Rabu, 23 Desember 2020

Hati-hati Terhadap Doa Orang yang Tersakiti/Terzalimi/Teraniaya

Ketika kita  dizalimi oleh seseorang, baik dengan cara disakiti, dikhianati, dibohongi,  difitnah, ditipu, dihina atau sejenisnya, baik secara lisan, tulisan maupun perbuatan, maka tetaplah bersikap tenang, bijak, berlapang dada, sabar dan menjaga ucapan kita karena ucapan itu juga bisa menjadi doa. Dan salah satu doa yang akan terkabul (mustajab/mujarab) adalah doa orang yang tersakiti/terzalimi/teraniaya


Walau untuk ukuran kita sebagai manusia biasa sangatlah sulit, apalagi kalau yang menyakiti kita itu adalah teman, sahabat, orang terdekat, orang kepercayaan, orang yang dicintai atau disayangi, orang yang pernah ditolong/dibantu dan lain sebagainya, seperti kata pepatah 'kacang lupa kulitnya', memang rasanya jauh lebih menyakitkan daripada dilukai oleh musuh.

Pada dasarnya, Allah SWT melarang kita mendoakan jelek terhadap orang lain karena doa jelek itu justru malah bisa berbalik menjadi doa jelek untuk diri kita sendiri. Namun khusus untuk orang-orang yang tersakiti/terzalimi/teraniaya, dibolehkan.

Firman Allah SWT:

لَا يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلَّا مَنْ ظُلِمَ ۚ وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًا عَلِيمًا

”Allah tidak menyukai perbuatan buruk yang diucapkan secara terang-terangan, kecuali oleh orang yang dizalimi. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha mengetahui" (QS. An-Nisa: 148).

Berdasarkan ayat tersebut, menurut pendapat para ulama, boleh (ja'iz) hukumnya mendoakan keburukan oleh orang yang tersakiti/teraniaya/terzalimi kepada orang yang telah menyakiti/menzaliminya, dan itu semua dikategorikan ke dalam "doa" yang mustajab/mujarab, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

“Berhati-hatilah terhadap doa orang yang terzalimi, karena tidak ada suatu penghalang pun antara doa tersebut dan Allah” (HR Bukhari).

"Ada tiga doa mustajab (dikabulkan) yang tidak ada keraguan di dalamnya, yaitu: doa orang yang teraniaya, doa musafir dan doa buruk orang tua kepada anaknya" (HR. Abu Daud dan al-Tirmizi).

“Hendaklah kamu waspada terhadap doa orang yang dizalimi sekalipun dia adalah orang kafir. Maka sesungguhnya tidak ada penghalang diantaranya untuk diterima oleh Allah” (HR. Ahmad).

“Doa orang yang dizalimi adalah diterima sekalipun doa dari orang yang jahat. Kejahatannya itu memudaratkan dirinya dan tidak memberi kesan pada doa tadi” (Hadis hasan riwayat at-Tayalasi).

“Sesungguhnya doa seorang muslim kepada saudaranya di saat saudaranya tidak mengetahuinya adalah doa yang mustajab (terkabulkan).......” (HR. Muslim).

Namun, walau demikian, bagi yang tersakiti/terdolimi/teraniaya tetaplah bersabar dan bersikap bijak. Memaafkan itu tentu saja lebih baik karena pemaaf itu merupakan sifat terpuji dan mulia, walau untuk ukuran kita sebagai manusia biasa sangatlah sulit, bahkan untuk kasus tertentu terkadang luar biasa sulitnya untuk memaafkan.

Firman Allah SWT:

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS. Ali Imron: 133-134).

Sabda Rasulullah SAW:

“Barangsiapa yang ingin dibangunkan baginya bangunan di Surga, hendaknya ia memaafkan orang yang menzaliminya, memberi orang yang bakhil padanya dan menyambung silaturahmi kepada orang yang memutuskannya” (HR. Thabrani).

Islam mengajarkan pada umatnya bahwa memberi maaf tidak menunjukkan seseorang itu lemah karena tidak mampu membalas. Sebab memaafkan orang lain terutama untuk orang yang mampu membalasnya merupakan kemuliaan karena ia belajar dari sifat-sifat Allah, yaitu Al-‘Afuwwu Al-Qoodiru (yang Maha Memaafkan dan Maha Berkuasa).

Jadi.. janganlah bersedih hati bagi yang pernah mengalami sakit hati karena disakiti, dihina, dizalimi, dikhianati, difitnah, ditipu atau sejenisnya, baik dengan tulisan, perkataan maupun perbuatan. Yakinlah dengan janji Allah, semua pasti ada balasannya sesuai dengan kadar (berat-ringan) nya perbuatan yang dilakukannya.

Walau mendoakan jelek terhadap orang zalim dibolehkan, namun dengan memaafkan dan mendoakan baik, tentu saja itu lebih baik. 

Bukankah lebih menyenangkan kalau orang zalim yang pernah menzalimi/menyakiti/mengkhianati kita itu berubah menjadi baik.

Bukankah lebih menyenangkan kalau orang zalim yang pernah membenci kita itu berubah mencintai atau menyayangi kita.

Bukankah lebih menyenangkan kalau orang zalim yang pernah memusuhi kita itu berubah membela kita.

Wallahu'alam..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar