Rabu, 18 November 2020

Makna di Balik Ucapan Kembali ke Rahmatullah" dan Semoga Meninggalnya Khusnul Khatimah



Kematian adalah sebuah kata yang sudah akrab di telinga. Kita sangat sering mendengar kata ini terlepas dari apakah kita suka mendengarnya atau tidak. Bagi sebagian atau mungkin banyak dari kita, kata ini sedikit manakutkan. Walaupun kejadian kematian adalah sebuah keniscayaan, tetapi tetaplah sebagian kita merasa bahwa sebaiknya kata ini tidak perlulah didiskusikan. Jika kita merupakan bagian dari orang orang ini, maka mungkin perlu dipertanyakan tingkat kecerdasan kita. Mengapa, karena definisi cerdas dari Nabi Muhammad SAW adalah mereka yang mau mengingat, membicarakan (mendiskusikan) tentang kematian dan kemudian mempersiapkan diri menghadapinya.

Ok, sekarang kita kembali ke laptop.

Terkadang, kabar kematian yang kita dengar dari seseorang adalah:

“Telah kembali ke Rahmatullah, bapak/ibu/sdr/sdri kita pada hari A karena sakit, misalnya”

Apa yang salah dengan kalimat ini?

Kata kembali ke Rahmatullah “agak mengganggu saya”.. mengapa?

Jika kita memperhatikan makna dari kata kata ini, maka kembali ke Rahmatullah berarti kembali ke Rahmatnya Allah. Apa makna ucapan ini? Ketika kita mengucapkan kembali ke Rahmatullah bagi seseorang yang telah meninggal, maka itu berarti kita telah yakin bahwa orang itu akan masuk surga.

Mengapa demikian?.. karena ukuran masuk tidaknya seseorang ke surganya Allah adalah Rahmat Allah; sesuai dengan sabda nabi Muhammad SAW:

“Tidak ada amalan seorangpun yang bisa memasukkannya ke dalam surga, dan menyelamatkannya dari neraka. Tidak juga denganku, kecuali dengan rahmat dari Allah” (HR. Muslim no. 2817)

Jadi ketika kita mengucapkan kembali ke Rahmatullah, maka saya khawatir, kita sudah bersikap kurang sopan kepada Allah.. karena kita sudah mendahului ketetapan Allah. Tidak ada seorang pun dari kita yang bisa haqqul yaqin apakah kita akan masuk surganya Allah atau nerakaNya kecuali nabi dan beberapa sahabatnya yang sudah dijamin oleh Allah untuk masuk surga. Selebihnya wallahu a’lam.

Jadi pada saat mengabarkan kematian seseorang, ada baiknya kita tidak mengucapkan kata kata itu tetapi cukup (misalnya) dengan kata kata: “telah meninggal dunia si A pada hari A karena sakit (misalnya).

Jikapun kita tetap ingin mengucapkan kata kata itu, maka tambahkanlah sesudah kabar kematian itu dengan kata semoga: “Semoga dia kembali ke Rahmatullah”. Artinya disini kita berharap semoga dia yang meninggal itu mendapatkan Rahmat Allah.

Nah sekarang, ketika mendengar kabar kematian seperti di atas, maka umumnya kita akan berucap “Innalillahi wa inna ilaihi rojiun” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepadaNya lah kami kembali / QS. 2:156) kemudian biasa ditambahkan “semoga (meninggalnya) khusnul khotimah” dan seterusnya.

Sekali lagi kata “semoga (meninggalnya) khusnul khatimah” ini agak mengganggu saya…

Jika tujuan kita mengucapkan kata kata itu adalah untuk menghibur kepada keluarga yang ditinggalkan, maka tidak ada yang salah dengan kata kata itu karena kata kata itu merupakan ucapan pengharapan (hiburan) kepada keluarga yang ditinggalkan agar dia yang meninggal itu pada akhir hidupnya khusnul khatimah.

Apakah ucapan pengharapan itu ada manfaatnya untuk orang yang meninggal.. sayang sekali TIDAK.. mengapa? Karena kematian telah menemuinya. Terlepas dari apakah dia memang meninggal dengan khusnul khatimah atau su’ul khatimah. Jadi bagi orang yang meninggal, ucapan itu sia sia.

Jadi jika kita ingin mendoakan orang yang meninggal itu, kita bisa melakukannya dengan ucapan doa bagi orang yang meninggal, misalnya:

“Ya Allah, ampuni dan rahmatilah dia. Selamatkanlah dan maafkanlah dia. Berilah kehormatan untuknya, luaskanlah tempat masuknya. Mandikanlah dia dengan air, es, dan embun… dst. (HR. Muslim)

Atau doa lainnya..

Ucapan semoga meninggalnya khusnul khatimah sebaiknya hanya diucapkan bagi kita yang masih hidup bukan kepada orang yang telah meninggal. Karena dengan ucapan itu, kita berharap (yang seharusnyalah diiringi dengan usaha dan doa) agar pada saat kematian menemui kita, kita bisa meninggal dengan khusnul khotimah.

Mungkin kita bisa mengucapkan itu pada orang yang sedang sakit atau pada keluarga orang yang sakit.. tetapi masalahnya adalah dengan mengucapkan itu, kita akan diduga keras mendoakan orang yang sakit itu cepat mati dan ini akan cukup menyakitkan bagi orang yang sakit itu atau bagi keluarganya walaupun tidak ada yang salah dengan kata kata itu.

Mengapa bagi sebagian (atau banyak) dari kita, kata kata kematian atau kata kata yang menggambarkan kematian itu (sedikit) menakutkan?

Karena kematian adalah sebuah kejadian yang memutus kenikmatan hidup kita

Nabi bersabda: “Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian”. [HR Ibnu Majah, no. 4.258; Tirmidzi; Nasai; Ahmad]

Ketika seseorang meninggal (mati), maka terputuslah amalnya kecuali tiga sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW

“Jika seseorang meninggal dunia maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” [HR. Muslim No. 1631]

Padahal banyak ayat dalam Al Qur’an dan hadits nabi yang menggambarkan bahwa kehidupan dunia ini hanyalah seperti seorang pengelana yang berteduh dibawah pohon, atau bahwa kenikmatan hidup didunia tidaklah ada artinya dibandingkan dengan kenikmatan hidup di akhirat (tentu saja bagi mereka yang menjalani hidup sesuai dengan tuntunan dalam Al Qur’an dan Hadits Shahid Nabi).

Ok, sekali lagi kita kembali ke laptop,

Jadi tergantung dengan niat kita, apakah dengan ucapan itu kita hanya mau menghibur keluarga yang ditinggalkan (hanya hiburan saja atas kematian kerabatnya) atau kita berniat untuk mendoakan yang meninggal yang Insya Allah manfaatnya bisa dirasakan oleh dia yang meninggal itu..

Wallahu A’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar