Selasa, 27 Juli 2021

JANGJI AKAN DI PINTA PERTANGGUNG JAWABANNYA

Janji Adalah Hutang atau Hutang Adalah Janji?

 Janji Adalah Hutang atau Hutang Adalah Janji?

Kitapastibisa.id – Janji Adalah Hutang atau Hutang Adalah Janji? – Elshinta

Janji adalah hutang merupakan sebuah ungkapan yang populer di kalangan masyarakat umum. Ungkapan tersebut biasanya digunakan untuk menagih janji seseorang yang kerap ingkar. Dalam sebuah hadis dari  ‘Ali bin Abi Thâlib radhiyallahu anhu dan ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Janji adalah hutang.”

Namun sebagaimana dilansir dari almanhaj.com, hadis tersebut dinilai lemah. Dalam sanad hadis tersebut terdapat seorang perawi yang Abdullah bin Muhammad bin Abil Asy’ats yang menurut Imam adz-Dzahabi seorang perawi yang tidak diketahui. Sejumlah imam lainnya juga mengamini hal tersebut seperti Imam al-Haitsami, al-Munawi dan Syaikh al-Albani.

Meski hadis tersebut lemah, bukan berarti perkara menunaikan janji boleh dianggap enteng. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam perihal janji bersabda,

“Tanda-tanda orang munafik ada tiga; kalau berbicara dia berdusta, kalau berjanji dia ingkar, dan kalau diberi amanah (kepercayaan) dia berkhianat.”

Mengingkari janji adalah salah satu ciri-ciri orang munafik yang mana mereka kekal di dalam neraka. Oleh karenanya, janji tidak boleh dianggap enteng. Hadis mengenai ‘janji adalah hutang’ dapat dimaknai secara benar dengan memaknainya sebagai tanggung jawab. Hal ini disampaikan dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala,

“Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.” (Al-Isra ayat 34)

Baca Juga: Beberapa Langkah Merawat Tanaman Hias

Hutang Adalah Janji

Dari Tsauban, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa yang ruhnya terpisah dari jasadnya dan dia terbebas dari tiga hal: [1] sombong, [2] ghulul (khianat), dan [3] hutang, maka dia akan masuk surga.” (HR. Ibnu Majah no. 2412. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih). Ibnu Majah membawakan hadits ini pada Bab “Peringatan keras mengenai hutang.”

Hutang adalah janji. Ungkapan ini merupakan gambaran bagaimana hutang dapat menghambat seorang umat muslim masuk ke dalam surga. Bahkan hadis tersebut juga mengatakan bahwa orang yang berkhianat akan sulit memasuki surganya Allah subhanahu wa ta’ala.

Meskipun hutang merupakan perkara yang dibolehkan–dalam kondisi darurat–namun hutang memiliki posisi yang serius dalam kehidupan umat muslim. Selama hutang tersebut belum dilunasi, maka selama itu juga urusan akhiratnya akan tidak jelas. Hal tersebut disampaikan dalam hadis dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Jiwa seorang mukmin masih bergantung dengan hutangnya hingga dia melunasinya.” (HR. Tirmidzi no. 1078. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih sebagaiman Shohih wa Dho’if Sunan At Tirmidzi)

Kata ‘menggantung’ di dalam hadis tersebut diartikan sebagai keselamatan orang yang memiliki hutang. Al ‘Iroqiy menjelaskan bahwa seseorang tidak bisa ditentukan hukumannya apakah dia selamat ataukah binasa jika masih terbelit hutang. Bahkan, dalam hadis lainnya disebutkan bahwa hutang yang tidak dibayarkan merupakan dosa yang tidak diampuni.

Menjauhi Hutang

Lantas, bagaimana jika meninggal dalam keadaan belum mampu membayar hutang? Hal tersebut kembali pada niat si penghutang. Apabila ia sudah berusaha membayarkan hutangnya, sebagaimana dijelaskan dalam hadis di atas, keselamatannya akan ditangguhkan. Berbeda dengan orang yang tidak punya niat menyelesaikan utangnya. Dari Shuhaib Al Khoir, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Siapa saja yang berhutang lalu berniat tidak mau melunasinya, maka dia akan bertemu Allah (pada hari kiamat) dalam status sebagai pencuri.” (HR. Ibnu Majah no. 2410. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shohih)

Oleh karenanya, meski dibolehkan untuk behutang dalam keadaan darurat, hutang perlu dihindari. Nabi mengajarkan umatnya sebuah doa untuk terhindar dari perkara tersebut. Hadis dari ‘Aisyah mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berdo’a di akhir shalat (sebelum salam): ALLAHUMMA INNI A’UDZU BIKA MINAL MA’TSAMI WAL MAGHROM (Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari berbuat dosa dan banyak utang).”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar