Tafsir Al-Quran, Surat An-Nisaa Ayat 69-73
Ayat ke 69-70
Artinya:
Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (4: 69)
Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah cukup mengetahui. (4: 70)
Menurut ayat-ayat sebelumnya, mereka yang menjalankan perintah ilahi di dunia ini, akan memperoleh berkah dalam kehidupan dunia, serta senantiasa mendapat hidayah khusus ilahi. Sementara ayat ini menyatakan, orang-orang seperti inilah yang nantinya duduk di samping Rasul serta orang-orang saleh serta memperoleh manfaat dari keberadaan mereka di sana.
Dalam surah al-Fatihah yang sering diulangi pada setiap shalat, kita memohon dari Allah agar memelihara kita tetap di jalan yang benar. Jalan orang yang telah diberikan kepada mereka nikmat khusus. Dalam ayat ini, kita diberitahu bahwa orang-orang yang terbaik adalah para nabi, syuhada dan orang-orang suci. Oleh karenanya, dalam setiap shalat, kita mohon dari Tuhan supaya kita dikumpulkan dengan orang-orang terbaik ini.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Cara mendapatkan sahabat yang baik di dunia dan akhirat adalah dengan menaati perintah Tuhan dan Nabi.
2. Dalam memilih teman, iman dan kesucian adalah syarat yang paling mendasar.
3. Iman bahwa Tuhan mengetahui perbuatan-perbuatan kita merupakan dorongan terbaik untuk melaksanakan perbuatan baik.
Ayat ke 71
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah (ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama! (4: 71)
Islam sebagai agama kehidupan membuatnya memiliki dimensi individu dan sosial. Oleh karenanya, perintah-perintah al-Quran selain pelaksanaan ibadah dan tugas personal, juga mencakup juga berbagai urusan sosial. Di antaranya persoalan-pesoalan penting sosial adalah cara menghadapi musuh dari dalam dan luar. Al-Quran di dalam banyak ayatnya mengajak orang-orang mukmin agar bersiap siaga untuk membela teritorial Islam dan ajaran Islam. Al-Quran juga menyebutkan bahwa segala bentuk kerugian dan musibah yang dialami manusia di jalan ini memiliki nilai dan kesakralan yang tinggi.
Sebagaimana dalam ayat sebelumnya, kedudukan para syuhada disejajarkan dengan para nabi dan orang-orang saleh, di sini orang-orang mukmin diminta agar meningkatkan kemampuan militernya, sehingga dapat menghalau segala bentuk ekspansi musuh.
Kata "Hidzr" berarti media untuk mempertahankan diri. Dengan kata lain, kalian janganlah menyerang musuh terlebih dahulu. Namun bila musuh menyerang kalian, maka kalian harus memiliki kesiapan membela diri sehingga kemuliaan dan kekuatan kalian terpelihara.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kaum Muslimin haruslah mengetahui metode dan fasilitas militer musuh agar mereka dapat menyediakan peralatan pertahanan dan siap untuk membela diri.
2. Semua masyarakat harus dibekali latihan militer untuk membela tanah air dan agamanya bila musuh menyerang.
Ayat ke 72-73
Artinya:
Dan sesungguhnya di antara kamu ada orang yang sangat berlambat-lambat (ke medan pertempuran). Maka jika kamu ditimpa musibah ia berkata: "Sesungguhnya Tuhan telah menganugerahkan nikmat kepada saya karena saya tidak ikut berperang bersama mereka. (4: 72)
Dan sungguh jika kamu beroleh karunia (kemenangan) dari Allah, tentulah dia mengatakan seolah-oleh belum pernah ada hubungan kasih sayang antara kamu dengan dia: "Wahai kiranya saya ada bersama-sama mereka, tentu saya mendapat kemenangan yang besar (pula)". (4: 73)
Ayat sebelumnya menyinggung soal kesiapan Muslimin di hadapan musuh asing. Ayat ini memperingatkan soal keberadaan Munafikin dan musuh-nusuh dari dalam. Orang-orang oportunis yang mengejar kepentingan pribadi dan bukan hanya enggan mengorbankan jiwa di jalan Allah Swt, bahkan mereka menghalangi orang lain dari berjihad dengan tujuan mereka tidak dikenali dan mencolok mata. Ayat ini memperkenalkan ciri-ciri orang orang semacam ini dengan mengatakan bahwa dalam kesulitan masyarakat Islam, mereka menjauhkan diri dan bersyukur kepada Tuhan karena keluar dari bahaya dengan selamat dan ketika muslimin dalam kesenangan dan kemenangan, mereka meratap dan menyesali karena tidak memperoleh rampasan perang.
Dari dua ayat tadi terdapat lima pelajaran yang dapat dipetik:
1. Medan perang dan jihad adalah medan ujian yang terbaik untuk mengenali Mukminin dan Munafikin.
2. Kehadirin Munafikin di medan pertempuran, melemahkan semangat para pejuang. Oleh karenanya, mereka harus dikenali dan janganlah kalian kirim mereka ke medan laga.
3. Lari dari perang dan medan kesulitan masyarakat Islam, di antara tanda kemunafikan.
4. Kesejahteraan akan bernilai apabila lapisan lain masyarakat juga sejahtera, bukannya seseorang bergelimang kesejahteraan, sementara kelompok lain terjepit kesusahan.
5. Dalam kacamata munafikin kesejahteraan dan kebahagiaan terletak pada kekayaan duniawi kita harus waspada janganlah sampai seperti mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar