Kamis, 03 Juni 2021

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 44


Berikut ini adalah teks, transliterasi, terjemahan, dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas Surat Al-Baqarah ayat 44:

  أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ 

 ta’murūnan nāsa bil birri wa tansawna anfusakum wa anum tatlūnal kitāba, a fa lā ta‘qilūna.

 Artinya, “Mengapa kalian menganjurkan orang lain untuk berbakti, sedangkan kalian melupakan diri sendiri, padahal kalian membaca kitab suci

 Tidakkah kalian berpikir?” (Surat Al-Baqarah ayat 44). 

Ragam Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 44 Imam Jalaluddin dalam Tafsirul Jalalain mengatakan, “Mengapa kalian wahai Bani Israil menganjurkan orang lain untuk berbakti,” beriman kepada Muhammad, “sedangkan kalian melupakan diri sendiri,”

 membiarkannya, tidak memerintahkannya. 

“Padahal kalian membaca kitab suci (Taurat yang isinya juga mengancam mereka yang ucapannya menyalahi perbuatannya)? 

Tidakkah kalian berpikir (atas buruknya perbuatan kalian)?”

 Imam Al-Baidhawi dalam Kitab Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil mengatakan, kata “al-birru” atau kebaktian memiliki arti kebaikan yang luas. 

Kata “al-birru” adalah angkasa luas kebaktian yang mencakup segala kebaikan.  

Ada juga ulama mengatakan, kebaktian itu mengandung tiga hal, yaitu kebaktian dalam ibadah kepada Allah, kebaktian dalam menjaga hubungan dengan kerabat, dan kebaktian dalam berinteraksi dengan orang lain. 

Sedangkan Ahli Kitab membiarkan diri tidak berbuat kebaktian. 

Surat Al-Baqarah ayat 44, kata Imam Al-Baidhawi berdasarkan riwayat Ibnu Abbas RA, turun perihal pemuka-pemuka agama Yahudi.

 Mereka menganjurkan secara perlahan orang-orang yang mereka nasihati untuk mengikuti Nabi Muhammad SAW.

 Tetapi mereka sendiri tidak melakukannya.

  Ada juga, kata Al-Baidhawi, ulama yang menafsirkan, para pemuka Yahudi menganjurkan umatnya untuk bersedekah.

 Sedangkan mereka sendiri tidak bersedekah. 

Padahal, mereka membaca Kitab Taurat yang isinya mengancam mereka yang ingkar, tidak berbakti, dan ucapannya menyalahi perbuatan.

 Pada akhir Surat Al-Baqarah ayat 44, Allah mengecam buruknya perbuatan mereka.

 Perbuatan buruk itu yang menghalangi mereka dari Allah.

 Apakah mereka memiliki pikiran yang mencegah mereka dari perbuatan buruk tersebut? 

Kata “al-aqlu”, kata Al-Baidhawi, secara bahasa berarti “menahan” karena daya nalar manusia dapat menahannya dari perbuatan keji dan dapat membantunya dalam menalar perbuatan baik. 

Tetapi ayat ini secara umum mengkritik orang yang menasihati orang lain.

 Sedangkan ia tidak mencegah dirinya sendiri dari perbuatan buruk tersebut. 

Perbuatan mereka ini laksana perbuatan orang bodoh terhadap syariat atau perbuatan orang dungu tanpa pikiran. 

Tetapi harus dipahami juga, Surat Al-Baqarah ayat 44 menganjurkan orang-orang yang menasihati untuk menyucikan dan memerhatikan batinnya untuk mendekati kesempurnaan sehingga yakin, lalu dapat meyakinkan orang lain. 

Surat Al-Baqarah ayat 44 bukan bermaksud melarang orang yang fasik untuk menasihati orang lain.

 Imam Al-Baghowi dalam Kitab Ma’alimut Tanzil fit Tafsir wat Ta’wil mengatakan, Surat Al-Baqarah ayat 44 turun mengenai ulama Yahudi. 

Ceritanya, ketika ditanya perihal Nabi Muhammad SAW, salah seorang pemuka Yahudi berkata kepada kerabat dan sahabatnya yang Muslim, “Teguhlah memegang agamanya karena urusannya itu kebenaran dan ucapannya jujur.” 

Ada juga, kata Al-Baghowi, ulama yang menafsirkan, Surat Al-Baqarah ayat 44 ditujukan kepada pemuka Yahudi yang memerintahkan umatnya untuk berpegang teguh kepada Taurat.

 Tetapi mereka sendiri menyalahi dan mengubah sifat-sifat Nabi Muhammad SAW. 

Para pemuka Yahudi melupakan diri mereka dalam kebaikan tersebut. 

Mereka tidak mengikuti perintah kitab suci. 

Padahal mereka membaca Taurat yang mana di dalamnya mengandung ciri dan sifat Nabi Muhammad SAW. “


Kelahiran Nabi Muhammad SAW membawa dunia ke kehidupan yang baru. 

Beliau adalah rahmat bagi seluruh semesta. 

Nabi Muhammad SAW memiliki akhlak yang mulia yang dijadikan teladan bagi umat muslim semua. Nah, meneladani sifat Rasulullah merupakan salah satu bentuk dari kasih sayang kita terhadapnya. 

Bagaimana menerapkannya? Kita bisa menjalankan sunnah dan perintah Rasul di dalam kehidupan sehari-hari. 

Kita juga dapat mencontoh kasih sayang sahabat-sahabat Rasul, seperti misalnya pamannya Hamzah yang rela berkorban untuk melindungi Rasul di perang Uhud, atau bilal yang gembira akan bertemu Rasul disaat hari kematiannya.

Dalam surat al-ahzab ayat 21, Allah SWT berfirman bahwa sudah ada suri tauladan dalam diri Nabi Muhammad SAW yang patut kita teladani. 

Nabi Muhammad SAW merupakan nabi dan utusan Allah yang pastinya sudah diberikan bekal, yaitu kemuliaan.

 Sifat Rasulullah yang mulia ini juga dapat kita teladani.

Ada 4 sifat mulia Rasul yang patut kita contoh, yaitu:

Shidiq (jujur)

Jujur dalam perkataan dan perbuatan. Dalam pandemi ini, kita dapat menerapkannya di saat pembelajaran online. Contohnya, mengerjakan tugas-tugas sekolah dan ujian dengan jujur. 

Atau jujur terhadap orangtua (dan orang lainnya).

Amanah (dapat dipercaya)

Rasulullah biasa dipercaya untuk menyelesaikan masalah orang satu dengan orang lain, karena semua orang percaya terhadap Rasul. 

Rasulullah pastinya mengerjakan apa yang dipercayakan oleh beliau dengan sungguh-sungguh. 

Oleh karena itu, kita bila diberikan kepercayaan terhadap orangtua, teman, ataupun guru untuk mengerjakan sesuatu (misal menjadi ketua osis atau apapun itu) harus mengerjakan dengan sugguh-sungguh. 

Janganlah menghianati kepercayaan dari orang yang sudah mempercayai kita.

Tabligh (menyampaikan)

Rasul mendapat wahyu dari Allah SWT yang nantinya akan diberitahukan ke kaumnya. 

Rasul selalu memberitahu wahyu Allah SWT dengan detail dan tepat. Nah, kita dapat meneladani sifat ini dengan menyampaikan persis seperti apa yang di dengar dari orang yang memberitahu kita. 

Jangan pernah menambah-nambahkan atau bahkan menyembunyikannya.

Fatanah (cerdas)

Allah SWT sudah membekali Rasul dengan kecerdasan karena risalah beliau yang berat. Rasulullah pasti bisa menyelasaikan suatu masalah dengan bijaksana. 

Oleh karena itu, kita sebagai umat islam harus menuntun ilmu agar menjadi cerdas. 

Nah, dengan cerdas kita dapat membantu banyak orang, dan membantu diri sendiri. 

Misal, kita menjadi susah untuk ditipu, dapat menyelesaikan masalah dengan baik, dapat menyampaikan suatu dakwah, dan memberikan solusi dari suatu masalah.

Diluar 4 sifat mulia diatas, Rasul juga mempunyai sifat mulia lainnya. Nabi Muhammad SAW jauh dari maksiat. 

Walau beliau merupakan manusia biasa yang pernah lupa, namun Allah SWT pasti memberitahu Rasul, yang nantinya Rasul pasti akan melaksanakannya. 

Beliau juga dikenal sebagai Al-amin (orang yang dipercaya) oleh orang Mekkah, bahkan diusianya yang begitu muda.

Walau kita tidak bisa benar-benar menjadi seperti Nabi Muhammad SAW, namun kita bisa berusaha sebaik-baiknya untuk meneladani sifat-sifat beliau. 

Kebaikan tersebut akan berrpengaruh baik bagi masa depan kita.

Kita perlu mengenalkan anak pada sosok Nabi Muhammad SAW sejak dini.


Pada anak balita misalnya, orang tua bisa mulai bercerita tentang sifat dan perilaku Sang Nabi yang selalu penuh kasih dan patut diteladani. 


Kita juga bisa membeli berbagai buku cerita tentang Nabi juga para sahabatnya untuk si kecil.

Tapi bagaimana ya, bila anak bertanya tentang seperti apa wajah Nabi Muhammad?

Orang tua bisa bercerita pada anak kira-kira seperti apa wajah dan ciri-ciri fisik Nabi Muhammad 

Jelaskanlah pada anak bahwa foto wajah Nabi Muhammad tidak pernah ada karena pada zamannya kamera belum ditemukan. 

Tak hanya itu, melukis wajah atau membuat patung Rasulullah juga dilarang untuk menjaga kemurnian aqidah kaum muslimin..

Meski begitu, kita bisa menceritakan pada anak kira-kira seperti apa wajahnya. 

Ya Moms, menurut KH. Husein Muhammad, ada beberapa ciri-ciri fisik sang Nabi yang dijelaskan oleh para ahli sejarah Nabi Muhammad. Apa saja?


Berikut rangkuman yang ditulis oleh pemimpin pondok pesantren Dar At-Tauhid Arjawinangun Cirebon, Jawa Barat tersebut di akun pribadinya:

9 Ciri-ciri Fisik Nabi Muhammad

  1. Parasnya manis dan tampan. Perawakannya sedang, tidak terlalu tinggi, tetapi tidak pula pendek (Laisa bi althawil al-dzahib wa la bi al-qashir al-bain).

  2. Bentuk kepalanya besar, berambut hitam kelam antara keriting dan lurus.

  3.  Rambutnya yang tebal dibiarkan memanjang sampai ke pundak (Kana Yadhrib Sya’rahu ila al-Mankibain).

  4. Dahinya lebar dan rata (wasi’ al jabin), di atas alis mata yang lengkung, tebal dan bertaut. Sepasang matanya lebar dan hitam, di tepi putih matanya ada garis-garis tipis kemerah-merahan.

  5.  Di pelupuk matanya tampak bayang-bayang hitam (eye shadow/Ak-hal al-‘ainain wa Laisa bi Ak-hal).

  6. Tatapan matanya tajam (Ad’aj al-‘Ainain), dengan bulu mata yang hitam-pekat.

  7. Hidungnya halus dan merata, (Thawil Qashbah al-Unf) dengan barisan gigi yang bercelah-celah (Mufallaj al-Asnan).



  1. Cambangnya lebar (Ahdab al-Asyfar), lehernya jenjang, bersih dan indah (Kana ‘Unuquh Ibriq Fidhdhah).

  2. Dadanya lebar dengan kedua bahu yang bidang (‘Azhim al-Mankibain).

  3. Warna kulitnya terang dan jernih, dengan dua telapak tangan dan kakinya yang tebal. Tubuhnya selalu menebarkan wangi (Thayyib al-Raa-ihah wa al-‘Araq).

  4. Siapa yang memandangnya akan terpikat, siapa yang sering bersamanya akan makin cinta (Man ra-ahu badihatan Ha-bbahu, wa Man Khaalathahu ma’rifatan ahabbahu).

Nah Moms, itulah 9 ciri-ciri fisik Nabi Muhammad menurut para ahli sejarah yang dirangkum oleh KH.Husein Muhammad. Semoga dapat membantu si kecil mengenal sosok Rasullah dan merasa dekat dengannya.


Apakah kalian tidak berpikir” bahwa ia adalah kebenaran lalu kalian mengikutinya? “Aqal” diambil dari “iqalid dābbah” atau tali pengikat hewan seperti unta agar tidak lepas melarikan diri.

 Demikian juga akal, kata Imam Al-Baghowi, yang mencegah orang yang memiliki akal dari kekufuran dan keingkaran.

 Syekh Wahbah Az-Zuhayli dalam Tafsir Al-Munir menyebut salah satu sababun nuzul Surat Al-Baqarah ayat 44.

 Ia mengutip As-Suddi, Bani Israil di Madinah menganjurkan ornag lain untuk menaati, bertakwa, dan berbakti kepada Allah. 

Sedangkan perbuatan mereka sendiri menyalahi ucapan. Oleh karena itu, Allah mencela perbuatan buruk mereka.

 Wallahu a’lam. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar