenan tolong kabulkanlah doa hamba tersebut.” 

Bahkan sebagian besar umat Islam menganggap bahwa kata-kata tersebut baik untuk digunakan saat memanjatkan doa. 

Secara sepintas, memang tampak seperti tidak ada yang salah dengan kalimat tersebut. 

Pasalnya, kata-kata tersebut terkesan lembut dan tidak memaksa Allah untuk mengabulkan doa yang dipanjatkan.

Namun ternyata, Allah melalui Rasulullah SAW menyampaikan bahwa kata-kata-kata tersebut tidak disukai-Nya dan umat Islam dilarang mengucapkannya ketika berdoa. 

Sebagaimana disebutkan dalam hadis berikut, “Apabila salah seorang dari kalian berdoa, hendaklah ia sungguh-sungguh dalam memohon dan janganlah ia mengucapkan, ‘Ya Allah jika Engkau berkenan maka berilah aku.’ Karena sesungguhnya tidak ada yang dapat memaksa-Nya.” (HR. Bukhari)

Menurut seorang ahli tafsir bernama Ibnu Abdil Barr, kata-kata “Jika Engkau berkenan” memang sebaiknya tidak digunakan saat berdoa.

 Sebab tidak ada yang dapat memaksa Allah untuk melakukan sesuatu. 

Allah hanya melakukan apa yang dikehendaki-Nya dan Allah pun hanya mengabulkan apa yang dikehendaki oleh-Nya.

Dalam hadis lain pun disebutkan, “Janganlah kalian mengucapkan ‘Ya Allah ampunilah aku jika Engkau berkenan. 

Ya Allah rahmatilah aku jika Engkau berkenan’. Tapi hendaknya ia sungguh-sungguh dalam memohon karena sesungguhnya tidak ada yang dapat memaksa-Nya.” (HR. Bukhari)

Dengan menggunakan kata-kata “Jika Engkau berkenan” maka seolah-olah seorang hamba menganggap Allah berkemungkinan tidak menyukai doanya. 

Padahal Allah sangat senang apabila hamba-Nya sering berdoa kepada-Nya sebab seorang hamba akan tergolong sombong jika tidak berdoa kepada Allah. 

Ibnu Abdil Barr juga bahkan mengatakan bahwa kata-kata “Jika Engkau berkenan” hukumnya haram jika diucapkan oleh seorang hamba ketika ia berdoa. 

Sedangkan menurut Imam Nawawi, kata-kata tersebut hukumnya adalah makruh.

Dengan demikian, kata-kata “Jika Engkau berkenan” dianggap tidak berdasar dan tidak sepatutnya diutarakan saat berdoa. 

Sebab Allah hanya melakukan apa yang dikehendaki-Nya.

Selain itu, saat berdoa hendaknya seorang hamba melakukannya dengan bersungguh-sungguh dan meyakini bahwa doanya tersebut akan dikabulkan oleh Allah.

Oleh karena itu, umat Islam hendaknya memperhatikan adab-adab yang harus dilakukan saat berdoa. 

Yaitu mengawalinya dengan puji-pujian melalui berbagai macam dzikir, memohon dengan bersungguh-sungguh dan meyakini bahwa Allah akan mengabulkan doa tersebut.

Kemudian yang paling utama adalah dengan tidak mengucapkan kata-kata “Jika Engkau berkenan” kepada Allah. Wallahu a’lam.

SARAT TERKABULNYA DO'A

Allah berpesan kepada nabinya kalau hamba-hambamu bertanya tentang aku, aku dekat. Kuperkenankan doa yang berdoa, kalau memang dia berdoa.

Maka, Allah berfirman hendaklah mereka memperkenankan tuntunanku dan hendaklah mereka percaya penuh kepadaku. Agar mereka selalu dalam kebenaran. Karena itu, berdoalah dengan tulus bahkan merengeklah sambil memenuhi hati dengan optimisme bahwa doa Anda dikabulkan Allah


Allah menyukai hamba-hambanya yang suka berdoa. Namun, bagaimana doa itu dikabulkan, tergantung pada syarat-syaratnya. Allah punya hak penuh untuk mengabulkan atau mengijabah doa. Hal itu adalah takdir Allah.

Menurut Hadis Bukhari, Nabi pernah bersabda, “Kalau kalian berdoa, ikuti dengan keyakinan penuh bahwa Tuhan akan kabulkan. Karena Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.”

Nabi mengatakan, tidak ada seorang muslim yang berdoa, kecuali Allah pasti kabulkan. Namun, menurut Ustaz Khalid Basalamah dalam channel YouTuber bertajuk “3 Tahapan agar Doa Terkabul”, hal itu tergantung empat tahapan. Hal itu adalah:

1.     Ikhlas

2.     Tidak tergesa-gesa

3.     Tidak meminta yang haram

4.     Dia seorang muslim

Doa yang tidak tergesa-gesa adalah doa yang tidak bosan-bosannya diutarakan kepada Allah. Ustaz Khalid menyarankan berdoa dengan sabar dan terus berusaha sampai akhirnya Allah mengijabah doanya. Misalnya doa Nabi Zakaria meminta anak, padahal istrinya mandul. Allah akhirnya mengabulkan doanya setelah doa itu dipanjatkan selama 70 tahun.

 


Pentingnya Sabar bagi Orang Terkena Musibah



Khutbah I
الحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ عَلَى قُلُوْبِ اْلمُسْلِمِيْنَ المُؤْمِنِيْنَ، وَجَعَلَ الضِّياَقَ عَلَى قُلُوْبِ الْمُنَافِقِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ الْمَلِكُ اْلحَقُّ اْلمُبِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْوَعْدِ الأَمِيْنِ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلمِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ المَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَاحَوْلَ وَلَاقُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ. أَمَّا بَعْدُ
أَيُّهاَ اْلحَاضِرُوْنَ اْلمُسْلِمُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ. قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
Jamaah shalat Jumat Rahimakumullah,
Pada kesempatan yang mulia ini, marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, taqwa dalam arti menjalankan segala apa yang diperintahkan oleh Allah, dan berusaha sekuat tenaga meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah SWT.

Tema khutbah kali ini adalah "Pentingnya Sabar bagi Orang Terkena Musibah".

Sabar adalah sesuatu yang sangat penting dalam ajaran Islam. Oleh karena pentingnya kedudukan sabar itulah, sabar dijadikan oleh Allah ﷻ sebagai satu sebab dari berbagai sebab atau faktor mendapatkan pertolongan dan kebersamaan bersama Allah Taala.
يٰاۧاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِۗ إنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah [2]: 153)

Nabi ﷺ bersabda:
اَلصَّبْرُ نِصْفُ الْإِيْمَانِ
“Sabar adalah separuh dari iman.” (HR. Abû Na‘îm dan al-Khathîb)

Ajaran sabar begitu penting dalam Islam, sehingga porsinya separuh dari kesempurnaan kualitas dan tingkat keimanan kita.

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,

Oleh karena urgensi sabar itulah, Allah ﷻ dalam QS. al-‘Ashr menegaskan bahwa kita diperintahkan untuk saling berwasiat, saling memberikan nasihat agar berbuat sabar (watawâshau bish-shabr), bukan hanya agar berbuat yang benar. Bahwa wasiat agar bersabar ini menjadi salah satu di antara empat elemen yang sangat penting bagi keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Syekh Ash-Shâwî dalam kitab tafsirnya Hâsyiyat al-Shâwî ‘alâ Tafsîr al-Jalâlain, ketika menjelaskan Surat al-’Ashr, menyatakan bahwa barangsiapa yang bisa memenuhi empat elemen ini: beriman, beramal saleh, berwasiat/nasihat kebenaran, dan berwasiat kesabaran, maka ia telah memenuhi hak Allah dan hak hamba-Nya, sehingga mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat.

Kita pun telah maklum dengan ayat yang menegaskan bahwa dunia ini adalah arena ujian (dâr balâ’) berupa ketakutan, kelaparan, kekurangan harta benda, nyawa dan buah-buahan, dan sebagainya. Allah pun memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang sabar, memberitahukan keadaan mereka ketika ditimpa musibah dan menetapkan balasan pahala dan rahmat bagi mereka.
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الـخَوْفِ وَالْـجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَموَالِ وَالأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ. اَلَّذِيْنَ إذَا أَصَابَتهُمْ مٌّصِيْبَةٌۗ قَالُوْا إنَّا لِلّٰهِ وَإنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَۗ. أُولٰۧئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوٰتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرَحمَةٌۗ وَأُولٰۧئِكَ هُمُ الْـمُهْتَدُوْنَ
“Dan pasti Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata ”Innaâ lillâhi wa innâ ilaihi râji‘ûn” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmah dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. al-Baqarah [2]: 155-157)

Atas dasar itulah, sabar merupakan sebab kelangsungan kokohnya cita-cita, langgengnya amal dan usaha sungguh-sungguh. Tidaklah hilang dari seorang suatu kesempurnaan kecuali karena lemahnya kekuatannya dalam menanggung rasa sabar dan beban. Padahal dengan kunci kesabaran yang kokoh, gembok-gembok persoalan dapat diatasi. Sebaik-baik perbuatan adalah sabar dalam menghadapi kesulitan.

Imam al-Ghazali (450-505/1058-1111) mengatakan bahwa: ”Seluruh yang dihadapi seorang manusia dalam kehidupan ini tidak lepas dari dua macam, yaitu: (1) sesuatu yang sesuai dengan keinginannya; dan (2) sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya, justru dibencinya. Masing-masing memerlukan kesabaran (al-Ghazâlî, Ihyâ’ ‘Ulûm ad-Dîn [Surabaya: Alhidayah, t.t.], Juz 4, hlm. 1409).

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,

Ada dua macam orang dalam kehidupan ini dalam hubungannya dengan kesabaran. Nabi ﷺ, sebagaimana tersebut dalam hadits shahih al-Bukhari dan Muslim, memberikan tamsil, suatu perumpamaan indah, mengenai orang mukmin yang sabar, dan orang munafik, dalam menghadapi kehidupan dunia ini.
مَثَلُ الْمُؤْمِنِ كَمَثَلِ الزَّرْعِ لَا تَزَالُ الرِّيْحُ تُمِيْلُهُ، وَلَا يَزَالُ الْمُؤْمِنُ يُصِيْبُهُ الْبَلَاءُ، وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ كَمَثَلِ شَجَرَةِ الْأَرُزِّ لَا تَهْتَزُّ حَتَّى تُسْتَحْصَدُ
”Perumpamaan orang mukmin bagaikan pohon yang selalu diterpa angin --tetapi tetap kokoh, dan seorang mukmin selalu ditimpa musibah; sementara perumpamaan orang munafik bagaikan pohon padi yang tidak bergoyang dan tidak roboh sampai dengan dipanen (HR Muttafaq ‘Alaih, redaksi Muslim). (An-Nawawî, Shahîh Muslim bi-Syarh al-Nawawî, Cet. ke-1, Al-Azhar: al-Mathba’ah al-Mishriyyah, 1930, Juz, XVII, hlm. 151)

Pohon bambu misalnya menancap kuat di bumi, meskipun diterjang angin yang mendoyongkannya, merontokkan daun-daunnya, tetapi tidak merobohkannya, tidak membelahnya, dan tidak mencerabut akarnya. Demikian pula seorang mukmin meskipun ditimpa musibah, yang mengakibatkan kesedihan, tetapi musibah itu tidak bisa mengalahkannya ataupun menggoncangkan keimanannya sedikitpun, sebab keimanannya kepada Allah merupakan pegangannya dari menghadapi musibah.

Dunia ini penuh dengan peristiwa dan kejadian yang mendadak. Pada satu sisi, manusia merasakan bahagia dekat dengan orang yang disayangi dan dicintai, tetapi tiba-tiba terdengar berita kematiannya. Pada sisi lain, manusia berada dalam keadaan sehat walafiat dan rezeki yang melimpah, tetapi tiba-tiba ia jatuh sakit, masa depannya suram, hartanya habis tersia-siakan....

Dunia ini ada anugerah, ada ujian, ada kegembiraan dan ada kesedihan, ada cita-cita serta ada derita. Dunia ini tidak ada yang langgeng (baqâ’), tetapi sifatnya fanâ’. Sesuatu yang jernih bisa berubah keruh, kesenangan bisa berubah menjadi keperihatinan dan kesedihan bahkan kesengsaraan. Alangkah janggal orang yang tertawa tetapi tidak pernah menangis; alangkah janggal orang yang penuh kemewahan tetapi tidak pernah merasakan kesulitan; alangkah janggal orang yang bahagia tetapi tidak pernah sedih, bukan?

Imam Syarf al-Dîn al-Nawawî memberikan penjelasan tentang maksud hadits di atas. Ia mengatakan:
 قَالَ الْعُلَمَاءُ: مَعْنَى الْحَدِيْثِ أَنَّ الْمُؤْمِنَ كَثِيْرُ الْآلَامِ فِيْ بَدَنِهِ أَوْ أَهْلِهِ أَوْ مَالِهِ، وَذَلِكَ مُكَفِّرٌ لِسَيِّئَاتِهِ، وَرَافِعٌ لِدَرَجَاتِهِ، وَأَمَّا الْكَافِرُ فَقَلِيْلُهَا، وَإِنْ وَقَعَ بِهِ شَيْءٌ لَمْ يُكَفِّرْ شَيْئًا مِنْ سَيِّئَاتِهِ، بَلْ يَأْتِيْ بِهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَامِلَةً.
Artinya: ”Para ulama berkata: ‘makna hadits itu adalah bahwa orang mukmin banyak mengalami kepedihan pada badannya, dan keluarganya ataupun hartanya, tetapi hal itu justru menjadi pelebur bagi kesalahan-kesalahannya, dan meninggikan derajatnya. Sementara orang kafir sedikit mengalami kepedihan, bila ia tertimpa sesuatu, sesuatu itu tidak meleburkan kesalahan-kesalahannya sedikit pun, bahkan ia datang membawa kesalahan-kesalahannya itu pada Hari Kiamat secara sempurna.” (An-Nawawî, Shahîh Muslim bi-Syarh al-Nawawî, Cet. ke-1, Al-Azhar: al-Mathba’ah al-Mishriyyah, 1930, Juz, XVII, hlm. 151)

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,

Inilah realitas dunia. Ada bahagia, ada sengsara, ada gembira ada sedih, ada suka dan ada duka. Oleh karena itulah, musibah bagi orang mukmin dipandang sebagai ujian. Bagi orang mukmin keberadaan dunia yang penuh dengan lika-liku dan dinamika kehidupan ini dihadapi dengan penuh kesabaran, karena sabar itulah obat dari penyakit-penyakit yang mengguncang dunia.

Allah ﷻ telah jelas menyatakan bahwa: ”Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya....” (QS. Al-Mulk [69]: 2). Jadi, dunia ini berisi ujian bagi manusia, untuk menguji orang yang paling baik perbuatannya (ahsan/khair), bukan cuma ornag yang paling banyak perbuatannya (aktsar).

Oleh karena itulah, Imam al-Hasan al-Bashri rahimahullâh (31-110 H), sebagaimana disitir oleh Syaikh ‘Abd al-Majîd bin Muhammad bin Muhammad al-Khânî al-Syâfi‘î al-Naqsabandî (w. 1318), berkata:
جَرَّبْنَا وَجَرَّبَ الْمُجَرِّبُوْنَ فَلَمْ نَرَ شَيْئًا أَنْفَعَ مِنَ الصَّبْرِ، بِهِ تُدَاوَى الْأُمُوْرُ، وَهُوَ لَا يُدَاوَى بِغَيْرِهِ، وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ.
Artinya: ”Kami telah mendapatkan ujian, sebagaimana orang-orang mendapatkan ujian, kami tidak melihat sesuatu pun yang lebih bermanfaat daripada sabar. Sebab dengan sabar itu segala persoalan dapat diobati (dicarikan solusinya), sementara sabar itu sendiri tidaklah diobati dengan selainnya. Tidaklah seseorang diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih luas--kenikmatannya--daripada sabar.” (‘Abd al-Majîd bin Muhammad al-Khânî al-Naqsabandî, al-Hadâ’id al-Wardiyyah fî Ajlâ’ al-Sâdâh al-Naqsabandiyyah, Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2010 hlm. 198).

Ekistensi orang mukmin di antara manusia ini sungguh menakjubkan, karena karakteristik baiknya dalam menghadapi kondisi senang maupun kesulitan, sebagaimana disebutkan dalam hadits:
إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Artinya: ”Seorang mukmin itu bila mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur, karena bersyukur itu lebih baik baginya; dan bila ditimpa sesuatu kesulitan, maka ia bersabar, karena sabar itu lebih baik baginya.” (HR. Muslim)

Dengan demikian, jelas ajaran kesabaran sangat penting diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari, dalam berbagai sendi dan dinamika kehidupan, terutama tentu ketika tertimpa musibah. Bagi orang mukmin yang bisa menjalani dan menghadapi musibah dengan sabar, maka ia diberikan petunjuk, ampunan, dan rahmat dari Allah Taala. Semoga Allah ﷻ memberikan kekuatan lahir bagi ahli musibah (orang dan keluarga yang terkena musibah). Semoga Allah Taala menyelamatkan kita, bangsa Indonesia, dari penderitaan, musibah dan bencana, âmîn…
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ


Ahmad Ali MD, pengampu Rubrik Bahtsul Masail NU Online, Pengurus Lembaga Dakwah PBNU




KHUTBAH JUMAT© Starmedia

Sabtu, 28 Agustus 2021

MENSYUKURI NIKMAT Allah SWT






Mensyukuri Nikmat Allah

Minggu 29 Agustus 2021 H. 
              21 Muharom 1443 H. 

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ قَدِيْمِ اْلإِحْسَانِ ذِي الْعَطَاءِ الْوَاسِعِ وَاْلاِمْتِنَانِ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَأَشْكُرُهُ عَلَى مَا أَوْلَدَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمِّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ هُوَ الْمُنْعِمُ الْمُتَفَضِّلُ، وَإِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللهِ لاَ تُحْصُوْهَا. إِنَّ اْلإِنْسَانَ لَظَلُوْمٌ كَفَّارٌ. وَاللهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُوْنِ أُمَّهَاتِكُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ شَيْئًا لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ.

Saudara-saudara sidang Jum’at yang berbahagia.

Syukur alhamdulillah pada hari ini kita masih diberi kesempatan berkumpul dan bertatap muka sambil saling mengingatkan, betapa besarnya nikmat-nikmat yang telah dan sementara dianugrahkan Allah kepada hamba-hambaNya, tidak terkecuali kita yang hadir ditempat yang mulia ini...

Begitu kita bangun pada dini hari, terasa badan jadi bugar, semangat dan tenaga kerja rasanya pulih dan kembali segar, dan ini salah satu karunia nikmat yang kadang tidak banyak direnungkan dan diperhatikan. Bukankah kita telah merasakan nikmatnya tidur sepanjang malam. Sekujur badan terbujur lemas, lena menerawang di alam mimpi, istirahat pulas menikmati tidur karunia Allah yang terakar, dan andaikata rasa kantuk itu tak kunjung tiba, berarti nikmatnya tidur tidak akan kita rasakan, apa yang terjadi? Betapa gelisahnya perasaan ini, badan terasa gerah, ini baru sisi kecil dari kehidupan ummat manusia. Coba kita simak firman Allah seperti yang telah dibacakan pada awal khutbah, yakni dalam surah Ibrahim ayat 34:

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah tidaklah dapat kamu menghinggakannya.”

Walau sesungguhnya kita patut wajib menyadari segala sesuatu yang telah dianugrahkan Allah kepada kita dari berbagai bentuk dan macam nikmat, nah cobalah kita buktikan Firman Allah tersebut di atas.

Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia

Marilah kita layangkan pandangan kita ke sekeliling lingkungan, bahwasanya setiap makhluk yang hidup di atas permukaan bumi Allah ini sangat tergantung kepada komponen udara yang telah disediakan oleh Maha Pencipta. Di dalam udara atau hawa, padanya dijumpai berbagai unsur gas, gas oksigen, nitrogen, hidrogen, helium, zat lemas, argon, kripton dan gas-gas mulia lainnya yang kecil jumlahnya. Jadi sesungguhnya sama sekali tidak ada pabrik gas, karena manusia tak mampu membuat gas. Yang ada hanyalah pabrik memisah-misahkan gas dengan perbedaan titik didih masing-masing gas.

Dari hasil penyelidikan ilmuwan bahwa pada udara tersebut ditemui dalam prosentasi unsur-unsur gas yang seimbang sebagaimana yang diperlukan oleh umat manusia dan makhluk-makhluk lainnya. Salah satu unsur gas yang sangat berpotensi bagi hidup dan kesehatan manusia adalah gas oxygen. Kebutuhan seorang manusia dalam memenuhi kesehatan memerlukan gas oxygen setiap harinya antara 18-20 %. Allah telah mengatur sedemikian rupa dengan pasti bahwa di dalam udara yang kita hirup saat ini persis dalam prosentasi antara 18-20 %. Andai kata lebih tinggi dari prosentase tersebut, maka suhu udara gerah, panas dan akibatnya mudah terpicu timbulnya kebakaran dimana -mana, dan sebaliknya bila jauh di bawah prosentase tersebut maka yang akan terjadi adalah penduduk susah bernafas, tersengal-sengal karena pernafasan kita terganggu oleh zat lemas yang memenuhi lingkungan hidup kita dan besar kemungkinan keluhan akan berkepanjangan seperti yang telah kita alami beberapa waktu lalu merambanya asap dipenjuru Asia. Maha Besar Engkau ya Allah .!

Saudara-saudara muslimin yang barbahagia

Untuk lebih meyakinkan diri kita, apa yang dikemukakan tadi, patutlah diketahui atau kalau ada yang telah mendalami anggaplah kita mengulang kajian lama, bahwa seorang manusia sehat dewasa dalam keadaan normal, dalam satu menit kurang lebih 20 (Dua Puluh) kali bernapas. Satu kali bernafas udara kurang lebih 2 liter udara ke dalam rongga-rongga pernapasan, ini berarti semenit akan menghirup kurang lebih 40 liter udara. Kalau sehari semalam (24 jam) kita akan mengkonsumsi 57.600 liter udara, atau dengan kata lain kita telah menggunakan gas oxygen murni (100%) sebanyak 20% dari 57.600 liter udara adalah 11.520 liter oxygen murni seharinya. Pertanyaannya, berapa besarkah nilai ekonominya?

Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia.

Saat ini umum dipasarkan satu tabung oxygen harganya Rp. 40.000 yang isinya 6000 liter dengan kadar oxygen antara 97-99% berarti nilai tiap liternya adalah 40.000: 6000 adalah kurang lebih Rp. 6.600 per liter. Ini berarti seseorang manusia sehat cuma-cuma alias gratis telah menghabiskan gas oxygen setiap harinya dengan nilai 11.520 kali Rp. 6.600 sama dengan Rp. 760.000,- kalau sebulan nilainya menjadi Rp. 22.800.000,-

Nah kalau kita ingin lebih mendalaminya lagi seberapa besar nikmat oxygen yang telah kita hirup selama hidup atau pada usia kita saat ini misalnya 40 tahun, 50 tahun atau 60 tahun rata-rata kita semua yang masih hidup, tertuang kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala dalam nilai rupiah saat ini di atas 1 milyar, rasanya memang mustahilkah? Tapi kalau tidak percaya boleh hitung sendiri setelah sampai kerumah, begitu besarnya nikmat Allah kepada hambaNya dan masih sebagian kecil nikmat yang baru kita perhatikan. Oleh karena itu dalam surat Ar-rahman, Allah Subhannahu wa Ta'ala mewanti-wanti kepada hambaNya dengan mengulang-ulang 31 kali peringatan bagi umat manusia dengan firmanNya: Artinya:

“NikmatKu manakah lagi yang kamu dustakan.”

Marilah kita bersama-sama meluangkan waktu merenung sejenak di tengah kesibukan mencari nafkah betapa besar karunia Allah kepada diri kita, keluarga kerabat kita, bangsa kita dan hamba Allah pada umumnya. Sebagaimana yang telah kita ketahui dengan nyata sisi-sisi kecil atas nikmat yang telah kita rasakan bernilai sekian besarnya apalagi dalam mengarungi hidup ini, masih akan mengenyam nikmat-nikmat lainnya berupa nikmat kelapangan rizki, nikmat berkeluarga, nikmat kebahagiaan, nikmat kepuasan hidup dan masih setumpuk nikmat lainnya yang sukar menyebutkannya satu persatu.

Sebagai hasil renungan kita atas nikmat ini tentunya menimbulkan kesadaran dari lubuk hati yang dalam, kemudian dituangkan dalam bentuk kesyukuran, dan kesyukuran ini tidaklah punya arti sama sekali jika hanya dalam bentuk lisan semata. Mensyukuri karunia Allah harus berupa pengakuan hati kepada kebesaran dan keagungan Allah dalam sikap dan tindakan nyata, berupa membantu hajat hidup orang-orang yang dalam kesempitan, menghibur orang-orang yang dalam kesedihan, orang yang terkena musibah, membantu mereka yang membutuhkan pertolongan, meyantuni anak-anak yatim dan badan-badan amal lainnya. Janganlah berdalih tidak mampu sementara rizki terus mengalir masuk, penuhilah telapak tangan fakir miskin yang sedang mengulas dada tipisnya karena ketiadaan makanan hingga kelaparan berkepanjangan, ceritakanlah, kabarkanlah dan sebarkanlah kepada orang lain betapa nikmat Allah yang telah kita rasakan, ulangilah berkali-kali syukur ini kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala. Hadirin sidang Jum’at yang berbahagia.

Realisasi rasa syukur tersebut, bukanlah suatu perbuatan yang sia-sia, tapi dengan demikian akan mempertebal Iman dan Takwa kepada Maha Pencipta, dan yang terpenting kita akan terhindar dari murka dan siksaan Allah seperti FirmanNya dalam surat Al-An’am ayat 46:

“Katakanlah, terangkanlah kepadaKu jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan kepadamu? Perhatikanlah bagaimana (Kami) berkali-kali memperlihatkan tanda-tanda kebesaran (Kami) kemudian mereka tetap berpaling juga.”

Satu hal lagi yang lebih membesarkan hati kita yakni adanya jaminan Allah Subhannahu wa Ta'ala bagi hambaNya dengan firmanNya dalam surat Ibrahim ayat 7:

“Jika kalian bersyukur niscaya Aku tambahkan bagimu beberapa kenikmatan, dan jika kamu sekalian mengingkarinya ingatlah siksaKu sangat pedih.”

Marilah kita memohon kehadirat Allah Subhannahu wa Ta'ala semoga Allah menjauhkan kita dari perbuatan kufur nikmat dan memberikan limpahan karunia agar kita tetap termasuk dalam golongan yang sedikit yakni golongan orang-orang yang tahu mensyukuri nikmatNya, Amin Ya Robbal Alamien.

بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَجَعَلَنَا اللهُ مِنَ الَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِـرُ الله لِيْ وَلَكُمْ

Khutbah Ke 2

اَلْحَمْدُلِلّهِ حَمْدًاكَثِيْرًاكَمَااَمَرَ. وَاَشْهَدُاَنْ لاَاِلهَ اِلاَّللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ. اِرْغَامًالِمَنْ جَحَدَبِهِ وَكَفَرَ. وَاَشْهَدُاَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُاْلاِنْسِ وَالْبَشَرِ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ مَااتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَاُذُنٌ بِخَبَرٍ اَمَّا بَعْدُ : فَيَااَ يُّهَاالنَّاسُ !! اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ. وَذَرُوالْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَوَمَابَطَنْ. وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ. وَاعْلَمُوْااَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَفِيْهِ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاًعَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْاتَسْلِيْمًا. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. كَمَاصَلَّيْتَ عَلىَ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ. فىَ الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌمَجِيْدٌ اَللّهُمَّ اغْفِرْلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَاوَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ. اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّاالْغَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالرِّبَا وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ. وَسُوْءَالْفِتَنِ مَاظَهَرَمِنْهَا وَمَابَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَاخَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِبَلاَدِالْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ رَبَّنَااَتِنَافِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.


Ahad 28 Agustus 2021. M 20 Muharom 1443 H. Perbuatan yang Paling Utama


اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ وَفَّقَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِفَضْلِهِ وَكَرَمِهِ، وَخَذَلَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِمَشِيْئَتِهِ وَعَدْلِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَلَا شَبِيْهَ وَلَا مِثْلَ وَلَا نِدَّ لَهُ، وَلَا حَدَّ وَلَا جُثَّةَ وَلَا أَعْضَاءَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا وَعَظِيْمَنَا وَقَائِدَنَا وَقُرَّةَ أَعْيُنِنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،وَصَفِيُّهُ وَحَبِيْبُهُ. اَللّٰهم صَلِّ وَسَلِّمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَّالَاهُ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللّٰهِ.

أَمَّابَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللّٰهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ (التوبة: ١١٩)
Ma‘âsyiral muslimîn hafidhakumullâh,
Marilah kita selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah ﷻ, dengan selalu mendekatkan diri kepada-Nya. Yakni mengerjakan apa yang diperintahkan, serta menjauhi apa yang dilarang, kapan pun dan di mana pun, dalam keadaan bagaimana pun, senang maupun susah, gembira ataupun sedih. Karena dengan kita bertakwa, Allah ﷻ pasti akan menjamin kehidupan kita baik di dunia maupun di akhirat, juga memberikan jalan keluar atas setiap masalah yang kita hadapi.

Saudara-saudara seiman,

Perbuatan-perbuatan baik, adakalanya dilakukan dengan anggota badan yang tampak (a'mâlul jawârih), seperti shalat, zakat, puasa, haji, sedekah, baca al-Qur’an, dan lain-lain; dan adakalanya dilakukan oleh hati yang disebut para ulama dengan istilah perbuatan-perbuatan hati (a'mâlul qalb), seperti kewajiban iman, ikhlash, tawakkal dan lainnya.

Di antara seluruh perbuatan baik tersebut, baik yang tampak maupun yang dilakukan oleh hati, perbuatan yang paling utama dan mulia adalah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Al-Bukhari dalam Shahih-nya meriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu bahwa Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallamditanya: Apakah amal yang paling utama? maka Nabi menjawab:

إِيْـمَانٌ بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهِ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ)

Maknanya: “Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya” (HR al Bukhari).

Jadi perbuatan baik yang paling utama secara mutlak adalah iman kepada Allah dan Rasul-Nya. Iman adalah pondasi dari bangunan takwa. Tanpa iman, seseorang tidak akan meraih derajat takwa. Amal shalih yang dibangun di atas pondasi iman akan membentuk bangunan takwa. Iman adalah syarat diterimanya amal shalih. Sebanyak apa pun seseorang melakukan bentuk-bentuk amal shalih, maka itu semua tidak bernilai pahala dan tidak diterima oleh Allah ta’ala , jika tidak dilandasi iman.

Ma‘âsyiral muslimîn hafidhakumullah,

Oleh karena itu, jika ada sejumlah hadits yang menyatakan bahwa sebaik-baik perbuatan adalah shalat di awal waktu, berbakti kepada kedua orang tua dan jihad di jalan Allah atau yang lain, maka yang dimaksud bahwa perbuatan-perbuatan tersebut adalah termasuk di antara perbuatan yang paling utama, bukan perbuatan yang paling utama secara mutlak.Karena, sekali lagi, perbuatan yang paling utama secara mutlak adalah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.

Ma‘âsyiral muslimîn hafidhakumullâh,

Beriman kepada Allah adalah meyakini seyakin-yakinnya tanpa ada keraguan sedikit pun bahwa Allah ada, tidak serupa dengansegala yang ada. Dia adalah satu-satunya Dzat yang berhak dan wajib disembah. Dialah yang menetapkan, menentukan, menghendaki, menciptakan dan menaqdirkan segala sesuatu. Juga meyakini bahwa Dia Mahasuci dari tempat, arah, bentuk dan segala sifat makhluk. Allah ada tanpa tempat dan tanpa arah. Dia bukan benda yang tersusun dari bagian-bagian. Dia tidak berbentuk atau berukuran.Dia bersifat dengan segala sifat kesempurnaan yang layak baginya dan Mahasuci dari segala sifat yang menunjukkan kekurangan dan kelemahan. Allah ta’ala menegaskan tentang Dzat-Nya:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (الشورى: ١١)

Maknanya: “Tidak ada sesuatu apa pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (QS asy-Syura: 11).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَا فِكْرَةَ فِي الرَّبِّ (رَوَاهُ الدَّارَقُطْنِيُّ فِي الْأَفْرَادِ وَالْبَغَوِيُّ فِي تَفْسِيْرِهِ)

Maknanya: “Tuhan tidak dapat dibayangkan” (HR ad-Daraquthni dalam al-Afrad dan al-Baghawi dalam Tafsirnya).

Syekh Abdul Qadir al-Jilani qaddasallahu sirrahumengatakan dalam kitab al-Fath ar-Rabbani:

اِنْفُوْا عَنْهُ مَا لَا يَلِيْقُ بِهِ، وَأَثْبِتُوْا لَهُ مَا يَلِيْقُ بِهِ

Maknanya: “Sucikan Allah dari sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya dan tetapkan bagi-Nya sifat-sifat yang layak bagi-Nya.”

Beliau juga menegaskan bahwa kita tidak boleh menyatakan Allah ada di mana-mana atau di semua tempat, karena kita wajib meyakini bahwa Allah ada tanpa membutuhkan tempat. Beliau mengatakan dalam kitabal-Ghunyah:

وَلَا يَجُوْزُ وَصْفُهُ بِأَنَّهُ فِي كُلِّ مَكَانٍ

Maknanya:“Tidak boleh menyifati Allah dengan berada di mana-mana.”

Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Bantani dalam kitab Nur azh-Zhalam ‘ala ‘Aqidat al-‘Awammmenyatakan:

وَكُلُّ مَا خَطَرَ بِبَالِكَ مِنْ صِفَاتِ الْحَوَادِثِ لَا تُصَدِّقْ أَنَّ فِي اللّٰهِ شَيْئًا مِنْ ذٰلِكَ، وَلَيْسَ لَهُ مَكَانٌ أَصْلًا

Maknanya: “Dan semua yang terlintas dalam benakmu yang berupa sifat-sifat makhluk, jangan percaya bahwa terdapat pada Allah salah satu dari sifat-sifat makhluk tersebut. Allah sama sekali tidak menempati suatu tempat.”

Ma‘âsyiral muslimîn hafidhakumullâh,

Sedangkan beriman kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maknanya adalah meyakini dengan keyakinan yang pasti, tanpa tercampuri keraguan sedikitpun, bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah utusan Allah, jujur dalam segala hal yang ia sampaikan dari Allah, baik berkaitan dengan halal-haram, perkara-perkara ghaib seperti adanya para malaikat, berita tentang para nabi dan rasul sertaumat terdahulu, peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di alam barzakh dan akhirat, ataupun tentang keyakinan bahwa segala sesuatu adalah taqdir dan ketentuan Allah ta’ala.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah salah dalam satu pun di antara perkara-perkara yang telah beliau beritakan tersebut. Allah ta’ala menguatkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan mukjizat-mukjizat luar biasa, yang menunjukkan secara pasti akan kenabian dan kerasulannya. Seperti halnya para nabi dan rasul seluruhnya, Allah menghiasi Nabi Muhammad dengan sifat jujur, amanah, terjaga dari perbuatan-perbuatan rendah dan hina, ma’shum sehingga tidak muncul darinya kekufuran sebelum diangkat menjadi nabi dan sesudahnya. Juga tidak muncul darinya salah satu dosa besar atau perbuatan hina yang menunjukkan kerendahan dan kehinaan jiwa. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyeru kepada kita semua untuk memeluk agama Islam, agama para nabi seluruhnya, satu-satunya agama yang diridlai oleh Allah ta’ala.

Akhirnya, kita berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar menetapkan iman dan islam kita hingga akhir hayat sehingga kita meninggalkan dunia yang fana’ ini dalam keadaan husnul khatimah. Amin.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.


Khutbah II
إِنَّ الْحَـمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَشْكُرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الصَّادِقِ الْوَعْدِ الْأَمِيْنِ،وَعَلٰىإِخْوَانِهِ النَّبِيِّيْنَ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَرَضِيَ اللّٰهُ عَنْ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَآلِ الْبَيْتِ الطَّاهِرِيْنَ، وَعَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنِ الْأَئِمَّةِ الْمُهْتَدِيْنَ، أَبِيْ حَنِيْفَةَ وَمَالِكٍ وَالشَّافِعِيِّ وَأَحْمَدَ وَعَنِ الْأَوْلِيَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ.

أَمَّا بَعْدُ،فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللّٰهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ فَاتَّقُوْهُ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللّٰهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلٰى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ:إِنَّ اللّٰهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ،فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِيْنَ غَيْرَ ضٰالِّيْنَ وَلاَ مُضِلِّيْنَ، اَللّٰهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِنَا وآمِنْ رَّوْعَاتِنَا وَاكْفِنَا مَا أَهَمَّنَا وَقِنَا شَرَّ ما نَتَخوَّفُ، رَبَّنَاآتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللّٰهِ، إنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبٰى ويَنْهٰى عَنِ الفَحْشٰاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللّٰهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَاتَّقُوْهُ يَجْعَلْ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ مَخْرَجًا، وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ.

Ustadz Nur Rohmad, Pemateri/Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur




KHUTBAH JUMAT© Starmedia

Hukuman yang Allah Berikan Terhadap Pelaku Maksiat dan Orang-Orang Kafir



Tanggal 28 Agustus 2021

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ... فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.

Segala puji bagi Allah, Rabb alam semesta, Dia-lah yang berfirman dalam Kitab-Nya yang terang lagi jelas.

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” [Ar-Rûm: 41]

Dan saya bersaksi bahwasanya tiada yang berhak diibadahi selain Allah semata tiada sekutu bagi-Nya, Maha Suci Dia dari segala kesyirikan yang para pelaku kesyirikan lakukan, dan saya bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya yang jujur lagi dipercaya. 

Semoga shalawat dari Allah untuknya dan untuk keluarganya serta para shahabatnya seluruhnya, beserta salam yang berlimpah.

Adapun setelah itu,

Wahai sekalian manusia! Bertakwalah kepada Allah Ta‘âlâ, dan jauhilah perbuatan dosa-dosa dan maksiat. 

Bertaubatlah kepada Allah Azza wa Jalla karena perbuatan dosa dan maksiat adalah penyebab kebinasaan dunia dan akhirat, penyebab dikeluarkannya dua orang tua kita dari surga, karena dosa yang dilakukannya. 

Namun selama bertaubat kepada Allah, maka Allah-pun menerima taubat keduanya.

فَتَلَقَّى آدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” [Al-Baqarah: 37]

قَالا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Keduanya berkata, ‘Ya Tuhan Kami, Kami telah menganiaya diri Kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni Kami dan memberi rahmat kepada Kami, niscaya pastilah Kami termasuk orang-orang yang merugi.” [Al-A’râf: 23]

Dan tidaklah ada yang menjadi sebab Iblis diusir dari kerajaan langit dan bumi dan dilaknat, (serta menjadi) pemimpin dalam segala kejelekan, kecuali karena kesombongannya terhadap perintah Allah Subhânahu wa Ta’âlâ ketika ia perintahkan untuk sujud kepada Nabi Adam, lalu Iblis sombong, merasa besar diri dan hasad terhadap Nabi Adam, lalu ia tidak bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla justru terus menerus dalam perbuatan pelampauan batasnya hingga Allah pun melaknatnya dan mengusirnya serta menjadikannya sebagai pangkal dan pimpinan dari segala kejelekan.

Dan apakah yang menyebabkan dibenamkannya penduduk bumi hingga binasa semua mereka dari awal hingga akhirnya, dengan lautan yang setinggi gunung yang tidaklah ada yang bisa selamat kecuali nabi Nuh alaihissalâm dan yang bersama beliau dalam kapal. 

Dan apa juga yang menyebabkan binasanya kaum ‘Âd dengan angin yang sangat kencang, yang menjadikan mereka,

أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ

“Mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk).” [Al-Hâqqah: 7]

Dan apakah penyebab binasanya kaum Tsamud dengan suara yang menghancurkan hati mereka yang di dalam tubuh mereka hingga mereka menjadi mayat-mayat yang bergelimpangan di rumah-rumah mereka. 

Dan apakah penyebab binasanya umat-umat terdahulu itu semua, kecuali karena perbuatan dosa dan maksiat.

فَتِلْكَ مَسَاكِنُهُمْ لَمْ تُسْكَنْ مِنْ بَعْدِهِمْ إِلا قَلِيلا وَكُنَّا نَحْنُ الْوَارِثِينَ

“Maka itulah tempat kediaman mereka yang tiada di diami (lagi) sesudah mereka, kecuali sebahagian kecil. 

Dan Kami adalah pewaris(nya).” [Al-Qashsash: 58]

Maka marilah bertakwa kepada Allah Subhânahu wa Ta’âlâ, dan kita introspeksi diri-diri kita, dan memperhatikan amalan-amalan kita, dan kita perhatikan keadaan di sekitar kita. 

Sungguh di zaman ini, sebagaimana yang kalian semua telah ketahui, telah tersebar kekufuran, kejelekan, kefasikan dan maksiat, yang tidaklah ada mengetahuinya melainkan Allah.

Sungguh amar ma’ruf dan nahi mungkar pun telah ditinggalkan, saling menasihati juga telah ditinggalkan, saling mengingatkan akan kebenaran juga ditinggalkan, hingga akhirnya terjadilah berbagai penyakit, kerusakan, malapetaka yang silih berganti di permukaan bumi, di udara, di daratan bahkan di lautan, yang telah tampak dampak dan akibat darinya, itu semua penyebabnya adalah perbuatan dosa-dosa dan maksiat, dengan hukuman yang beraneka ragam bentuknya pada jiwa, harta benda, dan anak-anak. Pada jiwa, sebagaimana yang telah kalian dengarkan dan saksikan berbagai penyakit yang mematikan, di antaranya penyakit AIDS yang penderitanya kebal dari berbagai obat untuk tubuhnya dan menular dengan idzin Allah kepada orang-orang yang berhubungan dengannya. Karena itulah mereka para penderita AIDS itu dikucilkan karena penyakit itu, dikucilkan dan dijauhkan dari manusia, ditempatkan di pengasingan hingga mereka meninggal. 


Dan penyebab terjadinya peristiwa ini adalah perbuatan keji dari zina dan homo seksual.

 Semoga Allah melindungi kita semua, Maha Benar Allah dengan firman-Nya.

وَلا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلا

“Dan janganlah kalian mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” [Al-Isra`: 32]

Hingga berbagai penyakit ‘Flu Burung’ yang membuat binasa harta benda dari hewan ternak milik manusia dengan sebab penyakit itu, dan terus berkelanjutan dampaknya hingga ‘Flu Babi’. 

Babi yang merupakan hewan kotor, yang Allah telah haramkan. (Allah) telah mengabarkan bahwasanya ia najis, namun kaum nashrani tetap mengosumsinya dengan mereka memotong-motong dagingnya untuk dinikmati, maka Allah pun menimpakan penyakit ini kepada mereka, penyakit yang sempat menggetarkan dunia dengan kedatangannya, dan diterapkan segala bentuk safety karena khawatir dari penyakit ini.

 Namun segala upaya penjagaan mereka, tidaklah bermanfaat sama sekali di sisi Allah. 

Maka bagi yang mengalami hal ini, haruslah rujuk kepada Allah Subhânahu wa Ta’âlâ.

Demikian juga dalam permasalahan harta benda, kalian lihat dan dengar berbagai musibah ini dalam harta benda dengan kehilangannya dan kerugiannya serta kehancuran perekonomian dunia hingga hilangnya harta dengan jumlah yang sangat besar. 

Dan manusia pun ditimpa kefakiran dan kemiskinan serta kesulitan yang sebelumnya mereka kaya raya. 

Ketika mereka masukkan hartanya ke saham-saham terinfeksi yang asing tanpa diketahui dan mengikat sistem perekonomian mereka dengan sistem orang-orang kafir yang tidak lepas dari ribawi dan perjudian serta dari harta usaha yang haram, sehingga kaum muslimin pun ditimpa musibah dengan masuknya mereka kepada (sistem) mereka itu dalam usaha-usaha saham. 

Dan Allah Jalla wa ‘Alâ telah mengharamkan kepada kaum muslimin akan riba dan memberikan ancaman terhadap perbuatan riba dengan ancaman yang sangat keras, dan mengabarkan bahwa tidak ada kebaikan sama sekali pada riba tersebut bahkan justru menghilangkan keberkahan.

يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah.” [Al-Baqarah: 276]

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَإِنْ تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُءُوسُ أَمْوَالِكُمْ لا تَظْلِمُونَ وَلا تُظْلَمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kalian orang-orang yang beriman. 

Maka jika kalian tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangi kalian. 

Dan jika kalian bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagi kalian pokok harta kalian, kalian tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” [Al-Baqarah: 278-279]

Demikian juga perbuatan judi yang merupakan temannya khamr dan perbuatan-perbuatan undian.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالأنْصَابُ وَالأزْلامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلاةِ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaithan. 

Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kalian mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaithan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kalian lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kalian dari mengingat Allah dan shalat, maka berhentilah kalian (dari mengerjakan pekerjaan itu).” [Al-Mâ`idah: 90-91]

Maka undian itu adalah judi, yang inilah asas perekonomian negeri-negeri kafir, dan sungguh sebagian kaum muslimin ternyata bekerja sama dalam saham dan judi tersebut. 

Apa sebenarnya judi itu? Apa sebenarnya undian itu? 

Semua taruhan-taruhan itu termasuk perjudian, dan segala jual beli yang haram itu teranggap sebagai judi, dan orang kafir tidaklah pernah jauh dari hal yang haram. 

Namun yang penting adalah kaum muslimin yang terjatuh dalam kerjasama dengan mereka dan tidak memperhatikan akibat dan kerugian dari perbuatan tersebut.

Maka, bertakwalah kalian kepada Allah, wahai hamba Allah! Bertakwalah kalian kepada Allah terhadap diri-diri kalian, bertakwalah kalian kepada Allah terhadap harta benda kalian, bertakwalah kalian kepada Allah terhadap segala urusan kalian.

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. 

Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya.

 Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” [Ath-Thalaq: 2-3]

Mohonlah rezeki dari sisi Allah, dan beribadahlah kepada-Nya serta bersyukurlah pada-Nya. Sesungguhnya Allah Subhânahu wa Ta’âlâ telah menjelaskan jalan-jalan untuk berusaha mencari yang halal, Allah telah menjelaskannya untuk kalian dan juga telah memperingatkan kalian dari usaha yang haram, dan menjelaskan kepada kalian akibat buruk dan dampak darinya.

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” [Ar-Rûm: 41]

Hikmah dari ditampakkannya kerusakan di darat dan di laut adalah Allah membuat manusia merasakan akibat atau sebagiannya saja dari akibat perbuatan buruk mereka, agar mereka kembali dan bertaubat kepada Allah Subhânahu wa Ta’âlâ, inilah hikmahnya.

وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِمَا كَسَبُوا مَا تَرَكَ عَلَى ظَهْرِهَا مِنْ دَابَّةٍ وَلَكِنْ يُؤَخِّرُهُمْ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى

“Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu mahluk yang melata pun, akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu yang tertentu.” [Fâthir: 45]

Bertakwalah kepada Allah, wahai sekalian hamba Allah! Sesungguhnya baiknya bumi, daratan dan lautan itu hanyalah dengan ketaatan kepada Allah dan ittiba’ (meneladani) Rasul-Nya. Karena sesungguhnya Allah Jalla wa ‘Alâ telah memperbaiki dunia ini dengan mengutus para Rasul dan menurunkan kitab-kitab serta memberikan tuntunan hukum syari’at yang suci dan menegakkan hudud, menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar, dengan itulah akan menyucikan dan memperbaiki bumi ini. 

Adapun rusaknya bumi ini, penyebabnya adalah perbuatan dosa dan kemaksiatan serta pernyimpangan-penyimpangan.

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم: وَاتَّقُوا فِتْنَةً لا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Aku berlindung kepada Allah dari syaithan yang terkutuk, “Dan peliharalah diri kalian dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja di antara kalian. 

Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” [Al-Anfâl: 25]

Dan Allah Ta’âlâ juga berfirman,

قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ

“Katakanlah, ‘Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan adzab kepada kalian, dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian atau Dia mencampurkan kalian dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kalian keganasan sebahagian yang lain. 


Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya)’.” [Al-An’âm: 65]

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم، ونفعنا بما فيه من البيان والذكر الحكيم، أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم ولجميع المسلمين من كل ذنب، فاستغفروه وتوبوا إليه إنَّه هو الغفور الرحيم.

Khutbah Ke 2

اَلْحَمْدُلِلّهِ حَمْدًاكَثِيْرًاكَمَااَمَرَ. وَاَشْهَدُاَنْ لاَاِلهَ اِلاَّللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ. اِرْغَامًالِمَنْ جَحَدَبِهِ وَكَفَرَ. وَاَشْهَدُاَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُاْلاِنْسِ وَالْبَشَرِ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ مَااتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَاُذُنٌ بِخَبَرٍ اَمَّا بَعْدُ : فَيَااَ يُّهَاالنَّاسُ !! اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ. وَذَرُوالْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَوَمَابَطَنْ. وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ. وَاعْلَمُوْااَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَفِيْهِ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاًعَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْاتَسْلِيْمًا. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. كَمَاصَلَّيْتَ عَلىَ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ. فىَ الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌمَجِيْدٌ اَللّهُمَّ اغْفِرْلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَاوَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ. اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّاالْغَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالرِّبَا وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ. وَسُوْءَالْفِتَنِ مَاظَهَرَمِنْهَا وَمَابَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَاخَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِبَلاَدِالْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ رَبَّنَااَتِنَافِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.