Kamis, 22 April 2021

Keutamaan Membaca Al-Qur’an

Alhamdulillah..

Bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah masih memberikan kesempatan kepada kita semuanya untuk senantiasa memakmurkan bulan Ramadhan dengan berbagai macam bentuk ibadah.

Diantara ibadah tersebut adalah dengan memperbanyak membaca Al-Qur’an. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan Al-Qur’an adalah sebagai petunjuk bagi manusia dan petunjuk tersebut akan bisa kita dapatkan dengan kita memperbanyak membaca Al-Qur’an, memahami Al-Qur’an, mempelajari Al-Qur’an dan kemudian mengamalkan Al-Qur’an.

Di bulan Ramadhan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan contoh kepada kita semuanya dan memerintahkan kepada kita semuanya untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an. Oleh karenanya kita bisa melihat di banyak hadits, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menganjurkan kepada kita semuanya untuk membaca Al-Qur’an. Di antara hadits-hadits tersebut adalah hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Sahabat Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘Anhu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)

Dalam hadits yang lain yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anhu dalam Bukhari dan Muslim, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ

“Seorang yang mahir dalam membaca Al-Qur’an maka bersama dengan malaikat yang sangat mulia dan sangat baik.”

وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ ، وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ ، لَهُ أَجْرَانِ

“Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an tetapi terbata-bata, kesulitan dan merasakan berat dalam membaca, maka mendapatkan dua pahala.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Saudara-saudara yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dua pahala yang didapatkan orang yang membaca Al-Qur’an dibarengi dengan kesulitan, susah payah didalam membacanya, itu adalah pahala karena dia mau membaca Al-Qur’an dan yang kedua adalah pahala karena merasakan sulitnya membaca Al-Qur’an. Akan tetapi kita lihat di sini bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan penghargaan kepada orang yang mau membaca Al-Qur’an walaupun merasa berat, merasa sulit, ketika membaca Al-Qur’an.

Di dalam hadits yang lain Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ

“Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya Al-Qur’an akan datang pada hari kiamat memberikan syafaat kepada orang-orang yang membacanya.” (Hadits Shahih riwayat Muslim)

Saudara-saudara yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala, hadits ini menjelaskan kepada kita bahwa Al-Qur’an adalah mukjizat yang besar dan pada hari kiamat akan memberikan syafaat, akan mendo’akan kepada orang-orang yang mencintainya, orang-orang yang membacanya, mempelajarinya, mengamalkannya, akan dimintakan ampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, akan dido’akan untuk naik derajatnya disisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka sungguh ini adalah kemuliaan yang besar atas orang-orang yang mau membaca Al-Qur’an.

Kemudian hadits yang lain Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan keutamaan orang-orang yang mempelajari Al-Qur’an di salah satu rumah-rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan balasan mereka adalah:

إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ

“Kecuali akan turun ketenangan atas mereka,”

وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ

“Akan turun rahmat Allah dan kasih sayang Allah kepada mereka,”

وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ

“Para Malaikat akan membentangkan sayapnya ridha dengan perbuatan mereka dan mendo’akan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala ampunan atas mereka, kasih sayang untuk mereka,”

وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

“Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menyebutkan mereka-mereka yang mau membaca Al-Qur’an di penduduk yang ada di langit, di hadapan para Malaikat. Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memuliakan dan menyanjung mereka-mereka yang mau membaca Al-Qur’an.”

Saudara-saudara yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala, terlebih lagi kita sedang berada di bulan Ramadhan. Dimana Al-Qur’an diturunkan di bulan Ramadhan, di malam Lailatul Qadar. Dan itu ada pada bulan Ramadhan. Sehingga Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan contoh kepada kita, beliau bersemangat dalam membaca Al-Qur’an.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam disetiap malamnya membaca Al-Qur’an dan dihadiri oleh malaikat Jibril. Beliau mudarosah bersama dengan Malaikat Jibril sampai beliau menyelesaikan 30 juz dalam Ramadhan tersebut. Dan demikian setiap kali Ramadhan, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam selalu membaca Al-Qur’an di hadapan Malaikat Jibril ‘Alaihissalam. Bahkan di akhir dari Ramadhan yang beliau jalankan, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menghatamkan Al-Qur’an dua kali di hadapan Malaikat Jibril ‘Alaihissalam.

Kita juga tahu bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam begitu cintanya dengan Al-Qur’an, terlebih di bulan Ramadhan. Tatkala beliau shalat malam, shalat tarawih, beliau pernah sekali shalat bersama dengan seorang Sahabatnya. Dan ternyata Nabi Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam membaca dengan bacaan yang sangat panjang. Dalam satu rakaat, beliau membaca surat Al-Baqarah, masih dilanjutkan lagi membaca surat Ali-Imron, masih ditambah lagi membaca surat An-Nisa, itu dalam satu rakaat. Dan ternyata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di malam tersebut shalat empat rakaat dan itu sampai mendekati waktu subuh.

Demikian cintanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terhadap Al-Qur’an. Bagaimana Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan contoh kepada kita semuanya untuk menghidupkan malam-malam dengan membaca Al-Qur’an. Demikian juga di siang harinya untuk bersungguh-sungguh membaca Al-Qur’an.

Kita lihat contoh dari para pendahulu kita, para Salafush Shalih, para ulama pendahulu kita, diantaranya adalah Al-Imam Az-Zuhri Rahimahullahu Ta’ala. Beliau pernah mengatakan:

إنما هو تلاوة القرآن وإطعام الطعام

“Sesungguhnya bulan Ramadhan adalah bulan untuk membaca Al-Qur’an dan bulan untuk memberikan makanan dan bersedekah.”

Al-Imam Malik bin Anas Rahimahullahu Ta’ala, beliau juga karena ketika beliau masuk di bulan Ramadhan beliau selalu menyembuhkan diri dengan banyak membaca Al-Qur’an dari mushaf, dari Al-Qur’an. Dan beliau meninggalkan untuk membaca hadits, untuk membuat satu majelis ilmu. Dan itu beliau tinggalkan dalam rangka untuk membaca Al-Qur’an dan memberikan perhatian yang besar terhadap Al-Qur’an.

Demikian pula Salaf yang lain, diantaranya adalah Qatadah bin Di’amah As Sadusi Rahimahullahu Ta’ala, beliau di bulan Ramadhan menghatamkan Al-Qur’an dan demikian ketika sampai dimalam 10 malam terakhir dari bulan Ramadhan, beliau menghatamkan Al-Qur’an di setiap malamnya. Dihari-hari sebelumnya, di setiap 3 malam beliau khatamkan Al-Qur’an, diluar bulan Ramadhan beliau menghatamkan Al-Qur’an dalam 7 hari sekali.

Kita lihat yang lain, yaitu Ibrahim An-Nakha’iy Rahimahullahu Ta’ala. Beliau juga demikian di dalam membaca Al-Qur’an di bulan Ramadhan. Di setiap 3 malam, beliau selalu menghatamkan Al-Qur’an. Bahkan di akhir-akhir dari bulan Ramadhan, yaitu 10 terakhir dari bulan Ramadhan, beliau mampu menyelesaikan di setiap 2 malam sekali khatam Al-Qur’an.

Yang lain pula adalah Al-Aswad Rahimahullaahu Ta’ala. Beliau bahkan membaca Al-Qur’an di setiap 2 malam selesai khatam baik itu di dalam Ramadhan atau pun bahkan di luar Ramadhan.

Demikian contoh-contoh yang kita dapatkan dari Salafush Shalih (Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, para Sahabat dan para ulama pendahulu kita). Mereka bersungguh-sungguh di dalam menghidupkan bulan Ramadhan di antaranya dengan banyak-banyak membaca Al-Qur’an.

Mudah-mudahan kita semuanya termasuk dari orang-orang yang mencintai Al-Qur’an, orang-orang yang mau mempelajari, Al-Qur’an, orang-orang yang mau membaca Al-Qur’an dan kemudian mengamalkannya sehingga mendapatkan banyak keutamaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Alquran Sebagai Mukjizat

Kepribadian Nabi Muhammad adalah salah satu mukjizat Alquran.

Alquran Sebagai Mukjizat. Foto: Ilustrasi Alquran
pxhere
Alquran Sebagai Mukjizat. Foto: Ilustrasi Alquran
Rep: Imas Damayanti Red: Muhammad Hafil

- Salah satu bukti mukjizat Alquran adalah kepribadian Nabi Muhammad SAW. Betapa tidak? Manusia paling sempurna yang Allah ciptakan itu merupakan figur yang tak pernah sebanding dengan manusia manapun yang pernah ada.

Baca Juga

Prof Quraish Shihab dalam bukunya berjudul Mukjizat Alquran menjabarkan, terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan guna mempermudah bukti-bukti kemukjizatan Alquran. Yakni melalui kepribadian Rasulullah SAW, memahami kondisi masyarakat pada saat turunnya Alquran, dan cara Alquran diturunkan.

Membuktikan kebenaran seorang nabi tidak harus melalui mukjizat yang dipaparkannya, tapi juga dapat dibuktikan dengan mengenal kepribadian, keseharian, akhlak, hingga air mukanya. Imam Al-Ghazali dalam konteks ini menekankan bahwa apabila seseorang merasa ragu seseorang itu nabi atau bukan, tidak mungkin keraguan itu berubah menjadi keyakinan, kecuali seseorang tersebut telah mengetahui keadaannya.

Baik dengan cara melihat langsung atau mendengar beritanya melalui sejumlah orang yang menurut adat, mereka mustahil melakukan kebohongan. Nabi Muhammad dikenal baik dari sikap, tutur, hingga penyampaian orang yang mengenalnya sebagai pribadi yang sangat baik.

Apakah Rasulullah merupakan sosok yang gila kedudukan? Menghalalkan segala cara untuk mencapai suatu tujuan? Atau apakah Rasulullah mengaku tahu segala hal?

Sangat populer bagaimana tawaran tokoh-tokoh kaum musyrikin Makkah kepada Rasul. Rasulullah diiming-imingi harta, kedudukan, wanita dengan syarat bersedia menghentikan dakwahnya. Namun semua itu ditolak beliau.

Bahkan ketika menjawab tantangan itu, dalam hadis shahih Rasulullah SAW bersabda yang artinya: "Walau matahari diletakkan di tangan kananku, dan bulan di tangan kiriku, tidak akan kutinggalkan miskinku sampai berhasil aku gugur mempertahankannya,".

Kepribadian Rasul dikatakan mukjizat karena sejatinya sifat kenabian itu menyatu dalam sebuah raga manusia. Manusia yang nampak seperti manusia pada umumnya. Sikap seperti manusia biasa ini pun pernah terekam dalam hadis shahih.

Kala itu, Rasulullah mendengar seorang wanita dari penduduk Madinah bernama Ummu Ala berbicara. Dia berbicara di saat kematian sahabat Rasulullah bernama Utsman bin Mazh'un. Ummu Ala berkata: "Berbahagialah engkau, wahai Abu As-Saib (gelar Utsman bin Mazh'un). Kesaksianku atasmu adalah bahwa Allah telah menganugerahimu surga,".

Mendengar hal ini, Rasulullah pun berkomentar: "Dari mana kah Anda tahu bahwa Allah memberinya anugerah (surga)?". Lalu Ummu Ala pun menjawab: "Demi Tuhan, wahai Rasulullah, siapa lagi yang dianugerahkan Allah kalau bukan yang semacamnya?"

Mendengar hal itu, Rasul pun menjawab: "Memang telah datang kepadanya kematian, dan aku akan mengharap kebaikan untuknya. Tetapi demi Allah, aku sendiri pun tidak tahu meski aku adalah pesuruh Allah bagaimana aku diperlakukan kelak,". Hadis ini merupakan hadis shahih yang diriwayatkan Imam Bukhari dan An-Nasa'i.

Senada dengan hadis tersebut, Alquran juga menegaskan hal yang serupa. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Ahqaf ayat 9 berbunyi: "Qul ma kuntu bid'an mina-rusuli wa ma adri ma yuf'alu-biy wa la bikum, in attabi'u illa ma yuha ilayya wa ma ana illa nadzirun mubin,". Yang artinya: "Katakanlah (wahai Muhammad), bahwa aku (Muhammad) bukanlah orang pertama dari rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan dilakukan terhadapku. Aku tidak lain kecuali mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku, dan aku tidak lain kecuali seorang pemberi peringatan yang jelas,".

Untuk itulah, siapapun yang mempelajari sejarah hidup Nabi Muhammad SAW dan mengetahui keseharian serta kesederhanannya, pastilah dia tak akan menafikan segala macam tuduhan negatif yang ditujukan kepadanya. Meski secara fisik dan naluri, Rasulullah sama dengan manusia biasa, tetapi dalam kepribadian dan mentalnya, beliau bukanlah manusia biasa


sumber: https://ngaji.id/klik/8

Tidak ada komentar:

Posting Komentar