Selasa, 06 Agustus 2019

Syarat Baru Jadi Rektor ITB: Setia kepada Pancasila dan NKRI



Foto: logo ITB

Bandung - Institut Teknologi Bandung (ITB) menegaskan selalu menjunjung tinggi Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Perguruan tinggi negeri berlokasi di Kota Bandung ini menentang penyebaran radikalisme dan segala hal yang bisa memecah belah bangsa. 

Sikap tegas itu tercermin juga dalam proses Pemilihan Rektor (Pilrek) ITB periode 2020-2025. Berbagai syarat administrasi harus dipenuhi para calon rektor agar bisa ikut bertarung dalam Pilrek, termasuk membuat pernyataan di atas meterai setia kepada Pancasila dan NKRI.

Baca juga: ITB Gelar Pemilihan Rektor, Calon dari Luar Kampus Boleh Daftar

Sekretaris Eksekutif Majelis Wali Amanat (MWA) ITB Benhard Sitohang menyebutkan pernyataan setia kepada Pancasila dan NKRI menjadi syarat baru yang harus dipenuhi. Pihaknya sengaja mencantumkan hal itu sebagai bukti ITB menjunjung tinggi Pancasila dan NKRI. 

"Pada waktu kita melakukan Pilrek (2015) memang tidak ada butir ini (setia kepada Pancasila dan NKRI). Saat itu tidak secara eksplisit (disebutkan). Untuk kali ini dinyatakan eksplisit," kata Benhard saat konferensi pers di Gedung Annex, Jalan Tamansari, Kota Bandung, Selasa (6/8/2019).

Ketua MWA ITB Yani Panigoro memastikan ITB sangat menjunjung tinggi kebinekaan. Bahkan dalam setiap kesempatan, pihaknya selalu mengingatkan mengenai pentingnya menjaga Pancasila dan NKRI. 

"Semua pihak di ITB mulai mahasiswa baru, dosen, guru besar pada kesempatan yang sering sekali kita selalu mengemukakan bahwa ITB ini akan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai luhur Pancasila, kebangsaan, Bineka Tunggal Ika, NKRI," ucap Yani di lokasi yang sama. 

Ia menyebut, selama ini ITB di bawah kepemimpinan Kadarsah Suryadi selalu berupaya menciptakan kondisi kampus yang nyaman. Pihaknya selalu fokus terhadap proses akademik dan bukan yang lain. 

"Janji kita jaga nilai luhur selalu kita kumandangkan," katanya.

Baca juga: Pilrek ITB: Cari yang Berkualifikasi Internasional, Bukan Rektor Asing

Bila ada pihak lain yang menilai ITB menjadi sarang faham radikalisme tentu tidak mengetahui secara jelas kondisi kampus. "Menyebut ITB A,B dan C itu orang luar dan (kita tegaskan) semua kesempatan nilai-nilai luhur kita junjung tinggi," ujar Yani. 

Karena, ia menambahkan, mahasiswa ITB ini tidak hanya berasal dari satu wilayah di Indonesia. Tapi berasal dari Sabang sampai Merauke yang menjadi bukti betapa beragamnya ITB. 

"Lihat saja mahasiswanya pluralisme, Kebinekaan. ITB selalu bersatu dan kita mengedepankan nilai atmosphere akademik," ucap Yani.

Baca juga: Bikin Surat Terbuka, Alumni ITB Desak Rektor Tegaskan ITB Tolak Radikalisme

Diberitakan sebelumnya, sekitar seribu alumni ITB membuat surat terbuka untuk Rektor ITB. Mereka mendesak Rektor ITB mengumumkan bahwa kampus tegas menolak penyebaran gerakan radikalisme. 

Surat terbuka itu diteken 1.183 alumni ITB lintas angkatan dan jurusan pada Sabtu (3/8/2019). Mereka mengaku prihatin karena ada pernyataan dari sejumlah lembaga terkait PTN terpapar paham radikalisme baik komunitas mahasiswa, pegawai, maupun dosen. 

"Di mana ITB berada pada urutan teratas," kata para alumni ITB tersdetikN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar