Kamis, 27 Februari 2020

SUNAT YANG LEBIH PENTING (MUAKAD)


Ketika mengerjakan shalat fardhu tentu ada kekurangan di dalamnya, ibarat ban bocor maka harus ada penambalnya. Jika shalat fardhu itu kurang, penambalnya adalah shalat rawatib. Shalat rawatib adalah shalat sunah yang tidak dianjurkan berjamaah. Adapun shalat rawatib dalam sehari berjumlah 20 rakaat sebagaimana disebutkan oleh Syekh Zainuddin Al-Malibary (987 H) dalam kitab Fathul Muin: 

يسن للأخبار الصحيحة الثابتة في السنن أربع ركعات قبل عصر وأربع قبل ظهر وأربع بعده وركعتان بعد مغرب وندب وصلهما بالفرض ولا يفوت فضيلة الوصل بإتيانه قبلهما الذكر المأثور بعد المكتوبة وبعد عشاء ركعتان خفيفتان وقبلهما إن لم يشتغل بهما عن إجابة المؤذن فإن كان بين الأذان والإقامة ما يسعهما فعلهما وإلا أخرهما وركعتان قبل صبح 

Artinya, “Disunnahkan shalat sunah 4 rakaat sebelum shalat ashar, 4 rakaat sebelum dzuhur dan setelahnya, 2 rakaat setelah maghrib dan disunahkan menyambung 2 rakaat ba’diyah maghrib dengan shalat fardhu, dan tidak hilang keutamaan menyambung 2 rakaat ba’diyah maghrib sebab melakukan zikir ma’tsur setelah shalat fardhu, kemudian setelah isya 2 rakaat yang ringan, begitu juga 2 rakaat sebelum shalat isya jika tidak sibuk menjawab azan.

 Apabila di antara azan dan iqamat ada waktu luang untuk mengerjakan 2 rakaat sebelum isya, maka dapat dikerjakan. Jika tidak, maka diakhirkan (setelah shalat isya), dan dua rakaat setelah subuh. (Lihat Syekh Zainuddin Al-Malibary, Fathul Muin Syarh Qurrotil ‘Ain bi Muhimmatid Din [Dar Ibni Hazm] halaman 158-159). Adapun di antara shalat itu yang lebih muakkad ada sepuluh sebagaimana disebutkan Syekh Zainuddin Al-Malibary

: والمؤكد من الرواتب عشر وهو ركعتان قبل صبح وظهر وبعده وبعد مغرب وعشاء 

Artinya, “Shalat-shalat rawatib yang muakkad ada 10 rakaat: 2 rakaat sebelum subuh, 2 rakaat sebelum dzuhur, 2 rakaat setelah dzuhur, 2 rakaat setelah maghrib dan 2 rakaat setelah isya,” (Lihat Syekh Zainuddin Al-Malibary, Fathul Muin Syarh Qurrotil ‘Ain bi Muhimmatid Din [Dar Ibni Hazm] halaman 159). Amalan sunah muakkad sebagaimana yang diterangkan dalam ilmu ushul fiqih adalah

: وهو الذي يكون فعله مكملا ومتمما للواجبات الدينية كالأذان والإقامة والصلاة المفروضة في جماعة 

Artinya, “Yaitu adalah Sunnah yang dilakukan untuk melengkapi dan menyempurnakan kewajiban agama seperti azan, iqamat, dan shalat fardhu berjamaah.

” ويدخل في هذا القسم أيضا، وما واظب النبي على فعله، ولم يتركه إلا مرّة او مرّتين للدلالة على أنه غير لازم وذلك مثل: المضمضة و الإستنشاق في الوضوء وصلاة ركعتين قبل صلاة الفجر، ويسمّى هذا القسم بالسنة المؤكّدة أو سنة الهدى 

Artinya, “Masuk juga dalam sunah muakkad, perkara yang dilestarikan oleh Nabi dan tidak ditinggalkan kecuali sekali dua kali untuk menunjukan bahwa amalan itu tidak wajib. Contohnya seperti kumur-kumur ketika berwudhu, menghirup air ketika wudhu, dan shalat dua rakaat sebelum subuh. Sunah ini dinamakan sunah muakkadah atau sunatul huda.” 

ومندوب غير مؤكد هو الذي لم يواظب عليه النبي وإنما فعله في بعض الأحيان وتركه في بعض الآخر، وذلك مثل: صلاة لأربع ركعات فبل العشاء، وصوم يوم الإثنين والخميس من كلّ أسبوع وغير ذلك

 Artinya, “Sunah yang tidak muakkad adalah amalan yang nabi tidak selalu nabi laksanakan tiap saat, namun kadang-kadang melaksanakannya, kadang-kadang juga meninggalkannya. Contohnya shalat qabliyyah isya empat rakaat, puasa senin Kamis di setiap minggunya dan lain-lain,” (Lihat Tsuroya Mahmud Abdul Fattah [Muhadharat fi Ushulil Fiqih], halaman 82-83). Nabi SAW selalu menjaga sepuluh rakaat salah sunah rawatib yang telah disebutkan di atas. Ada beberapa hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar RA sebagaimana disebutkan dalam Shahih Bukhari di bab 2 rakaat sebelum dzuhur: 

عن ابن عمر رضي الله عنهما قال: حفظت من النبي صلى الله عليه و سلم عشر ركعات ركعتين قبل الظهر وركعتين بعدها وركعتين بعد المغرب في بيته وركعتين بعد العشاء في بيته وركعتين قبل صلاة الصبح 

Artinya, “Dari Ibnu Umar RA, ia berkata, ‘Aku menghapal dari Nabi SAW 10 rakaat yaitu: dua rakaat sebelum zhuhur, dua rakaat setelahnya, dua rakaat setelah maghrib di rumahnya, dua rakaat setelah isya di rumahnya, dan dua rakaat sebelum shubuh.” Tidak ada kebaikan yang tidak berat untuk dilaksanakan, begitu juga dengan shalat sunah rawatib. Semoga kita dapat menjaga penyempurna shalat wajib ini, sekaligus menjalankannya secara istiqamah dengan izin-Nya. Wallahu a’lam. (Amien Nurhakim) Tags: shalat Share: Rekomendasi Anjuran Doa Panjang Umur Selama Bulan Rajab dan Sya'ban Ini Lafal Niat Puasa Rajab Bolehkah Niat Puasa Rajab Digabung dengan Qadha Puasa Ramadhan? Lalla Zainab, Mursyid Perempuan yang Melawan Intervensi Prancis Khamar dan Nasib Malang Akhir Hayat Murid Guru Sufi Doa Ini Doa saat Orgasme atau Ejakulasi Doa dan Tindakan Rasulullah saat Hujan Deras dan Angin Kencang Yang Dibaca Nabi ketika Mendengar Adzan Doa Rasulullah untuk Hasan dan Husein dari Bahaya Ular Doa Saat Hujan Deras Dikhawatirkan Banjir Warta Video Musik dalam Islam (Perspektif Tasawuf) - KH Said Aqil Siroj Senin 17 Februari 2020 08:18 WIB Bahtsul Masail 1 Mudik, Bolehkah Shalat Jama’ Qashar di Kampung Halaman? 2 Istri Kawin Lagi karena Suami Meninggal, Siapa Pasangannya di Akhirat? 3 Hukum Meninggalkan Shalat bagi Relawan Bencana 4 Mana Lebih Utama Antara Orang Tua dan Guru? 5 Hukum Menghentikan Shalat saat Bencana Datang Syariah

 1 29 Poin Kesepakatan Muktamar ‘Pembaruan Pemikiran Islam’ Al-Azhar 2 Hukum Transgender atau Mengganti Alat Kelamin Manusia 3 Hukum Ucapan ‘Saya Wakafkan Diriku untuk Islam’ 4 Hukum Membuang dan Membunuh Kucing 5 Silang Pendapat tentang Jilbab:

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar