Assalamualaikum.Wr.Wb
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الذِّي أَرْسَلَ رَسُولَهُ شَاهِدًاوَمُبَاشِرًاوَنَذِيْرًاوَّدَاعِيًاإِلَى اللَهِ بِإِ ذْنِهِ وَسِرَا جًامُنِيْرًااَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِمْ عَلَى عَبْدِ كَ وَرَسُوْلِكَ سَيِّدِ نَامُحَمَّدِوَّعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ نَالُوْاخَيْرًا.أَمَابَعْدُ
Segala puji bagi Allah yang telah mengutus Rasul-Nya untuk menjadi saksi, pemberi kabar gembira, dan pemberi peringatan serta dan untuk penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi.
Ya Allah limpahkanlah shalawat serta salam kepada hamba dan utusan-Mu Muhammad SAW, keluarga serta sahabatnya yang memperoleh kebaikan.
Ada sebuah kisah teladan tentang ulama besar Hasan al-Bashri.
Pada jamannya ia dikenal sebagai da’i sejuta umat.
Setiap kali ia berceramah dan menyampaikan satu materi, bisa dipastikan orang-orang akan langsung mengerjakan apa yag di sampaikannya.
Hingga suatu hari, datanglah serombongan hamba sahaya ke rumahnya.
Mereka memintanya menyampaikan materi tentang keutamaan memerdekakan budak di hadapan para jama’ah.
Mereka berharap setelah mendengar tausiah dari Hasan al-Bashri para majikan mereka berkenan untuk membebaskan mereka.
Pada saat itu beliaupun mengatakan, “insyaAllah ..”
Keesokan harinya tibalah waktunya Hasan Al-Bashri berceramah.
Namun ada yang aneh, pada kesempatan itu beliau tidak menyampaikan materi seperti yang diminta oleh para hamba sahaya, materi tentang memerdekakan budak.
Maka pada sore harinya merekapun kembali mendatangi rumah Hasan Al-Bashri dan menyampaikan permintaannya kembali.
Ulama tabiin tersebut kembali menjawab, “insyaAllah.”
Esok harinya, saat berkhutbah, Hasan al-Bashri tak jua menyampaikan materi tentang perintah memerdekakan budak.
Sorenya, para budak kembali menemui beliau.
Hasan al-Bashri juga menjawab dengan kalimat yang sama. Hal ini pun terus terulang hingga beberapa kali.
Sampai suatu hari, Hasan Al-Bashripun akhirnya menyampaikan ceramah dengan materi sesuai permintaan para hamba sahaya, yaitu tentang memerdekakan budak.
Dan ternyata benar dugaan mereka, seusai mendengar ceramah Hasan Al-Bashri orang-orangpun beramai-ramai memerdekakan hamba sahaya yang mereka miliki.
Setelah kejadian tersebut, para hamba sahaya tadi pun kembali mendatangi Hasan Al-Bashri dan mengatakan,
“Seandainya saja engkau menyampaikan materi itu dari kemarin-kemarin, maka kamipun tidak perlu menungu lama untuk menjadi manusia merdeka.”
Namun Hasan al-Bashri pun menjawab “sejak kemarin kalian memintaku untuk memerdekakan budak, sebenarnya aku belum pernah melakukan hal tersebut.
aku pun berada dalam kondisi tidak memiliki budak untuk dimerdekakan saat itu.
aku pun tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli budak dari orang lain.
beberapa hari kemarin, aku menabung. dan tepat hari ini aku baru memiliki uang yang cukup untuk membeli budak, lalu memerdekakan nya, maka baru hari ini pula aku memiliki keberanian dan pengetahuan yang cukup untuk menyampaikan materi tersebut”.
Subhanallah… ternyata itulah kunci keberhasilan Hasan al-Bashri dalam berdakwah.
Ia selalu berupaya untuk memulai semua yang disampaikannya dari dirinya sendiri.
Sehingga orang lainpun tak hanya mendengar perkataannya namun juga melihat perbuatannya.
Hasan Al-Bashri memberi kita satu pelajaran berharga. Mengajarkan kebaikan, mulai dari diri sendiri.
Kultum Pendek Ramadhan. Kurang lebihnya kami mohon maaf dari tutur kata yang tidak berkenan di hati, kedalaman ilmu yang masih kurang, dan penyampaian yang masih jauh dari sempurna.
Semoga Allah SWT memberikan kita kesabaran dan kekuatan dalam amal-amal menuju ridho-Nya.
Seseorang bercita-cita ingin mengubah dunia.
Dirasakan lama-lama karena perjalanan usia, hal itu sulit dilakukan.
Maka, ia pun menurunkan kadarnya. Ia ngin mengubah masyarakat di negerinya.
Ini pun dirasakan sulit baginya.
Akhirnya, ia memutuskan untuk mengubah ke arah lebih baik keluarganya.
Ia pun bertambah usia. Lalu berpikir, "Seandainya saya memulai sejak dulu dari diri saya sendiri, niscaya saya mampu mengubah yang lebih luas dari sedari dulu".
Pakar Tafsir Al-Quran Prof Muhammad Quraish Shihab mengisahkan hal itu. Ia ingin menekankan, penerapan akhlak dan cita-cita ke arah lebih baik harus diawali dari diri sendiri.
Sebagaimana pesankan Nabi Muhammad SAW , "Ibda' binafsik tsumma man ta'ulu".
Mulailah dari diri sendiri, kemudian orang di sekitarmu. Untuk melakukan perubahan, fokuslah pada diri sendiri, baru kemudian diperluas.
Rasulullah menguncapkan hal itu, jauh sebelum Mahatma Gandhi.
Mulailah dari diri sendiri. Mengapa? Mahatma Gandhi kemudian pun berujar "If you want to change the world, start with yourself".
Beberapa point yang dapat kita gali dari hadits di atas adalah:
"Kalau ada tidak bisa berbuat baik, jangan halangi orang lain untuk mencari kebaikan," tutur penyusun Tafsir Al-Quran Al-Misah.
Al-Quran telah menyebutnya,
1. Innamal a'malu bin niyaat
Sesungguhnya semua amal perbuatan itu tergantung dari niatnya.
Niat siapa?
Tentu niat kita sendiri.
Niat seperti apa?
Untuk beberapa jenis ibadah, niat ada yang berpendapat sunnah untuk dilafadzkan, tetapi niat dalam hati itu wajib.
Niat untuk apa?
Nah ini yang sering masih kita lakukan secara keliru, ibadah yang sempurna sekalipun, bila niatnya adalah untuk terlihat alim, sholih, dan islami, tentu ibadahnya akan menjadi riya.
Oleh karenanya, niat untuk ibadah itu harus diluruskan.
Untuk level saya, mungkin ibadah masih diniatkan untuk memperoleh pahala...
Mudah-mudahan kita bisa berniat ibadah sampai levelnya Sayyidah Rabi'ah Al- Adawiyyah, yang ber syair :
"Tuhanku, tenggelamkan aku dalam lautan cinta-Mu...Hingga tak ada sesuatu pun yang menggangguku dalam jumpa-Mu.
"Ya Allah, jika aku menyembah-Mu, karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya...Dan jika aku menyembah-Mu, karena mengharap surga, campakkanlah aku darinya...Tetapi, jika aku menyembah-Mu demi Engkau semata, janganlah Engkau enggan memperlihatkan wajah-Mu yang abadi padaku."
Dan pada suatu saat beliau membawa air di tangan kiri dan obor di tangan kanan, ketika orang bertanya "Ke mana engkau akan pergi Rabi'ah?", beliau menjawab "Aku mau ke langit, untuk membakar surga dan memadamkan api neraka, agar keduanya tak menjadi sebab manusia menyembah-Nya.
Sekiranya Allah tak menciptakan pahala dan siksa, masih adakah diantara mereka yang menyembah-Nya?"
2. AKHLAK YANG BAIK
Apa yang dimaksud dengan akhlaq yang baik? Yaitu akhlaq -- atau budi pekerti menurut KBBI -- yang disuritauladani oleh Rasulullah Muhammad SAW.
Seperti yang termaktub pada Al-Qur'an surat Al-Ahzab, 33: 21:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Demikian semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar