Minggu, 14 Februari 2021

7. YANG AKAN MENDAPATKAN PERLINDUNGAN ALLAH

Diriwayatkan oleh Abu Huraira ra, dari Nabi sallallaahu 'alaihi wa sallam, bersabda: 

"Ada tujuh orang yang akan Allah naungi di Naungan-Nya pada Hari ketika tidak ada naungan kecuali Naungan-Nya; seorang pemimpin yang adil, seorang pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Allah Yang Maha Kuasa dan Agung, seorang pria yang hatinya melekat pada masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah bertemu karena Allah dan berpisah karena Allah, seseorang yang diajak berzina oleh wanita cantik dan berposisi tinggi tetapi dia menolak dan mengatakan: 'Saya takut kepada Allah', seseorang yang memberi amal dan menyembunyikannya, hingga tangan kirinya pun tidak tahu apa yang diberikan tangan kanannya dalam amal; dan seseorang yang berzikir kepada Allah dalam kesendirian hingga meneteskan air mata."

Pada hari kebangkitan nanti, matahari akan benar-benar dekat dan hanya berjarak satu mil. Sehingga orang-orang akan tenggelam dengan keringat mereka karena panasnya matahari. Beberapa di antara mereka, keringatnya hanya menggenang hingga lutut mereka, pinggang mereka, bahkan disebutkan dalam hadits Abu Hurairah  bahwa beberapa akan tenggelam dalam keringat tujuh puluh lengan panjang di bumi.

Berikut penjelasan tujuh golongan tersebut, dilansir di Gulf Times, Jumat (3/7).

Golongan pertama yang mendapatkan naungan Allah, adalah seorang pemimpin yang adil. Islam sangat mengedepankan keadilan, dan seorang pemimpin tanpa kecuali harus bisa memenuhi hak tiap-tiap orang, baik kepada muslim atau non-muslim, kerabat atau orang asing, teman atau musuh. 

Allah berfirman: "... Dan jangan biarkan kebencian membuatmu bertindak tidak adil, yang lebih dekat dengan takwa." (Al-Maa'idah 5: 8)

Prinsip keadilan sangat penting bagi seorang pemimpin, karena ia yang akan bertanggung jawab atas rakyat dan negerinya. Karena itulah seorang pemimpin mendapat perhatian khusus dan menjadi salah satu dari tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah SWT.

Golongan kedua, adalah pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah. Allah memberikan keistimewaan naungan-Nya kepada pemuda yang selalu memujanya.

Karena tidak sedikit masa muda seseorang justru dihabiskan dengan segala kehidupan duniawi. Masa muda memang sangat rentan terhadap godaan hidup dan cenderung menjauh dari jalan Islam. 

Mereka berpikir, sholat, menutup aurat, dan pergi haji dapat dilakukan pada saatnya nanti ketika mereka telah menjadi tua. Namun tidak pernah ada jaminan, hidup seseorang akan panjang hingga mereka sempat bertaubat.

Sebagaimana nasihat Nabi agar selalu memanfaatkan lima perkara sebelum datangnya lima perkara, yakni, manfaatkan masa mudamu sebelum usia tua, masa sehatmu sebelum sakit, kekayaanmu sebelum kemiskinanmu, waktu luangmu sebelum kamu disibukkan, dan hidupmu sebelum kematianmu." (Diriwayatkan oleh Ibn 'Abbass)

Golongan ketiga, adalah seorang laki-laki yang hatinya melekat pada masjid artinya seorang laki-laki yang selalu mendirikan sholat berjamaah. Ini hanya berlaku bagi laki-laki, sedangkan sholat lima waktu bagi perempuan lebih baik dikerjakan di rumah.

Laki-laki yang gemar ke masjid, bahkan para malaikat pun berdoa untuknya. "Ya Allah, berikan berkah kepadanya, ya Allah kasihanilah dia... " (HR. Abu Hurairah)

 

Allah memperingatkan kita: “Hai kamu, yang beriman! Jangan kam menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena Riya kepada manusia dan dia tidak percaya pada Allah atau di Hari Terakhir." (Al-Baqarah ayat 264).

Golongan ketujuh yang akan mendapatkan naungan Allah adalah seseorang yang selalu berzikir kepada Allah dan dalam keadaan sepi ia meneteskan air mata. Nabi sallallaahu 'alaihi wa sallam, bersabda "Jika kamu tahu apa yang saya tahu, kamu akan tertawa kecil dan banyak menangis." (HR Abu Hurairah dan Anas)

Nabi sebagaimana manusia pada umumnya, seringkali meneteskan air mata karena ketakutannya akan hukuman Allah dan cinta tulus serta kekaguman kepada Allah SWT. Pertanyaannya, seberapa sering kita mengingat Allah kemudian menangis? Berapa banyak kita tertawa dan seberapa sedikit kita menangis?

Nabi sallallaahu 'alaihi wa sallam, bersabda: "Tidak ada yang lebih dicintai oleh Allah selain dua tetes dan dua tanda: Air mata tercurah karena takut kepada Allah, dan setetes darah tumpah di Jalan Allah. Dan untuk dua tanda, mereka adalah tanda yang disebabkan oleh jalan Allah, dan tanda yang disebabkan oleh memenuhi salah satu tugas yang diwajibkan oleh Allah." (HR. Hasan)

 

Golongan keempat, dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya bertemu karena Allah dan berpisah karena Allah. Maksudnya adalah mereka yang berteman karena Allah. 

Seorang teman yang dipilihnya karena sama-sama di jalan Allah, dan tidak melihat seperti apa rupa orang tersebut, apa yang dikenakan temannya, tidak pula memandang hartanya, dan tidak memandang asalnya bahkan warna kulitnya. Sebuah pertemanan yang lahir karena iman kepada Allah SWT.

"Mereka yang memiliki cinta timbal balik demi Kemuliaan-Ku akan memiliki pilar cahaya dan akan iri oleh para nabi dan martir." (Sahih, dikumpulkan di Sunan at-Tirmizi dan Musnad Ahmad).

Golongan kelima, seorang laki-laki yang menolak diajak berzina oleh perempuan cantik dan berpangkat tinggi. Laki-laki itu mengatakan: 'Aku takut pada Allah'. Nabi Muhammad saw memperingatkan secara khusus kepada umatnya agar tidak terjerumus dalam godaan perempuan. 

Nabi bersabda, “Dunia ini manis dan hijau dan sesungguhnya Allah akan mengangkatmu sebagai penerusnya untuk melihat bagaimana kamu bertindak. Jadi hindari godaan wanita: sesungguhnya cobaan pertama untuk Bani Israil disebabkan oleh wanita." (HR. Abu Sa'eed al-Khudree dan dikumpulkan di Sahih Muslim)

Benteng paling kukuh untuk melindungi diri dari godaan tersebut adalah hidup dengan rasa takut kepada Allah. Sebagaimana Firman Allah dalam Al-Qur'an: "Dan bagi orang yang takut berdiri di hadapan Tuhannya dan menahan diri dari keinginan jahat, sesungguhnya Firdaus (surga) akan menjadi tempat tinggalnya." (QS. An-Naazi'aat 79: 40-41) 

Golongan keenam, seseorang yang beramal dan menyembunyikannya, sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang disedekahkan tangan kanannya. Maksudnya adalah sedekah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi untuk menghindari ar-Riyaa. Ar-Riyaa merupakan perbuatan yang dilakukan semata-mata untuk mendapatkan pujian dan pengakuan dari orang lain.

Perbuatan ini justru menghancurkan amal sedekah tersebut. Namun sifat manusia yang selalu ingin dipuji dan diakui orang lain menjadikannya istimewa apabila ada yang beramal namun benar-benar melakukannya dengan sembunyi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar