Kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah Ta’ala, salah satu cara terbaik untuk mencintai dan mewujudkan rasa cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah dengan mempelajari sunnahnya, mengamalkannya, dan mempelajari sirah sejarah perjalanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari lahir sampai dengan wafat.
Sungguh perlu kita renungkan, bisa jadi kita pernah membaca komik cerita tokoh tertentu sampai tamat, atau menonton serial Korea sampai selesai bahkan diulang-ulang. Lalu, pernahkah kita membaca atau mengikuti kajian sirah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai dengan tamat?
Begitu banyak lagu dan bait puisi yang kita hafal, sudahkah kita menghafal dan mempelajari hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam?
Apabila ditanya nama-nama pemain bola dan artis tertentu, bisa jadi kita hafal. Akan tetapi, ketika ditanya nama anak-anak dan istri-istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, apakah kita menghafalkannya dan mengenal mereka?
Baca Juga: Gambaran Cinta Nabi Dahulu dan Sekarang
Apabila kita mengaku cinta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tentu klaim itu butuh pembuktian, karena cinta itu butuh pembuktian. Apabila sekedar pengakuan cinta, maka semua orang bisa mengaku-ngaku, sebagaimana syair Arab yang terkenal,
وكل يدَّعي وصلاً بليلى …. وليلى لا تقر لهم بذاكا
“Semua orang mengaku punya hubungan dengan Laila … Namun Laila tak pernah mengiyakan hal itu.”
Salah satu cara membuktikan cinta kita kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah dengan mempelajari sirah perjalanan hidup beliau. Dalam sirah beliau terdapat pelajaran yang berharga, teladan dalam sabar, akhlak mulia, dan kokoh beragama. Para sahabat sangat memahami hal ini, sehingga mereka mengajarkan anak-anak mereka sirah Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam sebagaimana mengajarkan Al-Qur’an.
‘Ali bin Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib (dikenal dengan nama Zainul ‘Abidin) berkata,
كنا نعلم مغازي النبي صلى الله عليه و سلم وسراياه كما نعلم السورة من القرآن
“Dahulu, kami diajarkan tentang (sejarah) peperangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana Al-Qur’an diajarkan kepada kami.” (Al-Jaami’ li Akhlaaqir Raawi, 2: 195)
Cara membuktikan cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam juga dengan cara mempelajari sunnah dan hadits beliau. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memuji orang yang mempelajari hadits beliau, menghafalnya, dan menyampaikan kepada manusia. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مَقَالَتِي فَوَعَاهَا وَحَفِظَهَا وَبَلَّغَهَا فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ ثَلَاثٌ لَا يُغِلُّ عَلَيْهِنَّ قَلْبُ مُسْلِمٍ إِخْلَاصُ الْعَمَلِ لِلَّهِ وَمُنَاصَحَةُ أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَلُزُومُ جَمَاعَتِهِمْ فَإِنَّ الدَّعْوَةَ تُحِيطُ مِنْ وَرَائِهِمْ
“Semoga Allah memberikan nudhrah (cahaya di wajah) kepada orang yang mendengarkan sabdaku, lalu ia memahaminya, menghafalnya, dan menyampaikannya. Berapa banyak orang yang membawa fikih kepada orang yang lebih fakih darinya. Ada tiga perkara yang tidak akan dengki hati seorang muslim dengannya: mengikhlaskan amal karena Allah, menasihati pemimpin kaum muslimin dan berpegang kepada jamaah mereka karena doa mereka meliputi dari belakang mereka.” (HR. Tirmidzi)
Cinta kepada Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam sekali lagi bukanlah sekedar pengakuan saja, tetapi pembuktian dengan sikap nyata. Semoga kita bisa mencintai Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam melebihi cinta kita kepada diri kita sendiri. Sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alahi wa sallam,
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Seseorang tidaklah beriman (dengan sempurna) hingga aku lebih dicintainya dari anak dan orang tuanya serta manusia seluruhnya.” (HR. Muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar