Selasa, 05 November 2019

Assalamualaikum

Apakah yang Bahagia Pasti Sejahtera?


Jawabnya: belum tentu. Lalu apakah yang sejahtera pasti bahagia? Jawabnya "YA". Kenapa demikian? Mari kita telusuri bersama, Coba demikian. Kesejahteraan adalah apa yang baik / semua yang dibutuhkan manusia, baik lahir maupun batin, terpenuhi dengan cukup. Cukup di sini adalah batas minimum untuk mengukur kesejahteraan. Memang ukuran cukup akan mempengaruhi subyektif, karena akan diumumkan cukupnya orang berbeda². Ada yang sudah dapat banyak, tetapi masih belum cukup. Ada yang baru terpenuhi sedikit, tetapi sudah cukup. Namun tentu saja tolok ukurnya adalah masalah umum di Negara kita. Dalam hal Penghasilan keuangan tolok ukurnya adalah UMR. Itu hanya satu poin saja dari aneka kebutuhan manusia. Jadi, kalaupun dilihat dari Penghasilannya, orangnya sudah cukup, belum bisa ditanya bahwa ia sudah sejahtera. Kesejahteraan lahir apakah itu? Kesejahteraan lahir terpenuhinya dengan semua kebutuhan lahiriah. Apa saja kebutuhan lahiriah? Kebutuhan Primer / Sandang, Pangan, Papan. Kebutuhan sekunder: kepemilikan barang-barang (uang, tanah, pemilihan sekolah: sttb, gelar, pekerjaan, ktp, akte kelahiran, kesehatan), kebutuhan pelengkap (kemewahan). Secara lahiriah, jasmaniah / badaniah orang akan disebut sejahtera jika semua kebutuhan lahiriahnya terpenuhi dengan cukup. Bila tidak semua / belum semua, otomatis lahiriah dia belum sejahtera. Kesejahteraan batin, merupakan terpenuhinya dengan cukup semua kebutuhan batiniahnya. Apa saja kebutuhan batiniah itu? Tentu saja semua yang berkaitan dengan sisi manusia adalah sisi psikologis-kejiwaan, keyakinan-spiritual, rasa-perasaan (empati) dan intelektualitasnya. Dapat dicatat di sini antara lain: Kebutuhan akan rasa adil, rasa aman, rasa tentram, rasa damai, rasa senang dan bahagia. Lagi, kebutuhan akan dicintai, disetujui, diterima, diterima dan diterima / diberikan tempat dan kesempatan untuk berada. Tak lupa pula kebutuhan akan kebebasan untuk bersuara dan mengeluarkan pendapat serta kebutuhan untuk memeluk agama atau keyakinan. Dalam arti ini jika orang menyatakan bahawa tujuan hidup manusia adalah kebahagiaan, itu tak lain maksudnya adalah kesejahteraan. Tapi kalau kebahagiaan dalam arti hanya senang rasanya, itu hanya sebagian kecil dari kesejahteraan. Bisa kita teliti dari senang ini: «Orang yang bahagia belum tentu sejahtera, tapi orang yang bahagia pasti bahagia». Memang orang bisa bahagia walapun belum sejahtera. Misal, dalam bahagia: «Saya bahagia jadi istrimu, Meskipun kita belum memiliki rumah, belum memiliki pekerjaan tetap dan masih sangat kekurangan untuk makan sehari-hari kita ». Saya dalam sambutan itu sudah senang, tapi jelas belum sejahtera. Tapi kalau orang sudah disebut sejahtera pastilah ia bahagia, karena seluruh kebutuhannya terpenuhi. Mengenai kebutuhan akan rasa bahagia, siapa salah satu dri kebutuhan batiniahnya. Kesejahteraan saya coba ibaratkan dengan dua sisi mata uang. Uang menjadi berguna jika memiliki dua sisinya dengan lengkap. Kesejahteraan, pun pula hidup akan menjadi lengkap dan terpenuhi jika kebutuhan pada kedua sisinya terpenuhi. Orang baru akan disebut sejahtera jika menemukan apa yang baik, yang menjadi kebutuhan baik lahir maupun batin terpenuhi dengan cukup. Dan pikirkan sebetulnya yang menjadi tujuan hidup manusia. Bila orang sejahtera lahir dan batin, Yang disebut dengan keselamatan di dunia; yang kelak akan mendapat kesempurnaannya dalam hidup baru di dunia-akherat. Sejauh ini, saya setuju, cita-cita Pendiri Negeri dalam Pancasila dan UUD 45 adalah kesejahteraan dalam arti ini. Mengapa tolok ukurnya adalah «cukup», ya karena SDA di nusantara ini harus digunakan untuk semua warga negaranya, cukup untukku, cukup untukmu dan cukup untuk kita semua. Dalam pemulihan, saat ini SDA negri ini, pelan-pelan akan jadi milik segelintir orang (bdk. Tulisan sdr Tina Sihaloho: Dukung Pejuang HAM dari Sibolga). Dalam arti ini, lebih lanjut tentang kesejahteraan warga negara diperjuangkan, akan terlihat dari warga miskin yang telah menerima dan kekurangan gizi, sehingga prioritas pembangunan atau tidak. Klo pembangunan bangsa hanya demi pembangunan, jalan dan pasar, yang sangat malangnya nasip si miskin dari bangsa ini. Atau dengan kata lain, orang lapar dan melarat harus jadi pilihan pertama. Jika tidak, jangan pernah harap ada untuk Indonesia. Salam kesejahteraan. Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar