Kebiasaan Salafus Shalih di Pagi Hari
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Waa’il radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan, “Kami mendatangi ‘Abdullah bin Mas’ud di pagi hari setelah salat Subuh. Kami mengucapkan salam di depan pintu, kemudian kami diizinkan untuk masuk. Kami pun menunggu sejenak. Kemudian keluarlah seorang budak perempuan dan berkata, ‘Mengapa kalian tidak masuk ?’ Kemudian kami masuk ke dalam rumah sementara ‘Abdullah bin Mas’ud sedang duduk sambil berzikir. Beliau berkata kepada kami, ‘Apa yang menghalangi kalian untuk segera masuk padahal sudah aku beri izin?’ Kami menjawab, ‘Kami mengira sebagian anggota keluargamu sedang tidur.’ Beliau berkata, ‘Apakah kalian mengira bahwa keluargaku adalah orang yang lalai?’
Kemudian beliau pun terus melanjutkan berzikir hingga kira-kira matahari telah terbit. Beliau memerintahkan kepada budaknya, ‘Lihatlah apakah matahari sudah terbit?’ Budaknya pun melihat keluar. Apabila ternyata belum terbit, maka beliau melanjutkan berzikir. Apabila beliau menyangka matahari telah terbit, beliau pun memerintahkan kembali kepada budaknya, ‘Lihatlah apakah matahari sudah terbit?’ Budaknya pun kembali melihat keluar. Apabila matahari sudah terbit, maka beliau mengucapkan,
الحمد لله الذي أقالنا يومنا هذا، ولم يُهلكنا بذنوبنا
‘Segala puji bagi Allah yang telah menolong kami pada pagi hari ini dan tidak membinasakan kami dengan dosa-dosa kami. ’” (HR. Muslim no. 822)
Kisah di atas menjadi renungan tentang berharganya waktu -terutama waktu subuh- bagi para salafus shalih, khususnya para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Mereka pun bersemangat untuk mengisinya dengan kebaikan karena mengetahui tentang keutamaan yang ada di dalamnya.
Waktu kunjungan Abu Waa’il ke kediaman ‘Abdullah Ibnu Mas’ud adalah waktu yang berharga dan penuh berkah. Ini adalah waktu untuk berzikir kepada Allah dan waktu untuk bersungguh-sungguh serta bersemangat berbuat kebaikan. Sayangnya, kebanyakan manusia mengabaikan dan meremehkannya dan tidak mengetahui keagungan yang ada di dalamnya sehingga akhirnya menyepelekannya, baik dengan tidur, bermalas-malasan, kegiatan sia-sia, atau kesibukan lain yang tidak penting.
Baca Juga: Antara Tidur dan Waktu Shalat yang Terlewatkan
Keberkahan Waktu Pagi
Bagi orang yang menjaga zikir di waktu pagi akan menjadikan dirinya memiliki kekuatan dalam sepanjang harinya. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,
خضرت شيخ الإسلام ابن تيميه مرةً صلى الفجر، ثم جلس يذكر الله تعالى إلى قريب من انتصاف النهار، ثم التفت إليّ وقال: هذه غدوتي ، ولو لَم أتغذَّ هذا الغِذاء سقطت قوتي، أو كلاماً قريباً من هذا
“Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah pernah salat Subuh. Kemudian setelahnya beliau berzikir kepada Allah hingga pertengahan siang. Kemudian beliau menoleh kepadaku dan berkata, ‘Ini adalah aktifitas sarapanku di pagi hari. Jika aku tidak sarapan dengan makanan ini (zikir), maka kekuatanku akan hilang – atau ucapan yang semisal ini – ’” (Al Waabilus Shayyib)
Dijelaskan dalam hadis bahwa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam berdoa kepada Allah agar memberi keberkahan di waktu pagi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اللهم بارك لأمتي في بكورها
“Ya Allah, berilah keberkahan bagi umatku di pagi harinya.“
Di antara kebiasan Nabi adalah ketika mengutus pasukan, maka beliau mengutusnya di pagi hari. Sahabat Shakr radhiyallahu ‘anhu adalah seorang pedagang. Beliau biasa mengirim dagangannya sejak pagi hari sehingga dia menjadi kaya dan banyak harta. (HR. Abu Daud)
Baca Juga: Waktu Tidur Ideal Seorang Muslim
Dibenci Tidur di Pagi Hari
Memperhatikan pentingnya waktu ini dan agungnya keberkahan di dalamnya serta banyaknya kebaikan yang ada, maka para salafus shalih terdahulu membenci tidur dan menyia-nyiakan waktu pagi dengan bermalas-malasan. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
“Termasuk perbuatan yang dibenci para salafus shalih adalah tidur antara subuh dan terbitnya matahari karena itu adalah waktu yang sangat berharga. Siapa yang melewati waktu tersebut akan mendapat keuntungan yang besar. Sampai-sampai apabila mereka melakukan perjalanan semalam suntuk, mereka tidak mau tidur di waktu tersebut hingga terbit matahari. Mereka melakukan demikian karena waktu pagi adalah waktu terbukanya pintu rezeki, waktunya pembagian, dan waktu datangnya keberkahan. Dari situlah bermulanya perjalanan hari dan semua hukum yang terjadi. Semestinya tidur di waktu itu akan menjadi tidur yang gelisah dan tidak nyenyak.”
Di antara atsar dari salaf mengenai pentingnya waktu pagi adalah yang diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ketika beliau melihat anaknya tidur di waktu pagi. Beliau menegur dengan mengucapkan,
قُم، أتنام في الساعة التي تقسَّم فيه الأرزاق
“Bangun! Apakah Engkau tidur pada waktu di mana rezeki sedang dibagikan?”
Demkianlah beberapa penjelasan mengenai keutamaan pagi hari setelah Subuh dan keberkahannya serta semangat para salafus shalih untuk beramal di waktu tersebut. Semoga bermanfaat.
Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/59449-keutamaan-dan-keberkahan-waktu-pagi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar