Senin, 24 Mei 2021

TAFSIR SURAT AL-BAQARAH AYAT 37

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

فَتَلَقّٰۤى اٰدَمُ مِنْ رَّبِّهٖ كَلِمٰتٍ فَتَا بَ عَلَيْهِ ۗ اِنَّهٗ هُوَ التَّوَّا بُ الرَّحِيْمُُ

fa talaqqooo aadamu mir robbihii kalimaating fa taaba 'alaiih, innahuu huwat-tawwaabur-rohiim

"(Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya), yakni dengan diilhamkan-Nya kepadanya, menurut suatu qiraat 'Adama' dibaca nashab, sedangkan 'kalimatun' dibaca rafa`, sehingga arti kalimat menjadi, "maka datanglah kepada Adam kalimat dari Tuhannya", yakni yang berbunyi "rabbanaa zhalamnaa anfusanaa", artinya "Ya Tuhan kami, kami telah berbuat aniaya kepada diri kami... dan seterusnya". Maka Adam pun menyampaikan doanya dengan ayat tersebut. (maka Allah menerima tobatnya), artinya mengampuni dosanya (Sesungguhnya Dia Maha Penerima tobat) terhadap hamba-hamba-Nya (lagi Maha Penyayang) terhadap mereka."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 37)



Kisah Nabi Adam: Dari Awal Penciptaan Hingga Turun ke Bumi

Kisah Nabi Adam menceritakan terciptanya manusia pertama yang kelak akan menghuni bumi. Nabi Adam tercipta dari tanah dan Allah memuliakannya dengan memberi pengetahuan tentang semesta. Adam diberi banyak pengetahuan yang akan menjadi Mukjizatnya.

Wujud Nabi Adam diciptakan sempurna serta lengkap. Tapi Nabi Adam memiliki tinggi tubuh yang berbeda dengan manusia saat ini. Tinggi badannya mencapai 60 hasta atau sekitar 18 meter. Sangat tinggi dibanding kondisi tubuh manusia pada umumnya. Jadi bisa menjelaskan juga kenapa Kabah sangat tinggi dan besar pintu masuknya. Para nabi setelah Nabi Adam juga pasti memiliki postur tubuh yang hampir mirip.


Mukjizat pengetahuan yang dimiliki Nabi Adam diterangkan pula dalam Alquran, “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya” (QS Al Baqarah : 31).  Dalam Alquran juga diceritakan tentang penciptaan Nabi Adam dan Siti Hawa. Tentang bagaimana sampai mereka diturunkan ke bumi dan memiliki anak-anak.

Kisah Nabi Adam mengandung banyak pelajaran berharga. Terutama tentang nilai ketaatan kepada Yang Maha Kuasa. Mulai dari kisah Nabi Adam dan Siti Hawa di langit. Hingga kisah mereka di bumi beserta anak-anaknya. Nilai ketaatan seorang hamba pada Sang Pencipta banyak terkandung di dalam ceritanya

Asal Mula Penciptaan Nabi Adam

Dikisahkan dalam kitab suci Alquran bahwa Allah bercakap-cakap dengan malaikat. Allah memberi tahu malaikat bahwa akan ada penciptaan makhluk yang dinamai manusia. Manusia akan mengemban tugas sebagai Khalifah di bumi.  Malaikat protes, tidak setuju dengan hal yang direncanakan.

Malaikat yakin kalau manusia hanya akan membawa bencana bagi bumi. Mereka akan membuat kerusakan, permusuhan, juga pertumpahan darah. Malaikat merasa keberadaan dirinya saja sudah lebih cukup sebagai ciptaan Allah. Karena mereka senantiasa bertasbih, memuji, dan mengagungkan Allah.

Allah berfirman bahwa Dia mengetahui apa-apa yang tidak diketahui oleh malaikat.  Seperti kita ketahui, manusia itu tercipta dari saripati tanah. Demikian juga yang diceritakan dalam Alquran surat  As Sajdah ayat 7-9.

Yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah (7), kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina (air mani)(8). Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh (ciptaan)-Nya ke dalam (tubuh)nya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati bagimu, (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur (9). Q.S. As Sajdah ayat 7 – 9

Surat ini menceritakan bahwa Allah mengetahui hal yang gaib dan nyata. Dia menciptakan wujud sempurna manusia dari tanah. Dia juga menciptakan keturunan manusia dari air mani. Kemudian ditiupkan roh untuk menghidupkan. Dia juga yang menciptakan pendengaran, penglihatan dan hati.

Setelah Nabi Adam diciptakan, Allah memberi perintah pada malaikat dan iblis untuk bersujud padanya. Walaupun para malaikat diciptakan dari cahaya, mereka taat pada perintah Allah. Para malaikat kemudian bersujud pada Nabi Adam. Lain halnya dengan iblis, ia merasa derajatnya lebih tinggi dari Nabi Adam dan menolak untuk bersujud.

Iblis memang diciptakan dari api itu sebabnya ia tidak mau bersujud pada Nabi Adam. Adam yang diciptakan dari tanah dianggap lebih hina kemuliaannya oleh iblis. Surat Al Baqarah ayat 34 menjelaskan hal ini, “Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali iblis, ia enggan dan takabur dan ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.”

Kelancangan iblis membangkang membuat Allah sangat murka. Iblis telah durhaka, dan hukumannya adalah keluar dari surga. Iblis yang sombong bukannya bertobat dengan hukuman yang diberikan. Ia malah mengeluarkan sumpah akan menggoda Nabi Adam dan keturunannya agar sesat. Iblis ingin manusia menemani dirinya di neraka.

Nabi Adam dianugerahi usia yang panjang oleh Allah. Banyak riwayat yang menceritakan bahwa Nabi Adam diberi usia hingga 1000 tahun. Namun, dalam hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah diceritakan kalau Nabi Adam pernah memberikan umurnya sejumlah 40 tahun untuk Nabi Dawud.

Pada saat itu Nabi Adam kagum dengan cahaya yang berkilau di antara matanya. Kemudian ia bertanya pada Allah tentang manusia itu. Allah menjawab bahwa manusia itu salah satu keturunan Adam, umat akhir zaman.  Adam bertanya mengenai umur Daud, dan Allah menjawab bahwa Dia memberikan 60 tahun padanya. Nabi Adam lalu meminta Allah untuk menambahkan 40 tahun umur Daud yang dikurangi dari umurnya.

Nabi Adam dan Siti Hawa Turun ke Bumi

Nabi Adam memiliki segalanya di surga. Adam bisa mengambil dan menikmati apa saja yang ada di dalamnya. 

Walaupun begitu Adam merasa kesepian. 

Kodratnya sebagai manusia yang butuh ada manusia lain muncul. Adam menginginkan teman untuk menemani hari-harinya.

Mengetahui Adam yang kesepian, Allah akhirnya menciptakan Hawa. Hawa diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam ketika sedang tidur. 

Nabi sangat senang dengan kehadiran Hawa. Hasratnya sebagai manusia yang butuh pasangan jadi terjawab. Allah mengizinkan Adam dan Hawa untuk menikmati apa saja yang ada di dalam surga, terkecuali pohon Khuldi.

Allah berfirman, “Wahai Adam, tinggallah Engkau dan istrimu di surga ini. 

dan makanlah makanan-makanan yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu mendekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.”

Pohon khuldi adalah pohon pengetahuan hal yang baik dan jahat. Ada maksud tertentu dari larangan yang Allah berikan pada Adam dan Hawa.

 Mengetahui larangan Allah, setan memanfaatkan hal ini untuk menggoda keimanan Adam dan Hawa. 

Sesuai dengan tekadnya untuk menggoda manusia sepanjang masa.

Setan kemudian berbisik pada Adam dan Hawa tentang keistimewaan pohon Khuldi. Kisah ini tertulis di Alquran surat Thaha ayat 120, “Wahai Adam, maukah aku tunjukkan kepadamu pohon keabadian (khuldi) dan kerajaan yang tidak akan binasa?” demikian iblis membujuk mereka.

Khuldi sendiri merupakan nama pemberian iblis. 

Iblis menghasut Adam dan Hawa dengan mengatakan maksud Allah melarang mereka. Bahwa Allah disebutkan oleh iblis tidak mau membuat Adam dan Hawa kekal.

 Iblis dengan penuh semangat merayu mereka untuk memakan buah terlarang.

Adam dan Hawa yang dilengkapi dengan napsu sebagai manusia akhirnya tergoda. Rayuan iblis berhasil menggoyahkan keimanan mereka dan jadi tidak taat pada Allah. 

Ketika Adam dan Hawa memakan buah Khuldi sesuatu yang memalukan terjadi. Nabi Adam dan Hawa  menyadari kalau tubuh mereka jadi telanjang.

Selain itu, Adam juga merasakan sakit perut yang hebat. Adam baru merasakan rasa ingin buang hajat, dan ia kebingungan. Surga adalah tempat suci, apa sepantasnya mengotorinya? Demikian yang ada dalam pikiran Adam. Allah kemudian menyindirnya atas keinginan tersebut. 

Sekaligus juga menyindir tentang ketidaktaatannya.

Surat Al A’raf ayat 22-23 menceritakan kejadian ini. Dalam surat ini Allah mengingatkan akan larangannya pada Adam. Juga mengingatkan Adam akan peringatan-Nya tentang kebusukan setan. Adam kemudian memohon ampun dan bertaubat pada Allah.

Diceritakan Hawa digoda iblis dalam wujudnya yang berupa ular. Namun, tidak dijelaskan siapa dahulu yang memakan buah terlarang itu. ada yang meyakini Khuldi adalah pohon apel yang diambil dari bumi. Karena itu Khuldi disebut memiliki sifat bumi atau tanah, yaitu sifat dasar tanah. Tanah disebut sebagai tempat yang pantas untuk membuang kotoran.

Berlangganan Gramedia Digital

Baca majalah, buku, dan koran dengan mudah di perangkat Anda di mana saja dan kapan saja. Unduh sekarang di platform iOS dan Android

  • Tersedia 10000++ buku & majalah
  • Koran terbaru
  • Buku Best Seller
  • Berbagai macam kategori buku  seperti buku anak, novel,religi, memasak, dan lainnya
  • Baca tanpa koneksi internet

Rp. 89.000 / Bulan

Buah Khuldi bisa membangkitkan hawa nafsu, dan membuat lupa diri. Allah melarang Adam memakan buahnya karena bisa membuat dirinya jadi kotor. Kotor dalam artian napsunya ternoda dan mempengaruhi sifat dasar manusia yang penuh dengan ketidakpuasan. Bisa dikatakan pohon Khuldi diciptakan sebagai cobaan bagi Adam dan Hawa. Ujian dari ketaatan seorang hamba pada penciptanya.

Namun terlepas dari itu semua, Allah memang menakdirkan manusia untuk turun ke bumi dan menjadi pemimpin di tempat itu. Manusia diciptakan bukan dengan maksud untuk pemimpin di surga. Meskipun Adam dan Hawa telah bertaubat, Allah tetap memberikan hukuman pada mereka dengan turun ke bumi.

“Turunlah kalian dari surga menuju bumi. Dan kalian akan menjadi musuh satu sama lain. kalian akan memiliki tempat tinggal di bumi sampai batas waktu tertentu.” Qs. Al A’raf 24-25

Nabi Adam dan Hawa tidak diturunkan pada tempat yang sama. Nabi Adam diturunkan di puncak bukit Sri Pada di daerah Srilanka. Sedangkan Hawa diturunkan di daerah Arab. Mereka berdua bingung dan sedih karena diturunkan terpisah. Namun, Adam dan Hawa yakin satu sama lainnya akan saling bertemu lagi.

Lalu setelah 40 hari mereka pun dipertemukan kembali oleh Allah di Jabal Rahmah. Nabi Adam dan Hawa memulai kehidupan baru sebagai manusia biasa. Diceritakan mereka diturunkan ke bumi dengan membawa dosa atas ketidaktaatannya di surga. Disebutkan pula Allah menghukum Adam akan bersusah payah untuk mencari nafkah.

Hawa dihukum akan merasakan sakit pada saat melahirkan anak-anak. Sedangkan ular yang menggoda mereka dihukum berjalan dengan perut selamanya di bumi. Dosa yang pada akhirnya menjadi takdir bagi manusia. Kaum laki-laki dengan kewajiban menafkahi, dan kaum wanita berkewajiban mengurus anak-anaknya.

Adam dan Hawa kemudian belajar bercocok tanam juga cara bertahan hidup di bumi. Mereka juga melahirkan anak-anaknya. Allah memperlihatkan kuasanya dengan memberi mereka anak sepasang-sepasang. Setiap Hawa mengandung pasti melahirkan anak kembar.

Peristiwa Nabi Adam dan Hawa yang melanggar perintah Allah membuktikan sesuatu. Bahwa tidak ada yang akan didapat dari ketidaktaatan pada Allah selain dari keburukan. Hal ini sekaligus menjadi pengingat bagi kita umat manusia di seluruh muka bumi.

Kisah Kehidupan Nabi Adam dan Hawa di Bumi

Ada cerita menarik dari peristiwa turunnya Nabi Adam dan Hawa ke bumi. Diceritakan mereka turun ke bumi dengan memakai dedaunan untuk menutupi tubuhnya. 

Ketika berada di bumi dedaunan itu jadi kering dan kemudian rontok. Dipercaya segala wewangian yang tercium di Hindia berasal dari daun-daun tersebut.

Adam dan Hawa menjalani kehidupan sebagai manusia biasa setelah bertemu. Allah kemudian memberikan 8 pasang lembu, 2 pasang kambing, dan 2 pasang domba pada keduanya. Allah mengajarkan pada mereka untuk memerah susu hewan-hewan itu. Susu tersebut kemudian bisa mereka minum.  Allah juga memberi perintah pada Adam untuk menggunakan bulu-bulu hewan itu sebagai pakaian.

Adam dan Hawa sadar kenikmatan dunia sudah tidak ada lagi, mereka pun menangis sedih. 

Dari air mata mereka, tumbuh lah kacang tanah dan kacang hijau. Adam lalu menyadari kesulitannya untuk mengetahui waktu-waktu beribadah. Ia lalu mengadu pada Allah tentang masalahnya ini.



Allah kemudian memberi seekor ayam putih sebesar unta dari surga. Ketika para malaikat di surga bertasbih, ayam putih itu ikut bertasbih (berkokok) di bumi. Berkat ayam putih itu Adam jadi mengetahui waktu-waktu beribadah di bumi.

Untuk melindungi mereka dari panas dan dingin, Adam lalu menebang pohon-pohon. Kayunya ia pakai untuk membangun rumah. Adam juga membuat sumur untuk mengambil air. 

Allah kemudian menurunkan 21 lampiran tentang hukum haram dan halal memakan daging binatang tertentu.

Kemudian diturunkan pula 29 huruf hijaiyyah, dan manusia tidak dapat mengurangi atau menambah hurufnya. 

Ketentuan Allah ini sangat jelas dan tidak ada yang bisa mengubahnya. Adam lalu belajar huruf-huruf itu untuk bisa membaca lampiran yang diturunkan Allah.

Hawa kemudian merasakan proses mengandung. 

Ia terkejut ketika janin dalam perutnya bergerak-gerak. Hawa tidak yakin darimana tempatnya yang bergerak di perutnya itu akan keluar. Ketika waktu melahirkan tiba, Hawa merasakan proses sakitnya. Hawa melahirkan anak kembar, Habil dan Layutsa.

Waktu mengandung anak yang kedua pun tiba. 

Hawa melahirkan anak kembar Qabil dan Iqlima. Sepasang anak laki-laki dan perempuan selalu dilahirkan olehnya.

 Diceritakan Hawa melahirkan dan mengandung sejumlah 20 bilangan. Setiap melahirkan pasti sepasang, laki-laki dan perempuan.

Diceritakan juga anak yang dikandung hawa sebanyak 200 orang. Semua dilahirkan kembar kecuali Syits yang memiliki Nur Musthafa Shallalahu’alaihi wa sallam di keningnya. Dikisahkan juga anak cucu Nabi Adam bertambah terus hingga 40 ribu orang laki-laki dan perempuan.

Pada saat anak cucu Adam berkembang banyak terjadilah pertengkaran dan pertikaian. Maka Allah memberinya tongkat dari surga untuk mendidik mereka yang membangkang.

Kisah Habil dan Qabil

Anak kembar Nabi Adam yang pertama adalah Habil dan Layutsa. 

Sedangkan anak kembar kedua adalah Qabil dan Iqlima. Kembaran Habil diceritakan memiliki paras yang kurang menarik. Sedangkan Iqlima kembaran  dari Qabil sangat cantik. Pada saat itu Adam diperintahkan oleh Allah untuk menikahkan anak-anaknya secara silang.

Jadi tidak boleh anak dari Adam menikah dengan kembarannya sendiri. ketika Adam hendak menikahkan Habil dengan Iqlimiya, Qabil mengajukan protes. 

Qabil merasa lebih berhak atas diri Iqlimiya karena dia adalah saudara kembarnya. Qabil tertarik pada kembarannya sendiri karena kecantikannya.

Allah kemudian memerintahkan Habil dan Qabil untuk berkurban melalui Nabi Adam.

 Kurban yang diterima Allah akan menentukan siapa yang berhak atas Iqlimiya.  

Qabil yang seorang petani dan sombong memilih seikat gandum yang jelek untuk berkurban. 

Sedangkan Qabil yang peternak mengurbankan kambing muda dan gemuk.

Setelah keduanya berkurban, Allah kemudian menurunkan cahaya putih dan mengangkat kambing dari Habil.

 Berarti Habil yang ikhlas berkurban berhak atas diri Iqlimiya. Qabil marah, dan tak ingin Habil menikahi kembarannya.

Setan memanfaatkan kemarahan Qabil dan membujuknya untuk memukul Habil. Qabil yang dikuasai amarah lalu memukul Habil.

 Habil tidak memberikan perlawanan karena tidak ingin menjadi masalah besar. Celakanya, pukulan Qabil membuat Habil terbunuh.

Qabil takut dan bingung, ia tidak tahu cara menyembunyikan Habil yang telah tak bernyawa.

 Qabil mencoba membuang Habil ke laut, tapi ombak selalu membawa kembali tubuh Habil ke tepi pantai. Akhirnya Qabil mohon ampun pada Allah dan menyesali perbuatannya.

Tiba-tiba Qabil melihat burung gagak di pohon. Satu burung gagaknya telah mati entah karena apa. Gagak yang masih hidup membawa gagak mati turun. Burung itu lalu mematuki tanah hingga berlubang dan mendorong gagak mati ke dalamnya. Qabil mengerti sekarang, ia pun meniru cara burung tersebut untuk mengubur Habil.


Cerita Habil dan Qabil ini merupakan pembunuhan pertama di bumi. Kisah Nabi Adam ternyata mengandung banyak nasehat untuk umat manusia. Tentang ketaatan dan ketergantungan manusia sebagai hamba kepada Allah. sekaligus juga tentang kebesaran Allah yang selalu memberi kemudahan manusia ketika meminta pertolongan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar