Sabtu, 22 Mei 2021

TAFSIR SURAT AL-BAQARAH AYAT 35

 

QS. Al-Baqarah Ayat 35

وَقُلۡنَا يٰٓـاٰدَمُ اسۡكُنۡ اَنۡتَ وَزَوۡجُكَ الۡجَـنَّةَ وَكُلَا مِنۡهَا رَغَدًا حَيۡثُ شِئۡتُمَا وَلَا تَقۡرَبَا هٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُوۡنَا مِنَ الظّٰلِمِيۡنَ 

Wa qulnaa yaaa Aadamus kun anta wa zawjukal jannata wa kulaa minhaa raghadan haisu shi'tumaa wa laa taqabaa haazihish shajarata fatakuunaa minaz zaalimiin

Dan Kami berfirman, "Wahai Adam! Tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, dan makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu.

 (Tetapi) janganlah kamu dekati pohon ini, nanti kamu termasuk orang-orang yang zhalim!"


Tafsir
Setelah persoalan dengan malaikat selesai dengan sujudnya malaikat kepada Nabi Adam, dan persoalan dengan Iblis juga selesai dengan menolaknya Iblis untuk sujud kepada Nabi Adam, maka pada ayat ini Allah memerintahkan kepada Nabi Adam dan istrinya, Hawa, untuk menghuni surga sebagai penghormatan kepadanya. 

Inilah bentuk lain dari anugerah dan kenikmatan yang Allah berikan kepada manusia di samping menjadi khalifah dan sujudnya malaikat kepadanya.

Dan Kami berfirman, Wahai Adam! Tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga", yakni surga yang dijanjikan Allah bagi orang mukmin di akhirat kelak, atau bisa juga berarti suatu taman. 

Allah melanjutkan firman-Nya, "Dan makanlah dengan nikmat berbagai makanan yang ada di sana sesukamu secara bebas, di mana saja, dan kapan saja". Tetapi, Allah mengingatkan mereka agar jangan memakan satu buah tertentu, bahkan melarang mereka mendekati tanaman tersebut, karena mendekatinya dapat menggoda mereka untuk memetiknya." Janganlah kamu dekati pohon ini, nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim," karena melanggar aturan Allah.

Pada ayat ini diterangkan bahwa Allah memerintahkan Adam a.s. dan istrinya untuk menempati surga yang telah disediakan untuk mereka. 
Mengenai surga yang disebutkan dalam ayat ini, sebagian besar mufasir, mengatakan bahwa surga yang dimaksudkan dalam ayat ini ialah surga di langit yang dijanjikan Allah sebagai balasan bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh. 

Menurut mufasir lain, surga yang tersebut dalam ayat itu adalah suatu taman, tempat Adam dan istrinya berdiam dan diberi kenikmatan hidup yang cukup.

Dalam ayat ini diterangkan bahwa Adam a.s. dan istrinya dibolehkan menikmati makanan apa saja dan di mana saja dalam surga tersebut dengan aman dan leluasa, hanya saja Allah swt melarang mereka mendekati dan memakan buah pohon tertentu yang hanya merupakan salah satu pohon saja di antara banyak pohon yang ada dalam surga itu.

 Setan menamakan pohon tersebut pohon keabadian, karena menurutnya, jika Adam a.s. dan istrinya memakan buah pohon itu maka mereka akan dapat kekal selama-lamanya dalam surga. 


Hati-hati dengan Tipu Daya Setan



Ibnu Qayyim mengatakan dalam kitabnya Ighatsatul Lahfan, "Peringatan Allah untuk mewaspadai setan lebih banyak dari pada peringatannya untuk mewaspadai nafsu dan selayaknya demikian. 

Sebab, bahaya dan kerusakan nafsu timbul karena godaan setan. 

Nafsu adalah kendaraan setan, sarang kejahatannya dan tempat di mana ia ditaati."

Para ulama tasawuf lebih sering membahas panjang lebar mengenai bahaya hawa nafsu.

 Tetapi, mereka kurang memperhatikan dampak dari kerusakan dari godaan syetan yang berhembus ke dalam hati manusia. 

Syetan tidak pernah lelah menggoda manusia siang maupun malam, ia terus menggoda dengan segala cara agar manusia berbuat maksiat.

Hasan Al-Basri pernah ditanya, "Wahai Imam! Apakah setan beristirahat?"

 Beliau menjawab, "Jikalau setan istirahat, tentu kita bisa rehat." Kita harus sadar dengan aktivitas setan yang tidak pernah istirahat dalam menggoda manusia, supaya manusia jatuh kepada kemaksiatan dan menjadi pengikutnya di neraka.

Sejak diusirnya iblis, nenek moyang setan dari golongan jin.

 Ia meminta di tangguhkan kematiannya hingga hari kiamat.

 Kemudian iblis menyatakan perang dengan  Adam dan keturunanya, serta bertekad akan menjerumuskan manusia untuk berbuat durhaka kepada Allah Swt.

Manusia sering lalai terhadap musuhnya yang nyata ini, yakni setan.

 Banyak sekali penjelasan Al-Qur'an mengenai setan, bahwa ia adalah musuh yang nyata bagi manusia.


"Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. 

Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu."(Al-Baqarah: 168)

"Wahai orang-orang yang berimana! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu."(Al-Baqarah: 208)

Dan masih ada lagi ayat-ayat yang menyatakan, bahwa setan adalah musuh yang nyata bagi manusia. Seperti surat Al-An'am: 142, surat Al-Araf: 22, surat Yusuf: 5, surat Al-Kahfi: 50, surat Taha: 117, surat Al-Qasas: 15, surat Fatir: 6, surat Yasin: 60, dan surat Az-Zukhruf: 62. Maka sudah seharusnya, jadikanlah setan sebagai musuhmu dalam hidup, supaya kamu bisa selamat dari tipu dayanya.

Tipu daya setan sangat halus dan tidak disadari manusia, karena ia tidak bisa dilihat dan sebaliknya setan bisa melihat manusia. Untuk itu, manusia agar selamat dari tipu daya setan, ia harus meminta perlindungan kepada Allah Swt, Zat Yang Maha Melihat dan Maha Mengetahui. Dan Sudah seharusnya, manusia meminta perlindungan kepada Allah Swt.

Mintalah perlindungan kepada Allah!

Sebagai hamba Allah, manusia memang harus memohon perlindungan kepada-Nya. Hanya Allah yang dapat menolong manusia dari segala macam tipu daya setan dan bala tentaranya.

 Ketika manusia hendak melakukan kebaikan, setan akan bersemangat untuk memalingkan manusia agar tidak melakukan kebaikan.

 Tetapi, jika manusia hendak melakukan kemaksiatan, setan akan mendukung dan membisikan agar manusia melakukan kemaksiatan tersebut. 

Oleh karena itu, tiada yang bisa dimintai pertolongan, kecuali hanyalah Allah Swt


Padahal yang sebenarnya adalah sebaliknya, yaitu apabila ia dan istrinya memakan buah pohon itu maka mereka akan dikeluarkan dari surga, karena hal itu merupakan pelanggaran terhadap larangan Allah swt.

 Jika mereka melanggar larangan itu, maka mereka termasuk golongan orang zalim terhadap diri mereka, dan akan menerima hukuman dari Allah swt yang akan mengakibatkan mereka kehilangan kehormatan dan kebahagiaan yang telah mereka peroleh.

Dalam ayat ini Allah swt tidak menjelaskan hakikat dari pohon tersebut.

 Seseorang tak akan dapat menentukannya tanpa ada dalil yang pasti. 

Lagi pula, maksud utama dari kisah ini sudah tercapai tanpa memberikan keterangan tentang hakikat pohon tersebut.

 Tetapi dapat dikatakan bahwa larangan Allah swt, kepada Adam a.s. dan istrinya untuk mendekati pohon itu dan memakan buahnya, tentulah berdasarkan suatu hikmah daripada-Nya, yaitu merupakan suatu ujian dari Allah swt terhadap Adam a.s. dan istrinya.


Keterangan mengenai QS. Al-Baqarah

Surat Al Baqarah yang 286 ayat itu turun di Madinah yang sebahagian besar diturunkan pada permulaan tahun Hijrah, kecuali ayat 281 diturunkan di Mina pada Hajji wadaa' (hajji Nabi Muhammad s.a.w. yang terakhir). 

Seluruh ayat dari surat Al Baqarah termasuk golongan Madaniyyah, merupakan surat yang terpanjang di antara surat-surat Al Quran yang di dalamnya terdapat pula ayat yang terpancang (ayat 282). 

Surat ini dinamai Al Baqarah karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil (ayat 67 sampai dengan 74), dimana dijelaskan watak orang Yahudi pada umumnya. 

Dinamai Fusthaatul-Quran (puncak Al Quran) karena memuat beberapa hukum yang tidak disebutkan dalam surat yang lain. 

Dinamai juga surat alif-laam-miim karena surat ini dimulai dengan Alif-laam-miim.

facebook sharing button
twitter sharing button
linkedin sharing button
whatsapp sharing button
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Semua perbuatan tergantung niatnya, dan balasan bagi tiap-tiap orang tergantung apa yang diniatkan; Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan"



(HR. Bukhari No.1)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar