Assalamualaikum.Wr.Wb...
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الذِّي أَرْسَلَ رَسُولَهُ شَاهِدًاوَمُبَاشِرًاوَنَذِيْرًاوَّدَاعِيًاإِلَى اللَهِ بِإِ ذْنِهِ وَسِرَا جًامُنِيْرًااَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِمْ عَلَى عَبْدِ كَ وَرَسُوْلِكَ سَيِّدِ نَامُحَمَّدِوَّعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ نَالُوْاخَيْرًا.أَمَابَعْدُ
Akankah seseorang mati dalam keadaan yang baik (husnul khatimah) ataukah meninggalkan dunia dalam kondisi yang buruk (suul khatimah).
Maka di antara doa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam adalah meminta agar diwafatkan dalam keadaan husnul khatimah dan dijauhkan dari suul khatimah.
Selain doa, ada kita-kiat yang bisa diupayakan guna menggapai husnul khatimah.
Senantiasalah meluruskan niat dalam hidup. Ialah mengabdi kepada Allah Ta’ala. Menjadikan Dia sebagai satu-satu-Nya sesembahan dan tidak menjadikan sesuatu pun selain-Nya sebagai sekutu.
Lurusnya niat merupakan ajaran Nabi dan titik tekan pengajaran para ulama’. Ia harus murni.
Sungguh, shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah Ta’ala, Rabb semesta alam.
Niat yang terletak di dalam hati senantiasa berubah. Ia dipengaruhi oleh banyak faktor hingga tidak tetap. Perbaruilah niat. Terus menerus. Sesering mungkin.
Jangan pernah lelah. Jangan pernah bosan.
“Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab,” demikian ini petuah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi dari sahabat mulia ‘Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu.
Manusia memiliki kecenderungan berbuat salah. Bahkan teramat sering hingga sukar dihitung.
Tatkala merasa salah, bersikaplah rendah diri di hadapan Allah Ta’ala. Hinakan diri sehina-hinanya di hadapan Allah Ta’ala Yang Mahamulia. Hanya dengan merasa hina di hadapan-Nyalah seorang hamba akan dilimpahi kemuliaan.
Kemudian buktikanlah taubat dengan amal shalih. Teruslah beramal. Beramallah dengan sebaik-baik amalan. Jangan biarkan berlalu sedetik pun, kecuali ada amal shalih yang dikerjakan.
Senantiasalah berada dalam kondisi demikian hingga Allah Ta’ala menaqdirkan kematian bagi kita.
Terburu-buru dan menunda asalnya dari setan. Sedangkan bergegas dalam melakukan kebaikan atau meninggalkan keburukan adalah salah satu keutamaan bagi orang-orang yang beriman.
Abbas berkata sebagaimana disebutkan dalam Tafsir al-Qurthubi, “Suatu kebaikan tidak akan terwujud, kecuali dengan tiga hal; segera melakukan, menganggapnya kecil, dan menutupinya.”
Setelah bergegas, hendaknya kita tidak berpuas diri dengan amalan tersebut dan menganggapnya sebagai amalan yang kecil hingga diri senantiasa melakukannya. Selain itu, dianjurkan untuk menutupi amal. Sebab yang tersembunyi lebih dekat kepada keikhlasan.
Inilah sebaik-baik teladan. Beliaulah sosok yang tidak disangsikan lagi keshalihannya. Beliau merupakan pribadi penuh pesona, hidup dan matinya dalam kemuliaan. Beliaulah sosok yang wafat dalam keadaan husnul khatimah. Maka kita harus meneladaninya dalam berbagai aspek kehidupan agar kelak mendapatkan apa yang beliau gapai. Insya Allah.
Adalah seorang bijak yang pernah bertutur, “Jika sejenak saja kulupakan akhirat, hati ini menjadi rusak.”
Hadirkan akhirat dalam benak. Dekatkan gambaran akhirat di dalam pikiran. Senantiasalah berupaya agar pemandangan akhirat bersemayam di dalam hati. Dengan mengingat akhirat dan mengupayakan kehidupan abadi di dalamnya, dunia akan sirna dan tidak bermakna sedikit pun.
Senantiasalah berpedoman pada Islam dan tetap berada dalam naungannya hingga kematian menjelang. Berdoa dan berupayalah untuk mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah Ta’ala.
وَوَصَّىٰ بِهَآ إِبْرَٰهِۦمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَٰبَنِىَّ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصْطَفَىٰ لَكُمُ ٱلدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
Menjadi seorang muslim tidak cukup hanya dengan mengatakan bahwa saya seorang muslim, saya seorang beriman, atau ungkapan lainnya yang menunjukkan keislaman seseorang. Tapi juga harus dibuktikan melalui tindakan, baik dalam bentuk ibadah maupun akhlak dalam kehidupan sehari-hari.
“Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al An’am: 162)
Di dalam shalat, pastinya sudah terbiasa melafalkan do’a tersebut kan? Namun sudahkah hati benar-benar memaknai ayat tersebut dengan sebenarnya? Atau hati tidak dapat merasakan apa-apa ketika membacanya? Ya… hanya sekedar membaca saja karena sudah terbiasa dan memang seperti itulah yang diketahuinya.
Padahal jika dibaca dengan penghayatan, mungkin seseorang akan menangis tersedu-sedu.
Jangan sampai kita ber-Islam hanya di Kartu Tanda Penduduk (KTP) saja, sebagai muslim… semestinya kita punya prinsip yang tegas, terutama persoalan aqidah, tidak boleh dibuat main-main atau dicampuradukkan dengan hal yang mengandung syirik. Setidaknya ada 3 prinsip aqidah yang harus kita praktikkan dalam kehidupan sehari-hari:
1. Bertauhid, tidak menyembah selain Allah
Hal utama dan pertama yang perlu dilakukan ketika sudah mengikrarkan diri menjadi seorang muslim adalah hanya dengan menjadikan Allah sebagai satu-satunya Rabb yang diyakini dan disembah. Karena memang itulah kewajiban utama bagi setiap muslim sebagaimana firman Allah:
“Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At Taubah: 31).
Bentuk penyembahan Allah ialah dengan menjalankan agama Islam sebagaimana yang sudah Rasulullah ajarkan. Tidak mengada-ada dengan membuat suatu amalan baru atau mengubah amalan yang sudah Rasulullah contohkan, karena hal itu termasuk perkara bid’ah.
Allah berfirman:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ibadah kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al Bayyinah [98]: 5).
- Melakukan ketaatan pada Allah
Mengimani Allah juga berarti harus siap untuk menaati perintah Allah dan Rasul-Nya. Menjalankan perintah-perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Termasuk ketika hendak memutuskan sesuatu, maka harus didasarkan atas aturan-aturan atau yang sudah Allah tetapkan. Tidak menggunakan selain hukum yang sudah ditetapkan oleh Allah.
“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling dari hokum yang telah diturunkan Allah, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musbah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al Maidah [5]: 49)
3. Berlepas diri dari syirik dan pelakunya
Orang yang beraqidah baik tentunya sudah sangat memahami bahwa perbuatan syirik merupakan dosa besar yang harus dihindari. Jika ada orang di sekitar yang melakukan perbuatan syirik, sudah menjadi kewajiban sesama muslim untuk mengingatkan. Namun jika segala macam upaya untuk meluruskan orang yang tersesat tidak juga membuahkan hasil, maka hanya tinggal dido’akan. Tidak baik bagi hamba yang beriman berkumpul dengan orang seperti ini, karena berisiko ikut tergelincir dalam kesyirikan.
“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.” (QS. Al Mujadilah [58]: 22).
Berikut ini beberapa contoh dari penerapan Salimul Aqidah (akidah lurus):
1.Tidak mengkafirkan muslim lain
2. Mengutamakan Allah dibandingkan makhluk-Nya yang lain
3. Mengingkari orang yang mengolok-olok ayat Allah dan tidak bergabung bersama mereka
4. Mengesakan Allah swt dalam Rububiah dan Uluhiah
5. Tidak menyekutukan Allah dengan apapun
6. Tidak meminta berkah dengan mengusap-usap kuburan
7. Mempelajari Asma’ dan Sifat Allah
8. Mengetahui batasan-batasan wala’ dan bara’
9. Berteman dengan orang-orang shalih dan meneladaninya
10. Meyakini terhapusnya dosa dengan taubat Nashuha
11. Menyadari bahwa kematian dapat datang kapan saja
12. Meyakini bahwa masa depan ada di tangan Islam
13. Berusaha meraih manisnya iman
14. Berusaha meraih manisnya ibadah
15. Merasakan adanya para malaikat mulia yang mencatat amalnya
Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang memiliki aqidah yang lurus
Wallahu a’lam.
Demikian sedikit kajian "Delapan Kiat Menuju Husnul Khatimah“, semoga bermanfaat dan semua bisa mendapatkan kematian secara khusnul khotimah. aamiin
Wa shallallahu ‘alaa Nabiyyinaa Muhammad.
Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar