Kamis, 17 Juni 2021

JUM'AT TGL 18 JUNI 2021 M. 9 DZULQOIDAH 1442 H. TAFSIR SURAT AL-BAQARAH AYAT 65

Sholat Sunnah Taubat


Sholat taubat adalah cara untuk meraih salah satu amal yang paling tinggi derajatnya di sisi Allah, yaitu taubat nasuha.

Taubat adalah sikap menerima setiap kesalahan yang kita lakukan dan menyesalinya, serta berjanji untuk tidak mengulanginya kembali.

Secara bahasa taubat artinya kembali, sementara secara istilah taubat berarti kembali kepada Allah, kembali pada syariat-Nya, mengakui segala bentuk kesalahannya dan menyesalinya, serta berjanji tidak akan mengulanginya kembali.

Allah berfirman,

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ تُوبُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ تَوۡبَةً۬ نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمۡ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمۡ سَيِّـَٔاتِكُمۡ وَيُدۡخِلَڪُمۡ جَنَّـٰتٍ۬ تَجۡرِى مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَـٰرُ يَوۡمَ لَا يُخۡزِى ٱللَّهُ ٱلنَّبِىَّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُ ۥ‌ۖ نُورُهُمۡ يَسۡعَىٰ بَيۡنَ أَيۡدِيہِمۡ وَبِأَيۡمَـٰنِہِمۡ يَقُولُونَ رَبَّنَآ أَتۡمِمۡ لَنَا نُورَنَا وَٱغۡفِرۡ لَنَآ‌ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ ڪُلِّ شَىۡءٍ۬ قَدِيرٌ۬

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).

Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan :

 “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. At Tahrim : 8)

Perhatikan pada ayat diatas, dimana selain Allah menganjurkan untuk melakukan taubat nasuha juga menjanjikan bagi siapa pun yang bertaubat dengan syurga-Nya. 

Karena itu kita bisa memahami jika selain dari kebutuhan kita, bertaubat pun mesti menjadi keinginan kita akan pahala yang telah Allah janjikan melaluinya.

Syarat-syarat Taubat Nasuha

Sementara itu, untuk mendapatkan keberhasilan dalam melaksanakan taubat nasuha ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.

  1. Menyesali segala perbuatan dosanya.

Penyesalan ini diawali dengan pengakuan sepenuh hati dengan penuh kejujuran jika apa yang telah kita lakukan itu adalah perbuatan salah dan melanggar.

Ini penting guna membangkitkan tingkat kesadaran sehingga di kemudian hari tidak ada lagi rasa permisif dalam melakukan dosa.

Setelah itu baru melahirkan rasa sesal, sedih, marah dan takut atas segala perbuatan dosa yang telah kita lakukan. 

Rasa ini timbul setelah kita mengetahui berbagai ancaman Allah terhadap perbuatan dosa tersebut dan juga berharap dengan penuh tawakkal terhadap rahmat Allah SWT.

  1. Berazzam untuk tidak akan pernah mengulanginya kembali.

Seseorang bisa dikatakan bertaubat jika perbuatan dosanya tersebut telah benar-benar ditinggalkan dan tidak pernah diulangi kembali. 

Hal ini bisa dikatakan sebagai hijrah secara mental. 

Proses hijrah secara mental ini perlu agar semua pintu kemungkinan berbuat dosa tertutup rapat dan tidak membuka peluang perbuatan tersebut akan terulang kembali.

  1. Berjuang dengan sepenuh tenaga untuk istiqomah di jalan hidup yang baru.

Pada akhirnya, setelah kedua syarat diatas terpenuhi maka Allah akan menguji kembali hamba yang telah melakukan taubat tersebut. 

Ujian tersebut berupa dorongan untuk kembali melakukan dosa yang telah kita tinggalkan atau dorongan untuk melakukan dosa yang lainnya. 

Allah akan mencatat setiap amal dan ikhtiar yang kita lakukan guna menghindar sejauh mungkin dari perbuatan dosa tersebut sehingga tidak satu pun amal yang hilang dengan sia-sia.

  1. Meminta maaf kepada sesama manusia, jika kesalahan itu terkait hubungan kita dengan sesama.

Sampaikanlah permintaan maaf dengan sepenuh hati dan dengan lapang dada. 

Mintakan pula ampunan kepada Allah melalui lisannya. 

Terima dengan lapang dada jika pihak yang pernah kita sakiti tersebut masih memendam amarah atau melontarkan cemoohan, sebaliknya mintalah ampunan kepada Allah untuknya.

Sebagai salah satu bentuk penyempurnaan dalam proses taubat kita, maka empat madzhab fiqih menganjurkan untuk melaksanakan sholat taubat. 

Sholat taubat adalah bukti keseriusan kita bahwa kita benar-benar ingin bertaubat dan segala dosa kita benar-benar ingin diampuni.

Sholat taubat sendiri hukumnya sunnah, berdasarkan hadist dari Abu Bakar ra., Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang hamba melakukan shalat dua rakaat kemudian meminta ampun kepada Allah, kecuali Allah akan mengampuninya.”

Kemudian beliau membaca ayat ini. “

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? 

Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” 

(QS. Ali Imron : 135) (HR. Tirmidzi)

Waktu Pelaksanaan Sholat

Sholat taubat termasuk sholat sunnah yang dikerjakan hanya apabila ada kejadian-kejadian tertentu yang menjadi penyebabnya. 

Sholat dangan karakteristik seperti ini juga ditemukan pada sholat hajat dan istikhoroh.

Sholat dengan karakteristik ini juga secara khusus tidak ada pembatasan waktu pengerjaannya.

Adapun terkait kapan waktu yang idealnya, sebagian ulama berpendapat jika sholat taubat baiknya dikerjakan sesegera mungkin, setelah kita menerima hidayah dari Allah SWT. 

Hal ini bertujuan agar pengampunan atas dosa yang kita lakukan tidak Allah tangguhkan, sementara kita sendiri tidak tahu batas dari usia hidup kita.

Sementara sebagian ulama lain berpendapat untuk melaksanakan sholat taubat pada waktu kapan saja akan tetapi dengan pengecualian yaitu pada waktu dilarangnya melaksanakan sholat sunnah.

Waktu-waktu tersebut diantaranya, pada saat shubuh hingga terbit matahari (Syuruq) dan Ashar hingga matahari tenggelam.


Niat

Niat sholat taubat adalah dengan menghadirkan keinginan untuk taubat dari berbagai kesalahan terlebih dahulu. Kemudian dilanjutkan dengan berwudhu dan melaksanakan sholat 2 rakaat.

Adapun secara rukunnya, niat itu bertempat dihati sehingga hadirnya keinginan dan azzam untuk melaksanakan sholat taubat sebenarnya sudah cukup dikategorikan sebagai niat.

Namun untuk menegaskan kembali bisa di lafazkan dengan lafaz yang telah diajarkan oleh para ulama.

 

أُصَلِّى سُنَّةَ التَّوْبَةِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى

Ushalli Sunnatat Taubati Rak’ataini Lillahi Ta’ala

Artinya: Saya niat shalat sunnah taubat dua rakaat karena Allah.

Tata Cara Sholat

Sebagaimana yang disebutkan dalam hadist, hendaknya sebelum melaksanakan sholat taubat didahului dengan bersuci dengan baik. 

Jika ia bertaubat dari keadaan kafir atau non-muslim maka disunnahkan untuk melakukan mandi besar, sedangkan jika untuk bertaubat dari dosa-dosa yang lainnya cukup diawali dengan wudhu.

Sholat taubat sendiri dilaksanakan sebanyak 2 rakaat dengan rukun sebagaimana sholat seperti biasa. 

Namun jika mau, kita bisa memperpanjang sujud terakhir untuk secara khusus bermunajat dan mengakui berbagai dosa kita serta memohon ampunan dengan segala kerendahan diri dihadapan Allah SWT.

Sebagaimana seperti yang disebutkan dalam hadist,

“Yang paling dekat antara seorang hamba dengan Rabbnya adalah ketika ia sujud, maka perbanyaklah do’a ketika itu.”(HR. Muslim)

Do’a dan Dzikir Selepas Sholat

Sebagai penyempurna dari amalan sholat taubat kita, maka ada baiknya kita memperbanyak membaca istighfar. 

Meminta ampun dengan istighfar ini ada baiknya pula di sertai dengan dzikir-dzikir menyebut asma-Nya.

Selain itu ada pula beberapa do’a yang secara khusus di peruntukan untuk dibaca selepas sholat taubat, diantaranya,

Do’a Sholat Taubat 1

 

استغفرالله العظيم الذى لااله الاهو الحي القيوم واتوب اليه توبة عبد ظالم لايملك لنفسه ضراولا نفعا ولاموتا ولاحياة ولانشورا.

Artinya : saya memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Agung, saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, Tuhan yang senantiasa hidup dan mengawasi, saya memohon taubat kepada-Nya sebagaimana taubatnya hamba yang dholim yang berdosa tidak memiliki daya upaya untuk berbuat mudharat atau manfaat untuk mati atau hidup maupun bangkit nanti.

Do’a Sholat Taubat 2

أللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ

Ya Allah, Engkaulah Tuhan kami, tiada Tuhan melainkan Engkau yang telah menciptakan aku, dan akulah hamba-Mu. 

Dan aku pun dalam ketentuan serta janji-Mu yg sedapat mungkin aku lakukan. 

Aku berlindung kepada-Mu dari segala kejahatan yg telah aku lakukan, aku mengakui nikmat-Mu yang Engkau limpahkan kepadaku, dan aku mengakui dosaku, karena itu berilah ampunan kepadaku, sebab tiada yg dapat memberi ampunan kecuali Engkau sendiri. Aku memohon perlindungan Engkau dari segala kejahatan yg telah aku lakukan.

Do’a Sholat Taubat 3

 

اَللَّهُمَّ اِنِّى اَسْاَلُكَ تَوْ فِيْقَ اَهْلِ الْهُدَى وَاَعْمَالَ اَهْلِ التَّوْبَةِ وَعَزْمَ اَهْلِ الصَّبْرِ وَجِدَّ اَهْلِ الْخَشْيَةِ وَطَلَبَ اَهْلِ الرَّ غْبَةِ وَتَعَبُّدَ اَهْلِ الْوَرَعِ وَعِرْفَانَ اَهْلِ الْعِلْمِ حَتَّى اَخَافَكَ . اَللَّهُمَّ اِنِّى اَسْاَلُكَ مَخَا فَةً تَحْجُزُ نِى عَنْ مَعَاصِيْكَ حَتَّى اَعْمَلَ بِطَا عَتِكَ عَمَلاً اَسْتَحِقُّ بِهِ رِضَاكَ حَتَّى اُنَا صِحَكَ فِىالتَّوْ بَةِ خَوْ فًا مِنْكَ وَحَتَّى اَخْلِصَ لَكَ النَّصِيْحَةَ حُبًّا لَكَ وَحَتَّى اَتَوَ كَّلَ عَلَيْكَ فَ اْلاُمُوْرِ كُلِّهَاوَحُسْنَ ظَنٍّ بِكَ . سُبْحَانَ خَالِقِ نُوْرٍ

Artinya: Ya Alloh sesungguhnya hamba memohon kepada-Mu Taufiq(pertolongan)nya orang-orang yang mendapatkan petunjuk(hidayah),dan perbuatannya orang-orang yang bertaubat, dan cita-cita orang-orang yang sabar, dan kesungguhan orang-orang yang takut, dan pencariannya orang-orang yang cinta, dan ibadahnya orang-orang yang menjauhkan diri dari dosa (wara’), dan ma’rifatnya orang-orang berilmu sehingga hamba takut kepada-Mu. 

Ya Alloh sesungguhnya hamba memohon kepada-Mu rasa takut yang membentengi hamba dari durhaka kepada-Mu, sehingga hamba menunaikan keta’atan kepada-Mu yang berhak mendapatkan ridho-Mu sehingga hamba tulus kepada-Mu dalam bertaubat karena takut pada-Mu, dan sehingga hamba mengikhlaskan ketulusan untuk-Mu karena cinta kepada-Mu, dan sehingga hamba berserah diri kepada-Mu dalam semua urusan, dan hamba memohon baik sangka kepada-Mu. 

Maha suci Dzat Yang Menciptakan Cahaya.

Demikian penjelasan seputar sholat taubat, yang mulai dari penjabaran mengenai taubat dan tata cara praktis tentang sholat taubat itu sendiri. 

Semoga Allah memberikan kepada kita hidayah dan taufiq agar menjadi orang-orang yang senantiasa bertaubat, sehingga termasuk orang-orang yang disukai oleh Allah. 

Sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya,

إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلتَّوَّٲبِينَ وَيُحِبُّ ٱلۡمُتَطَهِّرِينَ

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al Baqoroh : 222)

________________________________

65. Dan sungguh, kamu telah mengetahui orang-orang yang melakukan pelanggaran di antara kamu pada hari Sabat, lalu Kami katakan kepada mereka, “Jadilah kamu kera yang hina!” Ayat ini menjelaskan tentang sikap dan keingkaran Bani Israil. Sejalan dengan hal itu, Allah menegur dan memurkai mereka. 

QS. Al-Baqarah Ayat 65
وَلَقَدۡ عَلِمۡتُمُ الَّذِيۡنَ اعۡتَدَوۡا مِنۡكُمۡ فِىۡ السَّبۡتِ فَقُلۡنَا لَهُمۡ كُوۡنُوۡا قِرَدَةً خَاسِـِٔـيۡنَ ‌ۚ‏ 

Wa laqad 'alimtumul laziina'-tadaw minkum fis Sabti faqulnaa lahum kuunuu qiradatan khaasi'iin
Dan sungguh, kamu telah mengetahui orang-orang yang melakukan pelanggaran di antara kamu pada hari Sabat, lalu Kami katakan kepada mereka, "Jadilah kamu kera yang hina!"
Juz ke-1

Tafsir
Ayat ini menjelaskan tentang sikap dan keingkaran Bani Israil. Sejalan dengan hal itu, Allah menegur dan memurkai mereka. Sungguh, kamu, wahai Bani Israil, telah mengetahui hukuman yang diterima oleh orang-orang yang melakukan pelanggaran di antara kamu dengan tetap mencari ikan pada hari Sabat, yakni hari Sabtu, hari khusus untuk beribadah bagi orang Yahudi, padahal kamu semua sudah sepakat untuk menjadikannya sebagai hari ibadah dan tidak melakukan pekerjaan lain. 

Karena itu lalu Kami katakan kepada mereka, "Jadilah kamu kera yang hina." Pada saat itu berubahlah fisik dan atau sikap mereka seperti kera.

Dalam ketentuan syariat agama Yahudi, pada hari ketujuh, Sabat (dari bahasa Ibrani, shabbath, berarti "istirahat") orang dilarang mengerjakan apa pun, karena hari itu khusus untuk ibadah.

 Dalam bahasa Arab sabt (Sabtu), dari kata sabata, yasbitu, sabtan, juga berarti "istirahat" atau "tenang." Pada hari itu setelah "langit, bumi, dan segala isinya diselesaikan" Tuhan beristirahat. 

"Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya" 

(Kejadian ii. 1-3), yang juga dipakai untuk merayakan terbebasnya orang Israil dari perbudakan di Mesir. 

Menurut Perjanjian Lama, mereka yang melanggar kekudusan Sabat, termasuk menangkap ikan pada hari itu, dapat dijatuhi hukuman mati:

 "Siapa yang melanggar kekudusan hari Sabat itu pastilah ia dihukum mati, sebab orang yang melakukan pekerjaan pada hari itu, orang itu harus dilenyapkan dari antara bangsanya". 
(Kitab Keluaran 31. 14).

Pada hari yang sangat dihormati itu biasanya ikan-ikan bebas bermunculan sehingga menutupi permukaan air laut, karena hari itu tidak ada orang yang berani mengganggunya.

Di luar hari Sabtu ikan-ikan itu menghilang lagi 
(al-A'raf/7 : 163). 

Banyak mufasir menyebutkan, larangan ini oleh mereka diakali; pada hari-hari sebelum Sabat mereka membuat kolam besar dan air laut dialirkan ke dalamnya. 

Pada hari Ahad mereka bekerja mengambil ikan yang sudah terjaring itu. 

Tetapi dalam hukum Tuhan mereka tetap melanggar, maka Allah menjatuhkan hukuman dengan menjadikan mereka kera, sehingga mereka jauh dari kebajikan serta hina dan rendah.

Menurut Mujahid, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, "Fisik mereka tidak ditukar menjadi kera, tetapi hati, jiwa, dan sifat merekalah yang dijadikan seperti kera, sehingga mereka tidak dapat menerima pengajaran dan tidak dapat memahami ancaman." 

Pada ayat ini mereka diserupakan dengan kera dan pada ayat yang lain mereka diserupakan dengan keledai, sesuai dengan firman Allah:

Perumpamaan orang-orang yang diberi tugas membawa Taurat, kemudian mereka tidak membawanya (tidak mengamalkannya) adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal.¦.(al-Jumu'ah/62:5)

Jumhur ulama berpendapat bahwa mereka benar-benar bertukar wujud menjadi kera sebagai hukuman terhadap keingkaran mereka. 

Di dalam riwayat lain disebutkan bahwa mereka yang diubah menjadi kera tidak beranak, tidak makan, tidak minum, dan tidak dapat hidup lebih dari tiga hari.

 Di dalam Al-Qur'an terdapat ayat yang serupa maksudnya:

¦ Dan di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah Tagut.

(al-Ma'idah/5:60)
sumber: 

kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. Al-Baqarah

Surat Al Baqarah yang 286 ayat itu turun di Madinah yang sebahagian besar diturunkan pada permulaan tahun Hijrah, kecuali ayat 281 diturunkan di Mina pada Hajji wadaa' (hajji Nabi Muhammad s.a.w. yang terakhir). 

Seluruh ayat dari surat Al Baqarah termasuk golongan Madaniyyah, merupakan surat yang terpanjang di antara surat-surat Al Quran yang di dalamnya terdapat pula ayat yang terpancang (ayat 282). 

Surat ini dinamai Al Baqarah karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil (ayat 67 sampai dengan 74), dimana dijelaskan watak orang Yahudi pada umumnya. 

Dinamai Fusthaatul-Quran (puncak Al Quran) karena memuat beberapa hukum yang tidak disebutkan dalam surat yang lain. 

Dinamai juga surat alif-laam-miim karena surat ini dimulai dengan Alif-laam-miim.
facebook sharing button
twitter sharing button
linkedin sharing button
whatsapp sharing button
Hadits of The Day
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Dahulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam apabila Berbuka Puasa, beliau mengucapkan: 

"DZAHABAZH ZHAMAA'U WABTALLATIL 'URUUQU WA TSABATIL AJRU IN SYAA-ALLAAH (Telah hilang dahaga, dan telah basah tenggorokan, dan telah tetap pahala insya Allah)."




Tidak ada komentar:

Posting Komentar