إنَّ الحَمْدَ لله، نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ، فَلا هَادِي لَهُ. وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
jamaa kultum ...
Di awal kultum ini saya mengajak semua untuk memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT.
Tiada sedetik pun dalam hidup kita, kecuali nikmat Allah swt menyertai kita.
Kita bisa beraktifitas, masih bisa bernafas, ini semua adalah nikmat Allah.
Mungkin banyak orang yang mengeluh dan tidak menyadari nikmat-nikmat ini karena mereka sudah terlalu dipengaruhi budaya materialisme.
Bahwa bicara nikmat selalu di asosiasikan dengan kekayaan, harta benda, dan parameter-parameter materi lainnya.
Jika belum kaya, merasa belum mendapat nikmat.
Jika belum memiliki jabatan, merasa belum mendapat nikmat.
Padahal, pada hakikatnya nikmat yang paling besar adalah nikmat Islam dan iman.
Tanpa keduanya, nikmat-nikmat lain di dunia ini justru tidak berharga.
Shalawat dan salam atas Rasulullah SAW.
Suri tauladan terbaik, panutan yang mulia, dan contoh yang sempurna.
Kedudukan beliau begitu tinggi. Dan kita semua berharap bisa meneladaninya serta mengikuti pentunjuknya yang tidak lain berupa As-Sunnah.
Jama'ah kultum yang dirahmati Alah SWT, Allah menegaskan bahwa di akhirat nanti, tidak berguna apapun yang dimiliki oleh manusia, kecuali jika ia datang kepada Allah SWT dengan hati yang bersih.
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, (QS. Asy-Syu'ara : 88-89)
Untuk menjaga agar hati kita tetap bersih, kita perlu menghindarkan diri dari 5 racun-racun hati.
1. Bicara yang Berlebih-lebihan Lidah adalah nikmat.
Namun ia bisa berbuah adzab saat manusia tidak pandai menjaganya.
Bahkan Rasulullah memperingatkan kebanyakan manusia disiksa di neraka karena tidak mampu menjaga lidah ini.
وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِى النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ
Tidaklah manusia itu wajahnya dipanaskan dengan api neraka melainkan karena akibat dari lidahnya. (HR. Tirmidzi, Ibnu Mjaha dan Hakim)
Itulah jika lidah telah membuahkan pembicaraan yang berlebihan.
Pembicaraan yang berlebihan adalah pembicaraan yang membawa madharat, atau kadar madharatnya lebih banyak daripada kemanfaatannya.
Apalagi jika tidak ada kemanfaatan sama sekali dalam pembicaraan itu.
Pembicaraan berlebihan juga bisa berwujud dusta, menghina orang lain, mengolok-olok orang lain, atau menyakiti orang lain.
Terlebih jika pembicaraan berlebihan itu sudah tergolong fitnah. Na'udzubillah.
Sebaliknya, dengan lidah pula, manusia bisa selamat dan mendapatkan ridha dari Allah SWT.
Dengan demikian, maka tempat akhirnya adalah surga.
Di sana ia mendapatkan kebahagiaan abadi, kebahagiaan yang tiada putusnya.
Karena lidah juga. Uqbah pernah bertanya kepada Nabi SAW:
"Wahai Rasulullah, apa yang bisa menyelamatkan diriku?" Rasulullah menjawab:
أَمْسِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ
Jagalah lidahmu. (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
2. Memandang yang Berlebih-lebihan Allah juga memberikan nikmat mata dan penglihatan kepada kita.
Ini merupakan nikmat yang sangat besar dan orang-orang rela membayar mahal untuk mendapatkan penglihatan yang sempurna.
Namun bersamanya, ada racun hati saat pandangan tidak terkendali.
Karenanya Allah SWT memberikan petunjuk mengenai hal ini, kepada orang beriman baik laki-laki maupun perempuan untuk ghadhul bashar:
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya,... (QS. An-Nur : 30-31)
Memandang berlebihan merupakan racun hati.
Itulah saat kita memandang lawan jenis tanpa kendali.
Dengan disengaja.
Bukan pada pandangan pertama yang secara kebetulan kita dapatkan.
Pandangan berlebihan ini sudah tergolong zina mata.
Dan ia adalah racun hati yang berbahaya.
كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنَ الزِّنَا أَدْرَكَ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ فَالْعَيْنُ زِنْيَتُهَا النَّظَرُ
Telah ditetapkan atas manusia bagiannya dari zina, ia pasti mendapatkan hal yang demikian itu.
Zinanya kedua mata adalah memandang... (HR. Ahmad)
3. Bergaul/ berinteraksi yang Berlebih-lebihan Manusia memang membutuhkan pergaulan dan interaksi dengan sesamanya.
Sebab manusia adalah makhluk sosial yang takkan mampu hidup sendiri tanpa campur tangan orang lain.
Namun pergaulan dengan sesama inipun harus tetap dalam kerangka agama.
Bukan pergaulan yang seenaknya.
Tanpa batas dan tanpa aturan. Memilih teman bergaul juga harus diperhatikan.
Sebab interaksi dengan orang lain atau lingkungan selalu mengakibatkan salah satu dari dua hal: memepengaruhi atau dipengaruhi.
Mewarnai atau terwarnai. Karenanya kita perlu menjaga dengan siapa kita bergaul dan bagaimana agar pergaulan kita tetap dalam batas-batas sya'ri, terutama jika pergaulan itu terhadap lawan jenis.
وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (QS. Al-Kahfi : 28)
4. Makan yang Berlebih-lebihan Makan yang berlebih-lebihan adalah racun hati berikutnya.
Ia bisa menjadi sumber penyakit fisik, juga bisa mengotori dan mematikan hati.
Selain porsinya yang wajar dan seimbang, makanan yang masuk ke perut kita hendaklah dijaga agar memenuhi dua kriteria: halal dan thayib.
Makan yang ideal adalah sepertiga kapasitas perut kita.
Sepertiganya lagi di isi air, dan sepertiganya lagi ruang untuk udara.
Sebagaimana hadits Rasulullah SAW:
مَا مَلأَ آدَمِىٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلاَتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ كَانَ لاَ مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ
Tidaklah manusia memenuhi suatu bejana yang lebih jelek dari perutnya.
Cukuplah ia memakan beberapa suap makanan yang dapat menegakkan tulang belulangnya.
Jika ia harus mengisi perutnya, maka sepertiga untuk makannya, sepertiga untuk minumnya, dan sepertiga untuk nafasnya. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
5. Tidur yang Berlebih-lebihan Ini biasanya berhubungan erat dengan makanan.
Makan yang berlebihan cenderung mengakibatkan tidur yang berlebihan.
Jika dua paket ini sudah berkumpul, maka berikutnya adalah kejelekan dan kemaksiatan yang mendominasi.
Kita perlu berhati-hati. Jama'ah kultum yang dirahmati Allah SWT, Semoga lima racun hati tersebut bisa kita hindari dan Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya pada kita sehingga hati kita tetap terjaga
Jama'ah kultum yang dirahmati Allah,
Bicara berlebihan, memandang berlebihan, bergaul berlebihan, makan berlebihan, dan tidur berlebihan merupakan racun-racun hati yang tidak hanya bisa mengotori hati kita tetapi juga bisa mematikan hati kita.
Jika demikian maka tidak ada pilihan lain kecuali kita harus menghidarinya, menjauhinya.
Tanpa itu, apalah yang bisa menyelamatkan kita di hadapan Allah kelak.
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ * إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, (QS. Asy-Syu'ara : 88-89)
أَقُولُ قَوْ لِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُوا اللهَ ِليْ وَ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Ke 2
اَلْحَمْدُلِلّهِ حَمْدًاكَثِيْرًاكَمَااَمَرَ. وَاَشْهَدُاَنْ لاَاِلهَ اِلاَّللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ. اِرْغَامًالِمَنْ جَحَدَبِهِ وَكَفَرَ. وَاَشْهَدُاَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُاْلاِنْسِ وَالْبَشَرِ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ مَااتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَاُذُنٌ بِخَبَرٍ اَمَّا بَعْدُ : فَيَااَ يُّهَاالنَّاسُ !! اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ. وَذَرُوالْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَوَمَابَطَنْ. وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ. وَاعْلَمُوْااَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَفِيْهِ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاًعَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْاتَسْلِيْمًا. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. كَمَاصَلَّيْتَ عَلىَ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ. فىَ الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌمَجِيْدٌ اَللّهُمَّ اغْفِرْلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَاوَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ. اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّاالْغَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالرِّبَا وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ. وَسُوْءَالْفِتَنِ مَاظَهَرَمِنْهَا وَمَابَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَاخَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِبَلاَدِالْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ رَبَّنَااَتِنَافِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar