Selasa, 25 Februari 2020

istighfar

Astaghfirullah robbal baroya
Astaghfirullah minal khotoya

Astaghfirullah robbal baroya
Astaghfirullah minal khotoya

Hidup didunia sebentar saja
Sekedar mampir sekejap mata

Jangan terpesona jangan terpedaya
Akhirat nanti tempat pulang kita
Akhirat nanti hidup sebenarnya

Astaghfirullah robbal baroya
Astaghfirullah minal khotoya

Astaghfirullah robbal baroya
Astaghfirullah minal khotoya

Barang siapa Allah tujuannya
Niscaya dunia akan melayaninya

Namun siapa dunia tujuannya
Niscaya kan letih dan pasti sengsara
Diperbudak dunia sampai akhir masa

Astaghfirullah robbal baroya
Astaghfirullah minal khotoya

Astaghfirullah robbal baroya
Astaghfirullah minal khotoya

Kasih sayang Allah Maha Mempesona
Betapapun kita khianati Nya

Tiada terputus curahan nikmat Nya
Selalu dinanti

RUKUN SHOLAT

Yang dimaksud dengan rukun shalat adalah setiap perkataan atau perbuatan yang akan membentuk hakikat shalat. Jika salah satu rukun ini tidak ada, maka shalat pun tidak teranggap secara syar’i dan juga tidak bisa diganti dengan sujud sahwi.

Meninggalkan rukun shalat ada dua bentuk.

Pertama: Meninggalkannya dengan sengaja. Dalam kondisi seperti ini shalatnya batal dan tidak sah dengan kesepakatan para ulama.

Kedua: Meninggalkannya karena lupa atau tidak tahu. Di sini ada tiga rincian,

  1. Jika mampu untuk mendapati rukun tersebut lagi, maka wajib untuk melakukannya kembali. Hal ini berdasarkan kesepakatan para ulama.
  2. Jika tidak mampu mendapatinya lagi, maka shalatnya batal menurut ulama-ulama Hanafiyah. Sedangkan jumhur ulama (mayoritas ulama) berpendapat bahwa raka’at yang ketinggalan rukun tadi menjadi hilang.
  3. Jika yang ditinggalkan adalah takbiratul ihram, maka shalatnya harus diulangi dari awal lagi karena ia tidak memasuki shalat dengan benar.

Rukun pertama: Berdiri bagi yang mampu

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صَلِّ قَائِمًا ، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا ، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ

Shalatlah dalam keadaan berdiri. Jika tidak mampu, kerjakanlah dalam keadaan duduk. Jika tidak mampu lagi, maka kerjakanlah dengan tidur menyamping.[1]

Rukun kedua: Takbiratul ihram

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مِفْتَاحُ الصَّلاَةِ الطُّهُورُ وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ

Pembuka shalat adalah thoharoh (bersuci). Yang mengharamkan dari hal-hal di luar shalat adalah ucapan takbir. Sedangkan yang menghalalkannya kembali adalah ucapan salam. ”[2]

Yang dimaksud dengan rukun shalat adalah ucapan takbir “Allahu Akbar”. Ucapan takbir ini tidak bisa digantikan dengan ucapakan selainnya walaupun semakna.

Rukun ketiga: Membaca Al Fatihah di Setiap Raka’at

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ

Tidak ada shalat (artinya tidak sah) orang yang tidak membaca Al Fatihah.[3]

Rukun keempat dan kelima: Ruku’ dan thuma’ninah

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan pada orang yang jelek shalatnya (sampai ia disuruh mengulangi shalatnya beberapa kali karena tidak memenuhi rukun),

ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا

Kemudian ruku’lah dan thuma’ninahlah ketika ruku’.[4]

Keadaan minimal dalam ruku’ adalah membungkukkan badan dan tangan berada di lutut.

Sedangkan yang dimaksudkan thuma’ninah adalah keadaan tenang di mana  setiap persendian juga ikut tenang. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan pada orang yang jelek shalatnya sehingga ia pun disuruh untuk mengulangi shalatnya, beliau bersabda,

لاَ تَتِمُّ صَلاَةُ أَحَدِكُمْ حَتَّى يُسْبِغَ  … ثُمَّ يُكَبِّرُ فَيَرْكَعُ فَيَضَعُ كَفَّيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ حَتَّى تَطْمَئِنَّ مَفَاصِلُهُ وَتَسْتَرْخِىَ

Shalat tidaklah sempurna sampai salah seorang di antara kalian menyempurnakan wudhu, … kemudian bertakbir, lalu melakukan ruku’ dengan meletakkan telapak tangan di lutut sampai persendian yang ada dalam keadaan thuma’ninah dan tenang.”[5]

Ada pula ulama yang mengatakan bahwa thuma’ninah adalah sekadar membaca dzikir yang wajib dalam ruku’.

Rukun keenam dan ketujuh: I’tidal setelah ruku’ dan thuma’ninah

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan pada orang yang jelek shalatnya,

ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا

Kemudian tegakkanlah badan (i’tidal) dan thuma’ninalah.[6]

Rukun kedelapan dan kesembilan: Sujud dan thuma’ninah

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan pada orang yang jelek shalatnya,

ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا

Kemudian sujudlah dan thuma’ninalah ketika sujud.[7]

Hendaklah sujud dilakukan pada tujuh bagian anggota badan: [1,2] Telapak tangan kanan dan kiri, [3,4] Lutut kanan dan kiri, [5,6] Ujung kaki kanan dan kiri, dan [7] Dahi sekaligus dengan hidung.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ عَلَى الْجَبْهَةِ – وَأَشَارَ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ – وَالْيَدَيْنِ ، وَالرُّكْبَتَيْنِ وَأَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ

Aku diperintahkan bersujud dengan tujuh bagian anggota badan: [1] Dahi (termasuk juga hidung, beliau mengisyaratkan dengan tangannya), [2,3] telapak tangan kanan dan kiri, [4,5] lutut kanan dan kiri, dan [6,7] ujung kaki kanan dan kiri. 

Rukun kesepuluh dan kesebelas: Duduk di antara dua sujud dan thuma’ninah

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ، ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا

Kemudian sujudlah dan thuma’ninalah ketika sujud. Lalu bangkitlah dari sujud dan thuma’ninalah ketika duduk. Kemudian sujudlah kembali dan thuma’ninalah ketika sujud.[8]

Rukun keduabelas dan ketigabelas: Tasyahud akhir dan duduk tasyahud

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَإِذَا قَعَدَ أَحَدُكُمْ فِى الصَّلاَةِ فَلْيَقُلِ التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ …

Jika salah seorang antara kalian duduk (tasyahud) dalam shalat, maka ucapkanlah “at tahiyatu lillah …”.[9]

Bacaan tasyahud:

التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

At tahiyaatu lillah wash sholaatu wath thoyyibaat. Assalaamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu wa rohmatullahi wa barokaatuh. Assalaamu ‘alaina wa ‘ala ‘ibadillahish sholihiin. Asy-hadu an laa ilaha illallah, wa asy-hadu anna muhammadan ‘abduhu wa rosuluh.” (Segala ucapan penghormatan hanyalah milik Allah, begitu juga segala shalat dan amal shalih. Semoga kesejahteraan tercurah kepadamu, wahai Nabi, begitu juga rahmat Allah dengan segenap karunia-Nya. Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada kami dan hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya) [10]

Apakah bacaan tasyahud “assalamu ‘alaika ayyuhan nabi” perlu diganti dengan bacaan “assalaamu ‘alan nabi”?

Al Lajnah Ad Da-imah (Komisi Fatwa di Saudi Arabia) pernah ditanya,

“Dalam tasyahud apakah seseorang membaca bacaan “assalamu ‘alaika ayyuhan nabi” atau  bacaan “assalamu ‘alan nabi”? ‘Abdullah bin Mas’ud pernah mengatakan bahwa para sahabat dulunya sebelum Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, mereka mengucapkan “assalamu ‘alaika ayyuhan nabi”. Namun setelah beliau wafat, para sahabat pun mengucapkan “assalamu ‘alan nabi”.

Jawab:

Yang lebih tepat, seseorang ketika tasyahud dalam shalat mengucapkan “assalamu ‘alaika ayyuhan nabi wa rohmatullahi wa barokatuh”. Alasannya, inilah yang lebih benar yang berasal dari berbagai hadits. Adapun riwayat Ibnu Mas’ud mengenai bacaan tasyahud yang mesti diganti setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat –jika memang itu benar  riwayat yang shahih-, maka itu hanyalah hasil ijtihad Ibnu Mas’ud dan tidak bertentangan dengan hadits-hadits shahih yang ada. Seandainya ada perbedaan hukum bacaan antara sebelum Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat dan setelah beliau wafat, maka pasti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri yang akan menjelaskannya pada para sahabat.

(Yang menandatangani fatwa ini adalah Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz sebagai Ketua, Syaikh ‘Abdur Rozaq ‘Afifi sebagai Wakil Ketua, Syaikh ‘Abdullah bin Qu’ud dan ‘Abdullah  bin Ghodyan sebagai anggota)[11]

Rukun keempatbelas: Shalawat kepada Nabi setelah mengucapkan tasyahud akhir[12]

Dalilnya adalah hadits Fudholah bin ‘Ubaid Al Anshoriy. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendengar seseorang yang berdo’a dalam shalatnya tanpa menyanjung Allah dan bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau mengatakan, “Begitu cepatnya ini.” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendo’akan orang tadi, lalu berkata padanya dan lainnya,

إذا صلى أحدكم فليبدأ بتمجيد الله والثناء عليه ثم يصلي على النبي صلى الله عليه وسلم ثم يدعو بعد بما شاء

Jika salah seorang di antara kalian hendak shalat, maka mulailah dengan menyanjung dan memuji Allah, lalu bershalawatlah kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu berdo’a setelah itu semau kalian.[13]

Bacaan shalawat yang paling bagus adalah sebagai berikut.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kamaa shollaita ‘ala Ibroohim wa ‘ala aali Ibrohim, innaka hamidun majiid. Allahumma baarik ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kamaa barrokta ‘ala Ibrohim wa ‘ala aali Ibrohimm innaka hamidun majiid.[14]

Rukun kelimabelas: Salam

Dalilnya hadits yang telah disebutkan di muka,

مِفْتَاحُ الصَّلاَةِ الطُّهُورُ وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ

Yang mengharamkan dari hal-hal di luar shalat adalah ucapan takbir. Sedangkan yang menghalalkannya kembali adalah ucapan salam. ”[15]

Yang termasuk dalam rukun di sini adalah salam yang pertama. Inilah pendapat ulama Syafi’iyah, Malikiyah dan mayoritas ‘ulama.

Model salam ada empat:

  1. Salam ke kanan “Assalamu ‘alaikum wa rohmatullah”, salam ke kiri “Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah”.
  2. Salam ke kanan “Assalamu ‘alaikum wa rohmatullah wa barokatuh”, salam ke kiri “Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah”.
  3. Salam ke kanan “Assalamu ‘alaikum wa rohmatullah”, salam ke kiri “Assalamu ‘alaikum”.
  4. Salam sekali ke kanan “Assalamu’laikum”.[16]

Rukun keenambelas: Urut dalam rukun-rukun yang ada

Alasannya karena dalam hadits orang yang jelek shalatnya, digunakan kata “tsumma“ dalam setiap rukun. Dan “tsumma” bermakna urutan.[17]

Semoga bermanfaat.




bab sholat

*Assalamualaikum jamaah kultum*

Sebagai seorang Muslim yang taat kepada Allah 
SWT tentu Kita harus selalu menjalankan apa apa 
yang menjadi perintah-Nya dan menjauhi larangan-
Nya.

 Salah satu perintah Allah yang hukumnya wajib 
adalah menjalankan shalat 5 waktu.

Namun pernahkah Kalian kebingungan ketika 
datang waktu shalat dan Kalian tidak menemukan air 
untuk berwudhu? Kemudian karena lama mencari air 
akhirnya Kalian memutuskan untuk bertayammum
saja, tapi sayangnya, Kalian pun di tempat tersebut
tidak menemukan tanah suci untuk tayammum.

Atau pernah mendapati diri dalam keadaan 
terhimpit badan-badan besar dan tidak bisa 
sedikitpun menggerakkan badan di dalam kendaraan 
transportasi umum, sedangkan waktu shalat sudah 
hampir habis.

Atau mungkin pernah juga kehabisan baju dan 
pakaian yang suci untuk menutup aurat ketika 
hendak shalat? 
Atau pernah berada dalam kondisi tidak mungkin 
bisa berdiri untuk shalat dan tidak bisa menghadap 
kiblat, padahal shalat harus segera dilaksanakan.

Keadaan-keadaan itu semua adalah keadaan 
dimana seorang muslim tidak memenuhi syarat-
syarat sah shalat, padahal jika tetap paksakan shalat 
dalam keadaan seperti itu maka shalat tidak bisa 
dikatakan sah. 

Dan pernahkah Kalian mendengar istilah Shalat Li-
Hurmatil-Waqit, tapi juga bingung itu jenis shalat apa

http://YachyaYusliha.blogspot.com

Senin, 24 Februari 2020

Rajab 1441 H Jatuh 25 Februari 2020, Berikut Niat Puasa dan Doa Bulan Rajab Lengkap dengan Arti

bulan-rajab-1441-h-dimulai-25-februari-2020.jpg

Bulan Rajab 2020 Dimulai 25 Februari - Bulan Rajab akan jatuh hari Selasa (25/2/2020), berikut ini doa puasa sunnah di bulan Rajab. - muslimvillage.com

Bulan Rajab 1441 H  jatuh hari Selasa (25/2/2020) 

Bulan Rajab adalah bulan ketujuh dalam perhitungan kalender hijriyah serta penanggalan yang digunakan oleh umat Islam di dunia.

Bagi umat Islam, bulan Rajab merupakan bulan yang mulia selain bulan Ramadhan.

Puasa Rajab tahun 2019 bisa ditunaikan mulai Selasa (25/2/2020).

YD1JNI YACHYA YUSLIHA



KIBLAT KA'BAH ATAU JUHATNYA

Kiblat Ka'bah atau Jihat-nya (bag.1)


Tidaklah ada perbedaan paham antara kaum muslim, bahwa menghada kiblat itu wajib untuk sahnya Shalat. Hanya, perbedaan paham tentang apakah yang wajib dihadapi itu. Apakah benar-benar menghadap ke Ka’bah (‘ain Ka’bah) ataukah cukup menghadap ke jihat (arah) ka’bah?
Dalam hal ini pendapat mereka ada dua macam:
1) Mazhab Syafii dan orang-orang yang sepaham dengan mereka berpenapat: Untuk orang yang melihat Ka’bah, ia wajib benar-benar menghadap Ka’bah itu (‘ain Ka’bah). Tetapi orang yang jauh dari Ka’bah, wajib atasnya menghadap ‘ain Ka’bah, walaupun pada hakekatnya ia hanya menghadap ke jihat (arah) Ka’bah.
2) Mazhab Hanafi dan orang-orang yang sependapat dengan mereka, mengemukakan bahwa orang yang melihat Ka’bah dan memungkinkan menghadap ‘ain Ka’bah wajib menghadap Ka’bah itu sungguh-sungguh, tetapi bagi orang yang jauh cukuplah menghadap jihat (arah) Ka’bah itu saja.
Masng-masing golongan (mazhab) tersebut beralasan dengan Firman Allah pada surat Al-Baqarah ayat 144.

Penjelasan
Cara menghadap kiblat adalah sebagai berikut:
(1) Orang yang berada di Mekah dan memunkinkan menghadap Ka’bah, ia wajib menghadap Ka’bah sungguh-sungguh.
(2) Orang yang berada di lingkungan masjid Nabi di Madinah, wajib mengikuti mihrab masjid itu; sebab mihrab masjid itu ditentukan oleh wahyu, maka dengan sendirinya tepat menghadap ke Ka’bah.
(3) Orang yang jauh dari Ka’bahsah menghadap ke jihat Ka’bah.

istighfar bulan Rojab

Bulan Rojab

Doa Awal Bulan Rajab yang Dibaca Nabi Muhammad SAW, Simak Juga Amalan Baik Rajab 2020 (1441 H)

   
saat-acara-peringatan-isra-miraj-sekaligus-haul-ke-14-al.jpg


Bulan Rajab 1441 H jatuh pada tanggal 25 Februari 2020.

Bulan Rajab dikategorikan sebagai bulan mulia dan terdapat banyak amalan yang dapat dilakukan sebagai ladang pahala umat muslim bersama Dzulqqidah, Dzulhijjah dan Muharram.

Oleh karenanya, kita dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan amalan selama bulan Rajab.

Saat memasuki bulan Rajab, Rasulullah selalu membaca doa.

Dikutip dari tribunnews.com yang melansir laman situs nu.or.id, inilah doa yang selalu dibaca Rasulullah saat memasuki bulan Rajab:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

Allohumma barik lana fi rojaba wa sya’bana wa ballighna romadhona.

Arti: Duhai Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadlhan.

Doa ini, dikutip dari bincangsyariah.com, bersumber dari hadis riwayat Imam al-Baihaqi dalam kitab Syu’ab al-Iman, dari Anas bin Malik, dia berkata: